Takengen | Lintas Gayo – Kekerasan yang dialami Irwandi MN, wartawan Waspada, saat dilangsungkan pelantikan DPRK Aceh Tengah, hingga kini masih hangat diperbincangkan, apalagi setelah lembaga resmi PWI Balai Aceh Tengah dan Bener Meriah melayangkan surat kepada bupati dan Kapolres Aceh Tengah.
Pembahasan itu, bukan hanya dikalangan insan Pers, masyarakat umum juga turut membahasnya. Bahkan dibeberapa warung kopi insiden terhadap wartawan itu menjadi perbincangan serius. Demikian informasi yang berhasil dihimpun Lintas Gayo, Jumat (29/8/2014).
Irwandi MN tangannya dipukul oleh petugas keamanan dari Mapolres Aceh Tengah yang menjaga pintu masuk gedung pelantikan DPRK, selain itu Irwandi ditarik paksa keluar dan ahirnya terjadi “perang” mulut.
Irwandi mempersoalkan kenapa ada diskriminasi dalam peliputan ada yang diberikan masuk dan ada yang tidak dengan alasan bead. Lintas Gayo. Com. melihat, tidak semua wartawan yang meliput berita pelantikan itu memiliki bead, bahkan ketua PWI Aceh Tengah Julihan Darussalam, Irwandi MN dan Roni Metro, diizinkan masuk, namun tidak pakai bead.
Namun, Irwandi protes kenapa wartawan lainnya tidak dibenarkan masuk. Irwandi mengajak wartawan lainnya untuk masuk. Saat itulah tangannya dipukul, ditarik keluar. Roni dan Irwandi keluar dari gedung membela wartawan lain.
Dua hari setelah insiden itu, PWI Aceh Tengah tertanggal 27 Agustus mengirimkan surat resmi kepada Bupati Aceh Tengah sehubungan pelecehan dan kekerasan terhadap tugas jurnalistik yang dilakukan Irwandi MN. Surat yang ditembuskan ke dewan Pers, Kapolda Aceh, PWI Aceh dan DPRK Aceh Tengah itu, belum diketahui realisasinya.
Sebelumnya Ikatan Solidaritas Indonesia Sejahtera (ISIS) Aceh Tengah yang turut prihatin atas insiden yang menimpa wartawan saat meliput berita pelantikan, telah melakukan aksi demo diam di Mapolres Aceh Tengah. (LG011)