Oleh Johansyah*
Suatu ketika, di akhir bulan Sya’ban Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai semua manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, penuh keberkahan, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Diwajibkan padanya puasa dan dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamya. Siapa yang mengerjakan satu kebaikan (sunah) pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu kewajiban di bulan-bulan lain. Siapa yang mengerjakan ibadah wajib seakan-akan mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban di bulan-bulan lain“. (H.R. Muslim dari Salman).
Saat ini kita berada di gerbang satu bulan yang sangat mulia yakni bulan ramadhan. Bulan yang dinanti-nantikan oleh umat Islam, terutama mereka yang tergolong orang-orang yang beriman untuk melaksanakan salah satu pilar Islam yang ketiga yaitu puasa. Bulan ramadhan mengandung berbagai keistimewaan dan nilai manfaat bagi mereka yang mengisinya dengan amal-amal yang baik.
Marhaban ya ramadhan (selamat datang bulan ramadhan). Inilah kalimat sambutan yang pantas diucapkan menjelang bulan suci ramadhan. Bulan yang di dalamnya Allah Swt memerintahkan orang Islam, terutama yang beriman (QS [2] al-Baqarah: 183), untuk melaksanakan ibadah puasa serta memperbanyak amal saleh dengan harapan akan naik derajat menjadi orang yang takwa, bulan yang di dalamnya ada satu hari yang sangat istimewa dan bulan yang amalan manusia dihitung pahalanya berlipat ganda sebagaimana juga dijelaskan dalam hadits di atas.
Suasana suka cita dan kegembiraan memang hanya dapat direfleksikan secara spontan oleh orang yang beriman, karena merekalah yang mengerti dan memahami substansi perintah-Nya. Kesadaran bahwa tidak ada sesuatu perintah kecuali membawa manfaat bagi manusia itu sendiri dan kerugian bagi mereka yang mengabaikannya.
Orang yang beriman sadar bahwa sebagai manusia mereka adalah tempat salah dan dosa, maka dalam bulan ramadhan mereka akan tekun melaksanakan ibadah karena dalam bulan ini ampunan Allah sangatlah besar. Ramadhan terasa semakin spesial manakala orang-orang beriman dijanjikan bonus pahala yang berlipat ganda dari setiap amal yang dilakukannya.
Program Menata Ruhani
Jika ditelisik lebih dalam, ramadhan memang program khusus yang disetting Allah untuk menata ruhani atau pembinaan mental manusia. Ketika ramadhan, siang hari seorang hamba dituntut untuk menahan diri dari makan dan minum serta menahan hawa nafsu. Allah sengaja membuat banyak rambu-rambu atau batasan yang tidak boleh dilanggar oleh seseorang. Tujuannya untuk memperkecil dan melemahkan potensi kebinatangan dan potensi setan yang bersemayam dalam hati manusia.
Pembatasan-pembatasan ini juga diikat oleh limit waktu yang durasinya lumayan lama, mulai dari sahur sampai diperbolehkannya berbuka puasa sesuai waktu menurut wilayah masing-masing. Dengan kata lain, pada siang hari yang biasanya lebih banyak digunakan dalam menjalin hubungan sosial horizontal Allah menginginkan kita untuk menghemat komunikasi dan menggantinya dengan aktifitas yang lebih individual seperti mengaji. Kita disarankan untuk tidak sering dan berlama-lama berkumpul agar tidak banyak mendengarkan kata-kata yang sia-sia dan lebih baik tidur di rumah. Atau kita diminta untuk tidak sering keluar rumah keluyuran agar mata tidak melihat hal-hal yang tidak pantas dilihat.
Untuk memperkokoh amalan seseorang di siang harinya, maka kita juga diperintahkan untuk melaksanakan shalat tarawih dan witir; secara jama’ah atau sendiri dan dilanjutkan dengan tadarrus alqur’an dengan harapan mendapat rahmat dan ampunan dari Allah, hati kita cenderung kepada-Nya dan selalu ditunjuki ke jalan yang diridhai oleh Allah.
Aktifitas siang berpuasa dan malam shalat sunat, ditambah dengan amalan-amalan lain inilah yang secara kontinyu kita laksanakan dalam sebulan penuh di bulan ramadhan untuk melatih dan mendidik ruhani. Kita harus ketahui bahwa jika puasa di bulan ramadhan benar-benar dilaksanakan menurut syari’at, inilah gambaran suasana individu muslim ideal yang diinginkan oleh Allah dan sekaligus mencerminkan kehidupan masyarakat madani masa Rasulullah SAW, sebab manusia lebih cenderung berlomba-lomba dalam kebaikan.
Orang tidak mau berbuat salah karena takut puasanya tidak diterima dan berlomba-lomba untuk beramal saleh karena pahalanya berlipat ganda. Tentu saja, jika benar-benar dilaksanakan maka pada bulan ramadhan porsi kebaikan dalam masyarakat jauh lebih besar dari kejahatan, karena kejahatan mendapat batasan yang amat ketat sementara kebaikan mendapat peluang yang lebih besar.
Membangun SDM Handal
Ramadhan adalah wadah penempaan dan pendewasaan spiritual manusia dan ibadah mahdah yang pada hakikatnya membangun sumber daya manusia (SDM) Islam yang handal dan tangguh. Ibarat madrasah, ramadhan akan melatih kedisiplinan waktu, kesabaran, menghilangkan sifat dengki, dilarang membicarakan kejelekan orang lain, dan aneka larangan lainnya sebagai rambu-rambu yang harus dipatuhi manusia.
Mengapa larangan begitu bertebaran dalam ramadhan, terutama ketika melaksanakan puasa di siang harinya, sebab visi takwa sebagai muara akhir dari ramadhan hanya akan dicapai manakala manusia mampu mengendalikan keinginanannya dan menempatkannya di atas kehendak Allah; semakin banyak larangan yang ditinggalkan seseorang maka dia semakin berpeluang untuk memperoleh predikat takwa.
Kelihatannya dalam kondisi bangsa yang semakin jahiliyah ini, ramadhan harus betul-betul dimanfaatkan oleh seluruh umat Islam Indonesia untuk menata dan membina mentalitas individual dan sosial, sekaligus merestorasi krisis moral yang selama ini tak kunjung pulih. Saatnya publik puasa dari sikap dan perilaku kehewanan; saling menyerang, menjelekkan, bahkan menjatukan. Saatnya pejabat negeri ini bertobat atas segala kebohongan yang mereka perbuat dan janji yang mereka ingkari.
Momentum ramadhan sejatinya juga kita gunakan untuk membangun masa depan negeri ini ke arah yang lebih baik dengan visi dan misi ketakwaan dan perwujudan amal saleh. Kita semua harus sungguh-sungguh menjadi peserta didik ramadhan berdasarkan bimbingan alqur’an dan hadits. Kita juga harus bercermin kepada masa lalu dan menghisap akumulasi dosa untuk selanjutnya mengambil kebijakan religious yang mengandung kebajikan.
Akhirul kalam, marilah kita puasa, jeda, bahkan berhenti dari aneka maksiat yang selama ini menjadi kebiasaan; bohong, menipu, licik, mengorbankan orang lain, egois, ambisi, menutupi kesalahan dan lain-lain. Marilah persiapkan diri untuk menyambut bulan mulia ramadhan untuk medekatkan diri kepada Allah. Selamat datang ramadhan, semoga umat Islam Indonesia yang semakin ingkar ini dapat mejadi peserta didik ramadhan yang baik dan sungguh-sungguh agar ketika mereka menjadi alumni ramadhan dapat memperoleh predikat takwa.
*Penulis adalah Mahasiswa PPs IAIN Ar-Raniry