Banda Aceh | Lintas Gayo : Mahasiwa Poros Louser yang tergabung dari enam kabupaten/kota yang berada di wilayah Leuser memaparkan satu persatu permasalahan terkait sejumlah persoalan Syari’at Islam di daerahnya masing masing kepada Kepala Dinas Syari’at Islam Provinsi Aceh, Prof Dr Rusydi Ali Muhammad dalam kesempatan beraudiensi, Kamis (14/4).
Salah satu yang spesifik adalah dugaan perbuatan mesum di kawasan wisata sepanjang jalan Takengon – Bireuen yang juga dikenal sebagai Jalan Gayo seperti di kawasan Ali-ali Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah. Menurut para mahasiswa, tempat yang sejuk dan disisi sungai tersebut sebelumnya merupakan lokasi wisata yang sering disinggahi pengendara jarak jauh yang melepas lelah dalam perjalanan ke arah Dataran Tinggi Gayo atau sebaliknya.
Tapi sekarang tempat tersebut sudah berubah fungsi menjadi tempat mesum dengan dibangunnya gubuk-gubuk yang terbuat dari daun rumbia khusus yang hanya nampak kaki saja. Para pengunjung dikenakan biaya masuk ke tempat tersebut dan umumnya datang dari daerah lain.
Sukri, salah seorang mahasiswa Bener Meriah mengaku resah dengan keberadaan tempat tersebut. “Tempat tersebut bukan lagi tempat wisata sesuai Islam dan budaya Gayo. Akan tetapi sudah menjadi tempat mesum dengan pengunjung umumnya dari Bireuen, Sigli, Lhokseumawe dan daerah lainnya yang dibuktikan dengan Nomor Polisi kenderaan yang bukan dari Bener Meriah atau Aceh Tengah. Kita minta tindakan tegas pemerintah dan langkah konkrit untuk menangani persoalan ini,” tegas Sukri
Menanggapi keluhan para mahasiswa tersebut, Prof. Dr. Rusydi Ali Muhammad mengatakan tidak bisa menindak secara langsung ke daerah. Karena di daerah sudah ada Dinas Syari’at yang lansung di komando pemimpin daerah tersebut. Ia tambahkan lagi saat ini Wilayatul Hisbah (WH), dulunya langsung di bawah dinas, akan tetapi sekarang tidak lagi. Mereka bergabung dengan Satuan Pamong Praja (Satpol PP), katanya.
“Yang dapat kita lakukan adalah koordinasi dengan pihak terkait di daerah. Saat ini banyak sekali permasalahan Syari’at Islam dan kita berharap semua pihak ikut bersama membantu penyelesaian persoalan tersebut. Artinya jika dinas saja tidak mungkin,” paparnya sambil menambahkan rasa bangganya atas kepedulian mahasiswa terhadap persoalan tersebut.
Selanjutnya dikatakan Waladan Yoga, Sekjen Mahasiswa Poros Leuser, penerapan Syari’at Islam di daerah kawasan Leuser secara budaya sangat beda dengan Aceh pesisir umumnya. “Butuh kerja keras dari semua pihak termasuk para mahasiswa untuk melakukan upaya-upaya penerapan Syari’at di 6 kabupaten dan kota tersebut,” himbau Waladan. (miko)
Jangan berhenti demo di prov. karena yang asik ngurus proyek pisik sekarang Dina SI kab/Ko. atau ajak PTN/S yang ada di daerah