Buter | Lintas Gayo : Seorang pengusaha pengolahan tebu menjadi gula merah di Kampung Buter Kecamatan Ketol Aceh Tengah, HattaĀ menjelaskan sejumlah proses yang dilalui dalam usahanya tersebut, Sabtu (9/4).
Perharinya, pabriknya biasa menggiling (memeras) tebu sebanyak 4 – 5 ton dan menghasilkan air tebu 2000 – 2500 liter. Lalu dimasak selama 10 – 12 jam untuk menghasilkan 400 – 500 kilogram gula merah. Bahan bakar untuk memasak bukan dari kayu atau bahan bakar minyak, akan tetapi ampas tebu yang sudah dikeringkan.
Tahun 2011 ini harga gula merah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dari Rp.8.000 menjadi Rp.5.000 perkilogramnya. Harga sangat dipengaruhi produksi tebu di Pulau Jawa.
Usaha budi daya tebu dan pengolahannya di kawasan tersebut dimulai sejak tahun 1960. Terdapat 125 pabrik pengolahan tebu menjadi gulaĀ merah yang tersebar di 11 kampung di Kecamatan Ketol dan Kute Panang Aceh Tengah.
Untuk menjaga kontinuitas produksi dan menghindari fluktuasi harga gula merah, Hatta melakukan pengaturan masa tanam yang diikuti dengan masa panen pertahunnya. Salam setahunnya, perhektar lahan lazimnya menghasilkan antara 80 – 100 ton tebu.
Usaha pengolahan tebu milik Hatta ini berdekatan dengan pabrik Bio Ethanol yang pembangunannya menguras anggaran negara hingga Rp. 6 milyar lebih dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia tahun anggaran 2009. Akan tetapi hingga April tahun 2011 ini belum beroperasi sesuai fungsinya, bagian-bagian mesin mulai berkarat dan keropos karena tidak digunakan.(aman zaghlul)
ass. Saran saya, mendatangkan wartawan berita aceh agar diketahui masyarakat dan pemerintah atas tidak jalannya pabrik ethanol tersebut agar ada tidak lanjut dari dana yg telah dikeluarkan pemerintah sebesar 6 M.