Banda Aceh `| Lintas Gayo – Sebanyak 149 pecatur dari 23 kabupaten/kota mengikuti kualifikasi atau Pra Pekan Olah Raga Aceh (PORA) yang akan dilangsungkan di Kabupaten Aceh Besar pada 2018 mendatang.
“Kualifikasi atau Pra PORA cabang catur berlangsung 16 hingga 21 Oktober mendatang. Pra PORA catur diikuti 149 pecatur dari seluruh Aceh,” kata Wakil Ketua Pengprov Percasi Aceh Heru Dwi S di Banda Aceh, Senin (16/10).
Heru Dwi S yang juga ketua pelaksana Pra PORA catur menyebutkan, hanya Kabupaten Aceh Besar yang tidak mengirimkan pencaturnya. Sebab, pencatur Aceh Besar tidak perlu mengikuti kualifikasi karena mereka merupakan tuan rumah PORA 2018.
“Pra PORA ini didukung sepenuhnya KONI Aceh. Pra PORA ini memperebutkan tujuh tiket PORA kategori catur klasik putra dan putri serta beregu putra,” kata Heru Dwi S.
Ketua Pengprov Percasi Aceh Aldin Nl mengharapkan dari ajang Pra PORA ini lahir pecatur-pecatur berprestasi yang akan mengharumkan Aceh di ajang catur nasional.
“Kami pengurus Percasi Aceh berupaya memperbanyak kejuaran catur di Aceh, termasuk kejuaraan nasional tahun depan. Kejuaraan ini ajang mengukur prestasi, termasuk Pra PORA 2017,” katanya.
Selain itu, sebut dia, Pengprov Percasi Aceh terus berupaya melahirkan pecatur-pecatur Aceh bergelar master, baik master nasional maupun internasional ataupun FIDE.
“Saat ini, Aceh memiliki dua pecatur bergelar master FiDE dan sejumlah master nasional. Ke depan, kami berupaya memperbanyak pecatur bergelar master dari Aceh,” kata Aldin Nl.
Sementara itu, Ketua Harian KONI Aceh Kamaruddin Abubakar mendukung upaya Pengprov Percasi Aceh menggelar Pra PORA sebagai ajang kualifikasi bagi pecatur yang akan bertarung pada Pekan Olahraga Aceh 2018 di Aceh Besar.
“Pra PORA merupakan ajang seleksi untuk melahirkan atlet berprestasi. Pra PORA ini titik awal bagi pecatur untuk meraih prestasi. Dari Pra PORA menuju PORA. Kemudian Porwil, dan PON,” katanya.
Kamaruddin Abubakar berharap Pengprov Percasi Aceh mampu melahirkan pecatur-pecatur berprestasi yang tidak hanya tingkat nasional, tetapi mampu berbicara di ajang internasional.
“Catur ini merupakan olahraga murah meriah, di mana saja bisa dimainkan. Kendati begitu, Pengprov Percasi Aceh juga harus mampu melahirkan pecatur berprestasi,” kata Kamaruddin Abubakar. (Rel/LG010)