Banda Aceh | Lintas Gayo- Kritikan oleh kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya Gayo Merdeka dan sudah dinaikkan di beberapa media Online, menjadi pembahasan hangat. Joe Samalanga, salah seorang pemerhati kesenian dan juga pegiat media, membahas persoalan itu melalui Face Booksnya.
Joe Samalanga sangat mendukung kegiatan kesenian Gayo Art Women (GAW) yang diselenggarakan di Banda Aceh. Dia melalui akunya mengucapkan terima kasih. Ini postinganya diedit Lintas Gayo.Com, tanpa merubah sedikitpun makna.
Terima kasih adik adikku. Bahasa media cukup menyentak setelah acara Gayo Art Women. Buktikan karya kalian yang bukan penghianat itu. “Katakan Gayo dengan karya, katakana pengisi acara Ramlah, Hidayah, Maya, Abu Kari Aman Jarum dan sejumlah lainnya dan sejumlah lainya telah berkhianat.
Ingat sejarah pengkhianatan yang harus memutuskan segalanya. Mari koreksi kembali kata-kata sederhana itu dengan diri kita, adik-adik kita yang berkesenian cuma memulai berkesenian di kampung orang secara santun dan berguna, demikian Joe Samalanga.
Postingan 30 Mei 2015 dini hari itu, mendapat beragam tanggapan. Sriwahyuni (pegiat lingkungan hidup di Bener Meriah) misalnya, menanggapi. Ada ganjalan, kayak duri di tenggorokan dan itu ngak boleh dianggap ngak ada. Soal seni yg ditampilkan dah pasti ngak ada duanya.
Joe kembali menangapi dan meminta Sri Wahyuni mempejelas. “ Berkesenian milik semua manusia dan dimana yang salah, apalagi pesan yang disampaikan sekaligus transfer budaya.
Tangapan dari berbagai komentar itu mempersoalkan adanya fhoto Wali Nanggroe dalam kegiatan tersebut. Persoalan wali nanggroe dalam acara itu bagaikan menelan makanan namun terasa ada durinya.
Namun Joe Samalanga menegaskan persoalan kesenian tidak ada yang bertikai. Semua sama, dan ketika pikiran politik dangkal mengacaukan kepala, hasilnya akan tak berimbang. Namun perbedaan pandangan dengan Joe juga muncul, kesenian itu dikaitkan dengan politik.
Semula banyak pihak yang antusias dan sangat mendukung kegiatan GAW, namun setelah adanya pemasangan foto Wali Nanggroe di sejumlah spanduk saat promosi, muncul perbedaan pandangan dalam soal acara tersebut.
Acara yang digelar berlangsung sukses, seniman dari kawasan Dataran tinggi Gayo menunjukkan kebolehan dalam karya seni. Namun persoalan GAW juga menjadi pembahasan yang bernuansa politik. (LG 003)
Berita terkait :
- Gayo Art Women Berkhianat Pada Perjuangan Mahasiswa
- Aksi Mahasiswa Tolak Lembaga Wali Nanggroe di Banda Aceh Ricuh
- Mahasiswa Gayo Lawan Qanun Wali Nangroe