Takengen | Lintas Gayo– Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin menegaskan bahwa penempatan TPA Uwer Tetemi sudah sesuai dengan prosedur, bahkan sudah mulai direncanakan sejak tahun 2012 lalu.
Tahap awal perencanaan dilakukan survey kelayakan lokasi, dari Pemda ajukan 3 titik kepada Dinas Cipta Karya Aceh untuk dibangun TPA dengan dukungan dana dari pemerintah pusat,” ungkap Nasaruddin dihadapan sejumlah elemen masyarakat dalam satu pertemuan yang membahas penanganan sampah di Kota Takengon, Sabtu (30/04/2016)
Penunjukkan TPA Uwer Tetemi yang tepatnya berlokasi di Kampung Mulie Jadi, menurut Nasaruddin, setelah dilakukan kajian Ilmiah dari Tim yang berasal dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
“TPA Uwer Tetemi sudah memenuhi standar. Kalau ada yang kurang, akan terus dilengkapi dan dipenuhi. Kami mengajak masyarakat untuk mengutamakan kepentingan publik dan satu persepsi, agar TPA dapat berfungsi sedia kala, dengan begitu masalah sampah dapat teratasi,” kata bupati.
Penolakan sebagian warga di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Uwer Tetemi Kecamatan Silih Nara Kabupaten Aceh Tengah, telah mengakibatkan menumpuknya sampah di Kota Takengen.
Beberapa warga sekitar TPA (Kampung Mulie Jadi dan Genting Gerbang) mengaku merasa terganggu dengan keberadaan lalat yang mendadak banyak dilingkungan mereka, bahkan ada warga yang meragukan legalitas keberadaan TPA.
“Setelah dinilai lokasi sekarang di Kampung Mulie Jadi yang paling layak. Jauh dari rumah penduduk. Tidak dekat dengan sumber dan aliran air serta persyaratan lainnya,” kata bupati, dalam pertemuan tersebut.
Lebih lanjut Nasaruddin mengatakan, setelah melalui proses kajian lingkungan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL dan UPL), TPA dibangun pada tahun 2015.
Nasaruddin mengakui ada kelemahan pengelolaan TPA Uwer Tetemi diawal operasionalnya. Alat berat yang menjadi pelengkap TPA baru dianggarkan tahun 2016. Sehingga pengelolaan TPA secara sanitary landfill belum dapat berjalan dengan baik.
“Selama ini untuk meratakan dan menutupi TPA dengan tanah dilakukan peminjaman alat berat instansi lain, bahkan ada yang sengaja disewa. Sehingga tidak optimal, ini kita akui ada kelemahan, karena alat berat yang ditempatkan di TPA secara permanen masih dalam proses pengiriman,” jelas Nasaruddin.
Pemda juga mengevaluasi dengan cepat rasa tidak nyaman masyarakat, terutama keluhan lalat dengan melakukan menyemprotan dan menghentikan sementara pembuangan sampah ke Uwer Tetemi, sebut Nasaruddin. (MK/Red LG)