Madrasah, Solusi Pendidikan Abad 21

Syafit'i Saat Kepala MTsN 1 Bener Meriah

Oleh: Syafi’i Saat*

Madrasah sebagai lembaga pendidikan telah lama menjadi tumpuan kepercayaan masyarakat didalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan manusia Indonesia.

Pada prinsipnya madrasah dibangun atas dasar semangat yang tinggi dibarengi dengan keikhlasan, oleh tokoh masyarakat yang menginginkan adanya pendidikan madrasah dikampung mereka, dengan harapan anak keturunan mereka mampu memahami ilmu pengetahuan keagamaan.

Pasang surut kehidupan madrasah selalu ditandai oleh kebijakan politik pemerintahan,dan juga kebutuhan masyarakat sebagai sebagai penerima hasil dari proses pendidikan tersebut. Diawal-awal kemerdekaan Indonesia madrasah dan pendidikan pesantren merupakan pilihan utama masyarakat Indonesia, sehingga banyak tokoh- tokoh yang lahir dari pendidikan madrasah.

Kekhawatiran yang berlebihan terhadap perkembangan pendidikan oleh pemangku kebijakan menyebabkan pendidikan madrasah kurang mendapat perhatian, sehingga terjadilah kemunduran dan masyarakatpun pada akhirnya kurang meminati pendidikan madrasah. Hasil dari kemunduran pendidikan madrasah maka terjadilah apa yang sebut dengan dekadensi karakter masyarakat Indonesia yang kita alami saat ini.

Diera abad ke 21 ini para pemangku kebijakan mulai merasa khawatir dengan perkembangan teknologi informasi yang tidak dapat dibendung, tidak ada obat yang mujarab untuk memperbaiki manusia Indonesia kecuali kembali kepada pendidikan yang baik dan benar, maka salah satu jawabannya adalah pendidikan madrasah.

Namun pristise dan gengsi telah menjadikan para pemangku kebijakan memoles model pendidikan madrasah dengan pola pendidikan abad 21, padahal isinya adalah milik madrasah. Kita sebagai pemilik juga terpesona dengan tampilan yang mereka poles dengan bahasa yang menarik sehingga seakan- akan yang mereka poles tersebut bukan milik madrasah.  Polesan model pendidikan abad 21 milik madrasah yang mereka poles adalah.

  1. Karakter.

Karakter yang harus dimiliki oleh seorang guru ada dua macam yaitu:

  1. Karakter Akhlakul Karimah.

Akhlakul Karimah barang milik madrasah, yang telah lama hilang dari kehidupan seorang guru madrasah, kemudian dipungut oleh saudara kita SD,SMP,SMA IT, dan yang paling aneh kitapun beramai-ramai memasukkan anak kita karena kita hilang kepercayaan terhadap diri kita sendiri, padahal barang tersebut adalah milik kita milik guru madrasah. Andaikan milik madrasah tersebut dapat kita kembalikan kepada pemiliknya maka madrasah adalah solusi yang baik terhadap pendidikan abad 21 ini.

  1. Karakter kinerja.

Madrasah telah membuktikan bahwa para pendiri madrasah adalah orang,-orang yang berkinerja tinggi, para guru madrasah pada awalnya adalah orang-orang yang berkinerja tinggi, mereka tidak mengharapkan imbalan, mereka tidak mengharapkan pangkat dan mereka tidak mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain, tetapi yang mereka lakukan benar-benar ikhlas demi untuk generasi yang mereka harapkan sebagai penggantinya dikemudian hari. Karakter kinerja ini juga telah diambil oleh saudara kita di atas dengan gaji yang sangat terbatas mereka mampu meretas dan memoles pendidikan yang baik. Andaikan karakter kinerja ini dapat kita kembalikan kepada madrasah maka madrasah adalah jawaban pendidikan abad 21.

  1. Kompetensi.

Kompetensi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seseorang. Kompetensi adalah berupa kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, terutama sekali adalah guru. Kompetensi tersebut adalah:

  1. Critical thinking, Al-Qur’an telah menginformasikan kepada kita bahwa setiap ada informasi yang datang cek akan kebenaranya, kemampuan untuk memilah dan memilih informasi tersebut adalah milik guru madrasah, kemampuan tersebut terkadang telah lepas dari tangan kita. sehingga kita sebagai guru madrasah hanya mampu sebagai pengekor didalam setiap permasalahan. Dan andaikata hal tersebut dapat kita kembalikan maka madrasah adalah solusi yang terbaik terhadap pendidikan abad 21.
  2. Creativ.

Hari ini orang berkata mana mungkin tanpa modal dapat membuat model, namun guru madrasah dulu telah melakukannya tanpa adanya bantuan, tanpa adanya gaji mereka berbuat untuk memajukan pendidikan, sehingga melahirkan tokoh-tokoh agama dan juga tokoh nasional. Hari ini barang yang menjadi milik kita tersebut telah menjadi milik orang lain, mungkin dengan uang yang banyak kita tidak mampu berbuat apa-apa konon lagi apabila madrasah tidak punya uang. Ketika Ini semua dapat kita kembalikan maka madrasah adalah solusi terbaik untuk pendidikan abad 21.

  1. Kolaboratif.

Kemampuan menerima perbedaan, kemudian menjadikannya sebagai sebuah satu kesatuan, dan sebuah kekuatan inilah makna dari kolaborasi. Pendidikan madrasah telah melakukannya sejak awal.  Madrasah bukan hanya mengajarkan pendidikan agama, namun mengkolaborasikanya dengan pendidikan umum, namun sampai dengan saat ini para guru madrasah tidak memahami bahwa inilah kelebihan pendidikan madrasah, yang kita abaikan selama ini. Saudara kita dari sebelah paham kemudian memungutnya, memolesnya kemudian menjualnya sehingga kita tidak tahu bahwa barang tersebut adalah milik kita. Dan ketika barang tersebut dapat kita kembalikan maka pendidikan abad 21 madrasahlah jawabannya.

  1. Komunikatif.

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang maknanya”  sampaikanlah olehmu daripadaku walaupun satu ayat” , didalam hadits lain Rasulullah Saw juga menyampaikan” katakanlah kebenaran walaupun sangat pahit” komunikasi merupakan modal yang telah dimiliki oleh guru madrasah. Menerima kebenaran yang di sampaikan oleh orang lain, dan atau kebenaran yang kita sampaikan kepada orang lain adalah budaya yang telah dimiliki oleh guru madrasah. Perkembangan teknologi informasi telah memudarkan budaya yang telah menjadi harta warisan dari guru madrasah sebelumnya. Budaya komunikasi ini telah menjadi milik orang lain , madrasah hanya mampu menjadi penonton terbaik, dan andaikata budaya tersebut dapat kita kembalikan menjadi milik madrasah maka tuntutan terhadap pendidikan abad 21 madrasahlah jawabannya.

  1. Literasi.

Literasi atau budaya menerima keterbukaan, bukanlah sesuatu yang sulit bagi guru madrasah, namun hal ini telah jauh dari kehidupan dan kebiasaan para guru madrasah. Literasi yang dimaksud adalah:

  1. Literasi membaca.

Guru madrasah Tempo Doeloe banyak belajar, banyak membaca, sehingga banyak diantara mereka menjadi tokoh, guru madrasah sekarang juga banyak membaca tetapi bukan membaca buku, banyak membaca WA, hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas pendidikan madrasah Tempo Doeloe dengan sekarang, apabila literasi membaca ini dapat dibudayakan oleh guru madrasah maka tantangan pendidikan abad 21 madrasahlah jawabannya.

  1. Literasi budaya.

Setiap suku pasti memiliki budaya, tinggi rendahnya budaya yang dimiliki oleh sebuah suku merupakan gambaran terhadap keberadaan manusia yang tergabung didalam komunitas suku tersebut. Suku Gayo sebagai komunitas suku yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi, namun tidak pernah dikejewantahkan kedalam dunia pendidikan terutama sekali pendidikan madrasah. Budaya Gayo baru kita banggakan ketika orang lain memakainya atau memamerkannya, tetapi kita sebagai komunitas suku Gayo merasa malu melestarikan budaya Gayo tersebut terutama sekali pada pendidikan madrasah. Jadi tantangan pendidikan abad 21 adalah lestarinya budaya Gayo pada pendidikan madrasah.

  1. Literasi teknologi.

Pendidikan dan teknologi merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan teknologi harus dibarengi dengan kemajuan di bidang pendidikan. Perubahan dari jaman manual kejaman digital terasa sangat sulit, namun mau tidak mau suka tidak suka hal ini harus diterima. Madrasah yang unggul hari ini telah melakukan gebrakan-gebrakan baru di bidang teknologi dan informasi, maka jawaban tantangan pendidikan abad 21 adalah madrasah.

  1. Literasi pengelolaan keuangan.

Uang bukanlah segalanya, tetapi segalanya harus dengan uang, begitu filsafat uang menurut profesor Umam. Pengelolaan keuangan yang baik pada madrasah akan mengantarkan madrasah menjadi solusi pendidikan abad 21. Pengelolaan keuangan pada madrasah apa bila diperuntukkan bagi kemajuan kualitas pendidikan. Hal ini terutama sekali ditentukan oleh steak holder pada madrasah, karena dengan pengelolaan keuangan yang baik akan menciptakan kualitas pendidikan yang baik pada madrasah, dan madrasah yang unggul akan menjadi solusi pendidikan yang baik,dan pendidikan yang baik adalah jawaban tantangan pendidikan dan pembelajaran abad 21.

Rasa terima kasih kami sampaikan kepada bapak kepala kantor kementerian agama kabupaten Bener Meriah yang telah memberikan motivasi menulis kepada kami, dan yang telah mengantarkan madrasah kabupaten Bener Meriah selangkah lebih maju.

*Penulis adalah Kepala MTsN 1 Simpang Tiga, Kab. Bener Meriah dan Pemerhati Budaya Gayo

Comments are closed.