Oleh : Kamaluddin. S.Pd.I
Pada pembahasan kali ini akan kita awali dengan landasan pernikahan dua insan manusia. Menikah adalah suatu ikatan mulia, menikah itu tidak cukup hanya bermodalkan pekerjaan dan cinta namun hal yang paling penting adalah dua yang akan menikah adalah memahami ilmu sebagai orang tua (parenting).
Menurut Ibnu Qayyim yang menyebabkan kerusakan sosial dimasyarakat dan penyimpangan prilaku pada anak-anak disebabkan oleh tidak amanahnya seorang ayah dalam keluarga, sehingga anak-anak akan haus sosok ayah didalam rumah.
Didalam sebuah penelitian di dalam Al qur’an ada Sembilan belas ayat yang menceritakan dialog antara orang tua dan anak empat belas diantaranya menceritakan dialog antara ayah dan anak dan dua lagi menceritakan dialog antara ibu dan anak, sedang dua ayat lagi mencertitakan dialog orang tua dan anak tanpa nama, dalam Alqur’an menjelaskan betapa intennya peran ayah yaitu empat belas berbanding dua. Ini menunjukkan pentingnya peran ayah bagi pendidikan anak. Banyak saat ini anak laki-laki yang kehilangan teladan dari sosok ayahnya sehingga mencari pelampiasan diluar lingkungannya. Kurangnya pemahaman ayah tentang pentingya berdialog dengan anak atau bahkan ada yang tidak pandai berdialog dengan anak-anaknya, yang mereka tahu hanyalah memerintah anak, sudah belajar?, sudah sholat?, namun ayah ini lupa meneladani anaknya, sehingga rumah dan ayah menjadi sosok yang menyebalkan bagi anak, kejadian ini juga ikut menyumbang permasalahan sosial yang terjadi saat ini salah satunya adalah kenakanalan remaja dan genk motor yang terjadi di perkotaan karena anak haus akan cinta dan perhatian dari ayah mereka.
Fenomena lain Banyak anak lebih suka mengurung diri di kamar dari pada harus menemui dan berbicara dengan ayahnya saat pulang dari pekerjaan, karena pembincaraan ayahnya sudah dia hafal dan setiap hari itu-itu saja marah, menekan, tidak mau mendengarkan perkataan dan curhatan hati anak. Ada hal yang perlu kita renungkan dari perkataan salah seorang ulama muda Indonesia yaitu: Bactiar Nasir Sekjend MUIMI (Majlis Ulama Intelektual Muda Indonesia) “Banyak ayah yang kehilangan anaknya, kenakalannya sebenarnya merupakan ekspresi dari rasa sebalnya kepada ayahnya, banyak ayah yang tidak mengerti perkembangan anaknya. Ayah seperti inilah yang sebenarnya telah gagal menjadi ayah yang”
Hadiah yang paling berharga dari seorang ayah untuk anaknya bukanlah mainan yang mahal atau Game yang mahal, namun hadiah yang paling berharga dari seorang ayah untuk anaknya adalah pelukan dan senyuman penuh cinta saat dia pulang bekerja.
Lihatlah betapa tangguhnya para sosok ayah yang diceritakan didalam Al Qur’an nabi Ya’kub , bahkan dua orang yang nama mereka di abadikan didalam Al qur’an karena keteladanan mereka terhadap anak-anak dan keluarga, mereka adalah Imran dan Luqmanul Hakim. Mereka bukanlah para nabi dan Rasul namun nama mereka Allah abadikan di dalam Alqur’an karena keteladanan mereka menjadi sosok ayah yang luar biasa.
Nabi ya’kub ketika akan wafat bertanya kepada anak-anaknya “maa ta’buduunamimba’di? Siapa yang akan kalian sembah wahai anak-anakku ketika aku mati?, suatu pertanyaan yang mungkin tidak pernah ditanyakan oleh para ayah saat ini, Imran adalah ayah dari siti maryam yang telah sukses menyerahkan pendidikan anaknya kepada nabi zakaria, pada saat akan mencarikan guru untuk anaknya Imran menyeleksi semua gurunya dan yang paling baik dan cocok menjadi guru menurut Imran adalah nabi zakaria karena dia sabar, baik agamanya yang ketiga adalah Luqmanul hakim nasehatnya Allah abadikan dalam surah Ali Imran ayat 20-23 yaitu wahai anakku jangan pernah engkau menyekutukan Allah sepeninggalanku karena menyekutukan Allah merupakan kdazliman yang besar. Semoga kita semua dapat menjadi ayah yang baik bagi anak-anak kita dan bukan malah menjadi para ayah yang gagal.
Dalam bukunya Ayah Edy (37 Kebiasaan Orang tua yang manghasilkan Prilaku buruk pada Anak) Ada beberapa Tips yang mungkin bisa di lakukan bagi para ayah untuk mengendalikan emosi pada anaknya:
- Saat emosi ayah mulai naik saat kecapaian pulang kerja namun anak-anak malah mencari perhatian dan mengajak bermain disaat lelah, maka sadarilah itu bukanlah anak tidak tahu diri atau tidak mengerti kondisi orang tua, melainkan karena rasa kangennya telah menunggu orang tuanya seharian di rumah. Cobalah berfikir positif agar anda tidak emosi.
- Jika anda sangat lelah maka mintalah waktu istirahat sebentar dan setelah itu anda kembali bermain bersama anak.
- Jika sedang emosi maka cara efektif untuk menghindari marah adalah menghindar, baca buku, cuci muka, atau berwudhu.
“anakmu bukanlah anakmu. Mereka adalah putra kerinduan diri sang hidup. Melaluimu mereka ada, namun mereka bukan dirimu. Meskipun mereka bersamamu mereka bukan milikmu” (Kahlil Gibran).
Selamat menjadi ayah yang sholih…
*penulis adalah Guru SD IT Cendekia Takengon, Pernah mengikuti PSPA (Program Sekolah Pengasuhan Anak), PDA (Program Disiplin Anak).
sebuah artikel yang sangat inspiratif dan bermanfaat, nyata jaman sekarang obsesi orang tua terhadap prestasi anak sering terjebak pada tuntutan yang berlebihan, akan tetapi kering dg makna kasih sayang yang semestinya… bonding antara orang tua [ayah ibu] adalah hal pertama untuk memacu prestasi anak secara bermartabat dan manusiawi…