Saat Menjadi Ibu, Harus Mendua Hati

Oleh :Vera HAstuti, M. Pd

 

Momen hari ibu di Takengon, Aceh Tengah dirayakan dengan pemberian bunga kepada ibu-ibu yang berjualan di pasar pagi , Aceh Tengah. Rangkaian peringatan Hari Ibu ke-85 di Dataran Tinggi itu,  ditandai dengan senam massal dan gerak jalan santai. Hari Minggu, tanggal 22 Desember 2013, Bupati  beserta jajaran tinggi pemerintahan Aceh Tengah  dan  istri, turut  juga memeriahkan hari ibu dengan ikut berjalan kaki keliling di seputaran kota Takengon, Aceh Tengah.

Hari ibu berawal dari sebuah kongres  yang diadakan oleh para perempuan Indonesia pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandala Bhakti Wabitatama di jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Kemudian, penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan hari ibu diputuskan dalam kongres III pada tahun 1938. Melalui Dekrit presiden no. 316 tahun 1959, Presiden Soekarno kemudian menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu yang diadakan secara nasional hingga kini. Kongres yang diadakan para perempuan Indonesia dari berbagai daerah saat itu bertujuan untuk menegaskan peran perempuan Indonesia  untuk ikut mengambil bagian dalampergerakan nasional.

Sejatinya, tugas wajib seorang ibu, ataupun seorang istri adalah mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anaknya. Berhasil atau tidaknya seorang anak, andil seorang ibu biasanya lebih mendominasi dikarenakan biasanya dari aspek psikologi sang anak lebih dekat kepada ibunya. Namun, karena kebutuhan ekonomi yang  kian hari meningkat,  memaksa ibu-ibu yang seharusnya hanya “duduk bagus” di rumah harus ikut juga membantu sang suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Di kehidupan serba modern seperti saat ini, ditambah dengan persetaraan jender yang akhir-akhir ini kian merebak, membuat peran perempuan dalam dunia pekerjaan, baik bidang perdagangan maupun  politik tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Di Takengon saja, mengisi minyak di SPBU, berdagang di Pasar Pagi maupun Pasar Petani, berkebun, berladang  dan menyapu jalan kini telah didominsi oleh banyak  kaum perempuan.

Para perempuan, yang  ‘nota benenya’ seorang ibu yang mempunyai anak yang harus dididik dengan baik di rumah harus “pandai-pandai” membagi waktu antara bekerja dan mendidik anak. Seperti kata motivator Indonesia, Mario Teguh. Anak akan selalu menjadi anak, seperti Ibu akan selalu menajdi Ibu. Maksud dari ungkapan ini adalah bagaimanapun kini sibuknya seorang ibu dalam dunia kerja, tetap saja andil nya dalam mendidik anak adalah hal yang utama.

Dalam perkembangan teknologi yang kian pesat saat ini, seorang anak sangat memerlukan peran ibu dalam hal mengawasi anak-anaknya dari bahaya atau segi negative perkembangan teknologi. Banyak anak-anak kini berjalan tanpa tentu arah karena kurangnya tuntunan dari orang tua, terutama ibunya. Pengaruh teknologi, terutama internet secara inplisit telah memapah  generasi muda saat ini terutama anak-anak ke  jalan yang salah, melemahkan iman, bahkan bisa saja menjurus kepada tindakan kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat.

Moral anak-anak sekarang ini,  kian hari kian menurun bahkan nyaris hilang. Jarang sudah ditemui anak-anak atau pemuda yang mengaji di surau-surau atau mesjid-mesjid  guna belajar  agama atau mengaji. Teknologi, terutama internet telah begitu besar mengambil perhatian anak-anak dan generasi muda saat ini, arus moderenisasi lewat alat teknologi internet kian menjadi jurang pemisah antara anak-anak dan pendidikan agama.Dan,disaat nilai –nilai agama mulai hilang dan sirna dari sanubari dan hati generasi dan anak muda, maka tema cerita Maling Kundang versi kedua,ketiga,dan keempat dengan berbagai judul bukan hal yang mustahil akan menjadi cerita dalam kehidupan modern saat ini.

Melalui hari ibu, marilah para ibu, menelaah dan merekontruksi ulang perannya  sebagai ibu. Terutama para ibu yang berperan ganda dalam dunia kerja. Mengutamakan kebutuhan anak baik dalam hal pendidikan maupun hal lainnya adalah tugas penting seorang ibu disamping sebagai wanita karir yang sukses dalam dunia pekerjaan.  Perkembangan teknologi yang kian tak terkontrol saat ini merupakan “PR” para ibu untuk menjadi pelindung atau vaksin untuk anak-anak dan keluarganya sebagai penuntun jalan benar dari virus-virus yang dapat merusak iman dan aqidah.

Menjadi seorang ibu yang berhasil menuntun anak-anaknya ke jalan kesuksesan merupakan kebahagiaan yang tak sebanding dengan apapun bagi seorang ibu. Apa yang ditanam itulah yang akan dituai, begitu jualah dalam  mendidik anak. Ketika kita dapat mendidik seorang anak  dengan bekal pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan agama dan menuntun mereka memilih jalan yang benar dalam kehidupannya, maka kelak kita akan menuai anak amal shaleh yang akan senantiasa mendoakan kita, pun jika kita tak lagi ada di dunia ini. InsyaAllah. Maka di saat momen Hari Ibu yang masih terasa hangat dirasakan, Kami menucapakan selamat hari Ibu, untuk semua ibu didunia,semoga dapat menjadi ibu yang  bisa menjadi penuntun anak-anak nya ke jalan kesuksesan dunia dan akhirat walaupun dengan membagi waktu antara dunia pekerjaan dan keluarga.

 

 

Guru SMAN 1Takengon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

News