Menilik Pariwisata Di Aceh Tengah

Oleh : Gantara *

Artikel ini merupakan artikel yang kesekian kalinya disampaikan oleh para pemerhati atau pecinta kepariwisatan di Kabupaten Aceh Tengah. Banyak artikel maupun visual tentang  pesona  kepariwisataan yang saya baca dan lihat cenderung memuji dan menyanjung keindahan, pesona dan potensi kepariwisataan dinegeri seribu gunung ini. Tidaklah berlebihan pemerintah Provinsi Aceh menetapkan Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Provinsi Aceh setelah Kota Madya Banda Aceh dan  Sabang.

 Kharasteristik scenic land scape alam yang didominansi oleh pegunungan dengan hutan heterogen dan homogennya, perbukitan, aliran sungai yang terdapat hampir disemua wilayah kecamatan dan pesona keindahan nan permai Danau Lut Tawar dan keragaman kesenian serta kebudayan dari berbagai suku bangsa yang mendiami negeri seribu gunung ini merupakan asset luar biasa untuk pengembangan kepariwisataan Aceh Tengah.

Data jumlah kunjungan wisatawan yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah 2012 sampai dengan 2013  mengalami  penurunan  yang signifikan, hal ini juga ditandai dengan menurunnya jumlah hunian wisatawan baik lokal maupun Manca Negara di hotel – hotel yang ada  serta jumlah kunjungan ke objek wisata unggulan seperti   Air terjun Mengaya, Peteri Pukes Pantan Terong dan objek lainnya yang ada di Kabupaten Aceh Tengah.

Menurunnya kunjungan wisatawan  khususnya dari Manca Negara kedaerah penghasil Kopi arabika terbaik di asia Tenggara ini dipengaruhi  beberapa faktor   :

Menurut pengamatan penulis lambatnya laju industri kepariwisataan di Aceh Tengah di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya  :

  • Jauhnya Bandara atau pelabuhan yang merupakan akses utama bagi wisatawan Manca Negara ke lokasi  Objek wisata unggulan Aceh Tengah.
  • Bandara Rembele diprojeksikan sebagai pintu masuk utama wisatawan Manca Negara  belum berfungsi secara optimal sebagai mana diharapkan.
  • Takengen hanya sebagai kota transit bagi wisatawan Manca Negara   sebelum mereka melanjutkan perjalanan wisatanya ke Kabupaten Aceh Tenggara di mana terdapat  taman Nasional Gunung Leuser untuk menikmati hutan hujan semi tropis   dengan   orang Utannya.
  • Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang  kepariwisataan terutama yang berada pada daerah yang potensial untuk pengembangan kepariwisataan. Seperti masyarakat yang  tinggal dikawasan lingkar danau Lut Tawar dan sekitarnya .
  • Usaha dibidang kepariwisataan merupakan kegiatan sampingan masyarakat  bukan sebagai mata pencarian utama seperti mengelola  kebun kopi  .
  • Kultur masyarakat cenderung  menyukai usaha dibidang pertanian dari pada bidang usaha lainnya .
  • Objek wisata yang ada belum sepenuhnya di kelola secara profesional dan belum adanyanya informasi lenggkap menyangkut objek  sehingga wisatawan yang berkunjung  masih merasa kurang mendapat informasi .
  • Masih minimnya sarana dan prasarana  yang ada pada objek wisata seperti  mck,  mushola  areal parkir sehingga wisatawan merasa kurag nyaman .
  • Kurangnya promosi  kepariwisataan Aceh Tengah ke Dunia Luar.
  • Himpunan Pramuwisata Indonesia Aceh Tengah belum berfungsi sedara maksimal

Sejumlah wisatawan Manca Negara yang berasal dari German, Amerika Serikat Inggris, Australia dan turis dari negera lainnya menyampaikan pada penulis , mereka lebih menyukai menyewa di penginapan sederhana dibanding hotel. Losmen Batang Ruang dengan fasilitas sederhana namum hingga saat ini masih sering dihuni oleh  wisatawan Manca Negara.

Mr.Sigi Fried,  salah seorang wisatawan asal German pada penulis mengatakan  “Bagi wisatawan non bisnis, mereka harus pandai – pandai menghemat dollarnya, karena Indonesia bukalah satu satunya negara yang mereka kunjungi”. Ditambahkannya ”Pada umumnya wisatawan yang berasal dari Negara Eropa dan Amerika  mengunjungi  Negara negara Asia Tenggara  tidak lebih ingin menikmati suasana dan nuansa alam serta budaya lokal masyarakatnya. Tidaklah mengheranan Lombok, Gunung Bromo, Bali, Jogjakarta dan sejumlah objek wisata yang mengkombinasikan  perpaduan antara kultural  even atau pagelaran budaya dan eko wisata (Eco Tourism) di Indonesia selalu ramai di kunjungi wisatawan Manca Negara.

Salah seorang wisatawan Amerika Serikat Ben Scemeller pada lain kesempatan pada penulis mengatakan “Potensi Kepariwisataan Dataran Tinggi Gayo merupakan potensi yang belum sepenuhnya  digali dan dikembangkan”.  “Dengan bermodalkan Panorama  alam Dataran Tinggi  Gayo yang permai yang telah disajikan alam tanpa adanya sentuhan apapun sudah memiliki  daya magnet bagi wisatawan, apalagi  dilengkapi dengan sarana dan prasarana wisata yang memadai,  bukankah suatu  kemustahilan perkembangan pariwisata Aceh Tengah akan seperti Parapat dengan Danau Tobanya.

Pada lain  kesempatan pemulis  mendapat masukan dari sejumlah wisatawan dari Eropa. Mereka mengatakan umumya   para wisatawan lebih menyukai menginap  di home stay yang lokasinya tidak berjauhan dari objek wisata  dan kampung  sekitar, dengan demikian  ucap  Serena,  seorang  wisatawan dari  salah satu negara Eropa Barat, wisatawan dapat merasakan lebih dekat dengan alam dan kebudayaan masyarakat yang ada di kampung. Peluang ini sangat memungkinan  untuk di kembangkan .

Untuk mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke negeri diatas awan ini, kiranya istansi terkait dapat meng – agendakan kalender wisata budaya dengan menampilkan seni dan kebudayaan Aceh Tengah secara periodik di samping  even  budaya tetap   seperti; Pacu Kuda Tradisional, Lomba dayung Perahu Tradisional dan even budaya lainnya,dan menginformasikannya melalui media cetak maupun elektronik. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Tanoh Gayo merupakan pemasukan untuk Pendapat Asli Daerah (PAD).

*Penulis   mantan   guide Aceh Tengah 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.