Huru-Hara Demokrasi

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Husaini2

Proses berjalannya pesta demokrasi di Indonesia tahun ini begitu meriah dan riuh, mulai dari kota sampai desa begitu kental dengan lobi-lobi politik. Meriah dan riuhnya pesta demokrasi itu bukan pada hal yang positif tapi pada hal-hal yang negatif, karena demokrasi adalah  ciptaan  tangan  manusia sendiri  yang terkadang menuruti  hawa nafsu karena ingin mencapai apa yang dia inginkan. Dalam hal ini, demokrasi merupakan produk orang  kafir dan salah satu cara orang kafir menghancurkan Agama  Islam  adalah  dengan menerapkan paham demokrasi. Demokrasi menyuruh kita untuk saling fitnah, fanatik  kelompok sehingga kelompok lain menjadi lawan, adu domba dan saling menebar ancaman demi memenangkan kelompoknya.

 

Dengan demokrasi teman menjadi musuh karena  perbedaan  pilihan, saudara menjadi tak akur karena saling serang menyerang  dalam mempertahankan  argument, semuanya hilang persaudaraan dalam sekejap  hanya karena produk orang kafir tersebut. Dalam demokrasi juga tentu seseorang mempunyai  suaranya masing-masing dan itu merupakan hak setiap warga negara Indonesia, namun  dalam setiap perbedaan  itu terkadang memunculkan berbagai macam kebencian, permusuhan  dan  menyebarkan fitnah.

 

penulis sering mendengar  para penceramah mengatakan bahwa demokrasi selaras dengan Islam atau demokrasi tidak bertentangan dengan demokrasi. Dan kita sebagai umat muslim banyak yang berpandangan bahwa, Islam telah mengajarlan  demokrasi sejak abad 14 silam. Pandangan yang keliru ini muncul akibat kesalahpahaman dalam memahami hakekat demokrasi  seperti yang dimaksudkan  oleh para pencetus awal demokrasi atau muncul karena ketidakpahaman terhadap hakekat ajaran Islam sendiri. Orang awam pun banyak yang belum memahami bahwa perbedaan-perbedaan prinsip antara Islam dan demokrasi, bahwa  mereka berkeyakinan hanya dengan demokrasi bisa meruntuhkan yang namanya otoriter dan mau mendengarkan suara rakyat padahal dalam sistem  pemerintahan Islam telah menerapkan  yang namanya  Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah yang terbukti mampu menciptakan negara yang adil, makmur dan maju.

 

Demokrasi Produk Manusia

 

Yang membuat manusia saling bermusuhan, perpecahan  antar umat  dan fanatik kelompok ialah dengan produk manusia yang bernama demokrasi, demokrasi ini merupakan pedoman hidup kaum paganis yang tidak bersumber kepada syari’at Allah. Oleh karena itu, negara-negara Islam  yang berpedoman hidup kepada syari’at Allah tak pernah ada perpecahan dan permusuhan apalagi saling memfitnah. Bagi para pembaca tidak asing lagi dengan negara Islam Iran  bahwa  negara Islam Iran maju dan  berkembang dan mampu bersaing  dengan negara barat karena mereka menerapkan  nilai-nilai prinsip Islam dalam  pemerintahan  mereka baik itu dibidang politik, ekonomi, sosial, tekhnologi/ilmu pengetahuan dan  lain sebagainya. Brunei Darussalam dan di Aceh ini juga dulu diperjuangkan untuk mendirikian negara Islam namun dilawan oleh pusat.

 

Dengan berpedoman kepada demokrasi kita akan terus dirong-rong oleh  kesusahan perselisihan dan dengan sistem  demokrasi jika ada perselisihan maka akan dikembalikan kepada rakyat ataupun kepeda wakil rakyat. Padahal dalam Islam, segala bentuk perselisihan pendapat dikembalikan  kepada Allah dan Rasul-Nya yaitu kepada Al-qur’an dan As-Sunnah.

 

“Dan permasalahan apapun yang kalian perselisihkan  maka keputusannya di tangan Allah. (Asy-Syura: 42).

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya dan para pemimpin kalian. Jika kalian berselisih dalam  satu masalah maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah) jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang  demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa: 59).

Namun dalam zaman yang serba hawa nafsu dan zaman gila jabatan ini dan  dikekang oleh sistem demokrasi banyak manusia yang gila jabatan  dipenuhi  dengan hawa nafsu tak pernah mengembalikan segala permasalahan  kepada Al-qur’an dan As-Sunnah. Karena mereka tidak ingin rugi dan mereka  ingin menang mengikuti  hawa nafsu mereka.

 

Pendidikan Demokrasi

 

Bangsa  kita memang telah menganut  paham demokrasi dan  sepatutnya lah sebagai warga negara Indonesia kita bersama-sama dalam bersosial untuk menjalankan demokrasi tersebut dengan sebaik mungkin, bermartabat, santun dan beretika dalam berdemokrasi. Karena demokrasi itu membutuhkan media sosial ‘media sosial hanya dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai  individu lain sehingga mereka mau membuat  komitmen yang  dapat dipertanggung jawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan, modal sosial  adalah faktor determinan yang menunjang kekokohan  struktur  bangunan demokrasi. Dan dalam  membangun demokrasi dibutuhkan sikap dasar yang  kritis, kreatifitas dan independensi; dan untuk menjaga ketertiban dan keamanan  dibutuhkan sikap saling menghormati (ketertiban yang dipacu melulu melalui kepatuhan akan melahirkan ketaatan yang semu).

 

Dalam berdemokrasi ini tak lepas dari kepentingan elit-elit politik untuk  memperkaya diri  dan  kelompok sedangkan rakyat hanya  sebagai alat untuk memperkaya mereka, rakyat tak paham pendidikan demokrasi terkadang  membuat ricuh sedangkan orang-orang yang baru panas dan baru paham berpolitik begitu  fanatik  dalam kelompoknya dan para elitnya tak mau mengalah dan  ingin menuruti hawa nafsunya. Huru-hara dalam berdemokrasi  ini kemungkinan terus bergejolak sampai semua rakyat Indonesia memahami arti dari sebuah pendidikan  demokrasi sehingga hura-hara tersebut tidak terjadi lagi seperti saat sekarang ini.

 

*Remaja Masjid

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Deprecated: str_replace(): Passing null to parameter #3 ($subject) of type array|string is deprecated in /home/wxiegknl/public_html/wp-content/plugins/newkarma-core/lib/relatedpost.php on line 627