Redelong| Lintasgayo.com – Bangunan bekas asrama mahasiswa Gayo di Jalan Halat/Gedung Arca No 28A Medan kian memprihatinkan. Bangunan yang biasa digunakan sebagai rumah singgah bagi masyarakat Gayo dan Alas saat berkunjung ke Medan tersebut kini sudah tidak terurus.
Alwin Alpina, ST alumni mahasiswa Medan sangat menyayangkan tidak terurusnya bangunan tersebut oleh pihak Yayasan. “Pendirian asrama tersebut berawal dari perihatinnya masyarakat Gayo terhadap kondisi pendidikan mahasiswa yang berada di kota Medan,” kata Alwin kepada media ini Senin (06/07/20).
Alumni Teknik Sipil dari Institut Teknologi Medan ini menjelaskan pada tahun 60-an masyarakat Gayo dan Alas di Medan bahu-membahu secara swadaya mengumpulkan biaya pendirian bangunan bekas asrama mahasiswa ini.
“Pendiriannya berawal dari swadaya masyarakat Gayo dan Alas, di kutip dari lapisan masyarakat Gayo dan Alas. Ada yang memberikan uang, barang dan juga beras ketika itu, demi pendidikan generasi Gayo,” terang Alwin yang juga mantan penghuni Asrama Gayo yang terlantar tersebut.
Namun kata Alwin, Seiring berjalan waktu asrama tersebut kemudian beralih asetnya (tanah dan bangunan) menjadi milik yayasan KGAT yang berada di kota medan.
“Ribuan alumni sudah pernah tinggal di Asrama kebanggaan orang Gayo, berfungsi sebagai tempat penginapan bagi Pelajar/Mahasiswa dan juga persinggahan bagi masyarakat Gayo dari daerah asal. Asrama juga dijadikan ajang tempat diskusi dan belajar bagi mahasiswa, berkumpulnya Aktivis Kampus dan juga ajang latihan kesenian daerah.” Jelasnya.
Kemegahan Asrama KGAT dulu,sambungnya, saat ini berubah 180 derajat sehingga membuat alumni terluka hatinya dan kecewa dengan melihat kondisinya sekarang. “Bangunan ini sudah 5 tahun di telantarkan oleh Organisasi KGAT yang namanya sekarang berubah MUSARA GAYO,” sambung Alwin.
Padahal, kata Alwin, sejarah mencatat bagaimana susahnya orang tua kita dalam penggadaan tanah dan pembangunan Asrama Gayo di Kota Medan, baik kontribusinya dari masyarakat Gayo, Pemda maupun para alumni Asrama itu sendiri.
“Sekarang Kondisi fisik bangunan asrama, kusen pintu jendela,plafon dan atapnya raib entah kemana, air bersih dan listriknya mati, mestinya ini menjadi perhatian khusus. Siapakah yang bertanggung jawab dalam persoalan pengelolaan Asrama Gayo sekarang ini,” tegas Alwin.
Sapriansyah salah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Medan ini juga menyayangkan terlantarnya bangunan bersejarah ini.
“Padahal, Orang tua yang ada di medan KGAT atau sekarang menjadi MUSARA GAYO sebagai wadah berkumpulnya masyarakat Gayo di Sumatera Utara, yang sudah lama menetab di kota Medan yang memiliki pekerjaan yang sangat layak di daerah perantauan Provinsi Sumatera Utara,” kata Sapriansyah, Ketua Himpunan Mahasiswa Bener Meriah Sumantera Utara ini.
“2 tahun yang lalu kakanda Alwin sudah menginisiasi donasi untuk pembangunan asrama, khusus di pembangunan pagarnya karena keterbatasan anggaran dan sekarang sudah selesai di bangun,” katanya.
Ia berharap kepada masyarakat Gayo medan, alumni, mahasiswa, lembaga, Pemda Aceh Tengah dan Bener Meriah bahu membahu bergotong royong mengembalikan Asrama Gayo kebanggan Masyarakat Gayo di medan itu, Sebab pada hari ini dimana mahasiswa Gayo Medan sangat butuh tempat berkumpul, berdiskusi, serta tempat belajar bagi mahasiswa.
“Kedepannya saya terus mengajak pihak yang tergerak hatinya dan peduli untuk membangun dan mengembalikan asrama kebanggaan orang Gayo di medan itu,” tutup Sapriansyah. (Ihfa)