Oleh : Win Ruhdi Bathin
Kampung Penarun sontak heboh. Seorang warganya, Ramlah, 65 tahun , hilang. Informasinya menyebar dari mulut ke mulut dan lewat telepon.
Pencarian dilakukan. Melibatkan hampir semua warga Penarun. laki , perempuan hingga anak -anak. Hingga dini hari Ramlah belum ditemukan . Pencarian di lakukan sekitar Kampung Penarun yang memiliki kawasan sawah, sungai dan hutan . Namun Ramlah tak jua ditemukan . Hilang seperti ditelan bumi….
Ramlah kutemui di Kampung Paya Serngi . Sekitar 65 kilometer dari Penarun. Empat hari setelah berita kehilangannya. Jum,at 10 April 2020. Kondisinya sudah pulih. Meski masih sedikit trauma.
Ramlah didampingi sanak keluarganya. Sedang istirahat diatas kasur di ruang tamu. Ramlah menjulurkan kakinya. Menyandarkan punggungnya ke dinding. Diselimuti blanket tebal. Benar -benar santai.
Wanita berkulit agak gelap, berpostur sedang ini menuturkan kisah kehilangan dirinya yang dinilai sangat aneh dan gaib.
Saat itu, Senin 6 April 2020. Ramlah yang petani menziarahi makam suaminya. Kemudian membaca Yasin. Komplek perkuburan itu tak jauh dari rumahnya.
Ramlah pun pulang kerumah. Setibanya di rumah. Dua orang wanita dan seorang pria bertamu ke rumahnya. Mereka, mengajak Ramlah bersama mereka. Untuk mengaji dan berzikir.
Ramlah tentu saja tertarik dan mau. Sambil bertanya, “apa yang saya bawa?”. Mereka meminta Ramlah membawa peralatan shalat dan buku Yasin.
Ramlah pun berangkat bersama mereka. Saat pergi , seorang menantu Ramlah yang sedang berada di sungai dekat rumahnya, melihat kepergian Ramlah seorang diri mengenakan daster sambil mengapit sebuah tas.
Si menantu menduga mertuanya akan ke sawah. Tak jauh dari rumahnya. Namun Ramlah tak pulang hingga Shalat Isya usai.
Keresahan memuncak. Keluarga dan warga Kampung Penarun memulai pencarian dibawah koordinasi Reje (Kepala Kampung).
Semua warga ikut. Laki-laki ,perempuan hingga anak -anak . Warga Penarun disebar. Menyisir Kampung hingga ke hutan. Selasa dinihari (7/4/20), Ramlah tak jua ditemukan.
Warga pulang untuk istirahat dan makan guna melanjutkan pencarian lagi. Selasa pagi , Ramlah kembali di cari.
Pencarian Ramlah kali ini menggunakan canang. Alat bunyi yang di pukul. Biasanya dipakai saat pesta pernikahan.
Hanifan Aman Deri, keponakan Ramlah. Berangkat ke Penarun dari Takengon. Sejak semalam mereka tidak tidur menunggu informasi kehilangan Ibi mereka.
Karena sampai pagi Selasa Bibik nya belum ditemukan, mereka serombongan keluarga menyusul ke Penarun. Ikut pencarian.
Tiba di Kampung Serule, Hanifan berhenti. Penarun masih jauh. Di Serule, Hanifan menemui seorang “pinter”. Hanifan menyampaikan kehilangan bibinya dan berupaya mencari. Ikhtiar lewat Indra ke enam sang orang pinter.
Keduanya bersalaman. Kemudian sang orang pinter memejamkan matanya. Seraya mengucap salam tiga kali. Menyebut tiga lokasi di Penarun.
Selanjutnya sang orang pinter ini seperti sedang berbicara dengan orang lain. Tangannya masih menyalami tangan Hanifan.
Kemudian, sang orang pinter ini meminta Hanifan menunaikan satu kewajiban bila Bibiknya ditemukan . Tanpa berpikir panjang , Hanifan mengiyakannya.
“Ini hanya upaya. Ikhtiar. Seperti melempar. Semoga lemparan kita kena,” katanya pada Hanifan. Hanifanpun berangkat ke Penarun.
Menurut si Orang pinter, Bibiknya akan ditemukan diantara waktu Ashar ke Magrib di hari Selasa itu.
Hanifan meluncur dengan kecepatan tinggi ke Penarun. Tiba di Penarun sekitar pukul 10 Lebih. Hanifan langsung bergabung dengan rombongan pencari.
Hingga Selasa siang, Bibiknya Ramlah belum juga ditemukan. Para pencari pulang dari hutan untuk istirahat, makan ,Shalat.
“Semua orang tampak sedih. Orang tua dan anak anak yang ikut mencari. Tak ada senyum diwajah mereka”‘, kata Hanifan.
Selepas Zuhur, warga kembali mencari Ramlah. Canang dipukul beramai ramai sambil berteriak memanggil nama Ramlah…
Hampir semua bagian tanah di Serule, sudah disisir . Tapi Ramlah belum juga ditemukan . Hingga pukul 15.00 Wib, Ramlah ditemukan duduk Peserme di sebuah lokasi bekas sawah. Sekitar 1.5 kilometer dari Kampung Penarun.
Wargapun berhamburan ke tempat Ramlah ditemukan, berucap Syukur pada Allah dan tangis gembira…
Menurut Ramlah, setelah diajak pergi oleh dua orang wanita yang berjilbab dan lelaki bersurban. Dia pergi ke sebuah rumah yang indah dan cantik.
Dia seperti berada di ruangan yang berbentuk bundar. Disana semua orang berzikir, shalat dan mengaji. Suasana begitu khidmat . Tempat berwudhu ada didekat mereka berzikir dan shalat.
Suasana nyaman itu berhenti. Ketika kepada Ramlah dikatakan, orang yang menjemput Ramlah sudah tiba. Ramlah, tidak boleh lagi ikut mereka.
Agar Ramlah dilihat para pencari, Ramlah diajarkan cara duduk tertentu. Sambil menutup kepala dengan sajadah.
Ramlah ditemukan pencari wanita. Orang yang pertama menemukan Ramlah, sebelumnya bermimpi bahwa dialah yang akan menemukan Ramlah.
Ramlah mengaku tidak pernah mendengar teriakan para pencarinya. Termasuk suara canang yang dipukul berkali kali di kawasan Penarun.
Lokasi Ramlah ditemukan sudah berpuluh kali dilalui oleh banyak orang. Saat penyisiran. Bahkan banyak warga yang istirahat disana.
Dikatakan Hanifan, sebelum Bibiknya Ramlah ditemukan di lokasi itu, kawanan kera berada di lokasi tersebut dan tak mau pindah.
Lokasi ditemukannya Ramlah adalah salah satu lokasi yang disalami orang pinter di Serule.
Ketika ditemukan Ramlah dalam kondisi pucat pasi dan selalu menutup matanya. Meski suara canang diperdengarkan ke telinganya.
Kondisinya lemah sehingga harus ditandu saat dibawa ke Kampung. Karena melihat kondisi bibinya yang seperti orang kritis , Hanifan membawa Ramlah ke Paya Serngi.
Sehati setelah berada di Paya Serngi, kondisi Ramlah membaik. Tanpa harus ke dokter . Dan Ruh Arwah Semangatnya telah kembali…..
Paya Serngi , 11 April 2020