Fenomena Perilaku Entrepreneurship Urang Gayo

Oleh :Abdiansyah Linge, MA

Salah satu faktor yang mendorong perilaku manusia termasuk dalam berperilaku ekonomi adalah budaya. Budaya merupakan bagian dari pemikiran, akal budi atau adat istiadat. Secara tata bahasa, kebudayaan diturunkan dari kata budaya cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Pada era globalisasi saat ini perilaku manusia juga tidak terlepas dari budaya atau adat istiadat yang diyakini. Perilaku keseharian manusia merupakan refleksi dari pengetahuan, sikap dan perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat.

Kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat pada saat ini juga berkaitan erat dengan budaya yang dimiliki masing masing individu. Di Indonesia kita mengenal kelompok masyarakat tertentu yang memiliki kemampuan dalam bidang ekonomi karena didorong oleh nilai-nilai budaya yang dimiliki, seperti suku Minang dan suku Aceh, suku Tiong Hoa. Dimana perilaku keseharian merupakan kebiasaan yang diwariskan dari pendahulu, sehingga minat terhadap kegiatan ekonomi khususnya berwirausaha lebih dominan.

Masyarakat Aceh Tengah merupakan masyarakat mayoritas suku Gayo. Berdasarkan sejarah, suku Gayo sudah ada di Aceh Tengah jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia. Kehidupan masyarakat suku Gayo sangat memegang teguh konsep adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahun 80-an masyarakat Gayo masih menerapkan hukum adat dalam bercocok tanam, termasuk kegiatan ekonomi yang dilakukan, meliputi produksi, konsumsi dan distribusi.

Kegiatan produksi masyarakat Gayo lebih pada kegiatan pertanian, khususnya komoditi kopi. Kopi merupakan sumber pendapatan mayoritas suku Gayo, hal ini disebabkan budaya bertani merupakan warisan dari masyarakat generasi sebelumnya. Multiplier effect dari hasil pertanian kopi menentukan pertumbuhan ekonomi di Aceh Tengah.

Dari data Aceh Tengah dalam Angka didapatkan  jumlah area yang digunakan masyarakat untuk perkebunan kopi seluar 48.300 Ha. Luas areal ini jika dibandingkan dengan luas tanaman padi sawah di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2013 dengan luas tanam 8.057.00 Ha.

Permasalahan distribusi yang merupakan bagian dari kegiatan ekonomi menjadi kajian khusus pada tulisan ini. Suku Gayo belum maksimal melakukan kegiatan ekonomi distribusi. Pernyataan ini dapat dibuktikan dari pola hidup masyarakat Gayo. Daerah Takengon sebagai ibu kota Kabupaten Aceh Tengah pada awalnya dimiliki oleh masyarakat suku Gayo. Daerah ini merupakan daerah yang strategis untuk memasarkan produk-produk ekonomi. Jumlah masyarakat Aceh Tengah yang plural serta konsentrasi kegiatan ekonomi yang terpusat di Takengon, merupakan modal utama dalam mengembangkan asset yang dimiliki oleh masyarakat suku Gayo. Namun, pada saat ini asset ekonomi yang strategis tersebut tidak didominasi oleh masyarakat suku Gayo.

Titik-titik strategis dalam kegiatan distribusi, yaitu kegiatan ekonomi yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen yang terdapat di Aceh Tengah dan kota Takengon khususnya tidak didominasi lagi oleh masyarakat suku Gayo. Walaupun beberapa masih dimiliki oleh masayarakat Gayo namun dikelola oleh orang lain dengan kata lain asset tersebut disewakan.

Banyaknya industri sebagai akibat dari peran entrepreneur dalam mengembangkan kegiatan ekonomi dan dampaknya terhadap tenaga kerja menjadi variable penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jumlah industri di Kabupaten Aceh Tengah masih relative kurang, hal ini dapat dilihat dari jumlah industri dan jumlah tenaga kerja yang terdapat pada salah satu Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah. (dapat dilihat pada Aceh Tengah Dalam Angka 2014. hlm. 321)

Fenomena di atas menggambarkan bagaimana minat entrepreneurship pada masayarakat Aceh Tengah khususnya masyarakat suku Gayo masih sangat kurang, apabila dibandingkan dengan potensi produk pertanian dan sember daya alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Tengah.

Apabila fenomena ini tidak dibenahi dan bukan menjadi prioritas masyarakat Gayo, bukan tidak mungkin masyarakat Gayo akan tersingkirkan karena tidak mampu bersaing pada era globalisasi saat ini. Berbagai pihak baik tokoh adat, pemerintah maupun individu sudah selayaknya memikirkan dan mencari solusi dalam masalah ini agar eksistensi masyarakat Gayo tetap ada dan berkembang.

Secara garis besar, terdapat upaya yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak, seperti tokoh adat dan akademisi, menyampaikan nilai-nilai ekonomi dalam budaya gayo sehingga dapat memotivasi urang gayo dalam melakukan kegiatan distribusi ekonomi. Oleh pemerintah dengan cara melaksanakan fungsi pemerintah untuk memotivasi, memfasilitasi dan menentukan regulasi yang berkaitan dengan meningkatkan atau menumbuhkan minat masyarakat dalam berwirausaha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.