Institut Pemikiran Tengku Ilyas Leube

Oleh Sabela Gayo*

Tengku Ilyas Leube merupakan salah satu putra terbaik Gayo, ulama kharismatik dan sekaligus pejuang yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Jiwa patriotik dan semangat juangnya yang demikian besar demi agama dan tanah indatunya membuat beliau tidak henti-hentinya berjuang dan menyuarakan berbagai ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat. Semangat juangnya telah terbukti dan teruji dimana sejarah mencatatnya dengan tinta emas perjuangan demi perjuangan, pertempuran demi pertempuran melawan penjajah Belanda yang beliau pimpin sendiri bersama pasukan bagura (barisan gerilya rakyat). Seluruh rakyat Gayo wajib berbangga hati karena memiliki satu generasi yang mampu menunjukkan semangat juang yang demikian tinggi dalam melawan penjajahan.

Banyak tokoh-tokoh terkenal dunia yang pandangan, pemikiran dan ideologinya terus maju dan berkembang seiring dengan perjalanan waktu karena ada satu lembaga formal yang terus-menerus menaungi generasi-generasi selanjutnya agar lebih termotivasi dalam mengembangkan kreasi pemikiran dalama menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai contoh; Carter Center, Habibie Center, John F. Kennedy Center, Wahid Center, William J. Clinton Center, Aga Khan Foundation, Muhammad Ali Center, Bill Gates Foundation, dan Institut Pemikiran Dr.Tun Mahathir Mohamad. Semangat juang dan pemikiran Tengku Ilyas Leube harus terus dijaga, digali, dikembangkan dan ditransformasikan kepada generasi-generasi muda yang akan dating sehingga mereka mampu mengambil iktibar dan sebagai cambuk motivasi dalam menggapai masa depan yang lebih baik.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, kalau Gayo bercita-cita menjadi bangsa yang besar maka mulai hari ini, Gayo harus siap untuk menghargai para pejuang dan sejarahnya sendiri. Orang lain tidak akan pernah dan jangan pernah berharap/bermimpi akan mau menghargai pejuang dan sejarah Gayo apabila orang Gayo itu sendiri tidak mau menghargai pejuang dan sejarahnya sendiri. Kehidupan dunia yang semakin kompetitif dan menuju ke arah profesionalitas dan kemandirian pemikiran, mengharuskan rakyat Gayo untuk berpikir cepat dan bertindak kilat dalam melihat tanda-tanda perubahan zaman tersebut. Era yang akan dilalui oleh generasi selanjutnya akan jauh lebih sulit dan mendaki dibandingkan dengan era yang telah dan sedang dilalui sekarang. Untuk menghadapi semua itu, diperlukan suatu persiapan yang matang dan perencanaan strategis yang rasional sehingga dalam jangka waktu tertentu ada output yang disumbangkan oleh Institut Pemikiran Tengku Ilyas Leube dalam mendukung proses transformasi tersebut.

Proses transformasi Gayo dari satu komunitas individualtradisional-irrasional-transaksional menuju komunitas komunalmodern-rasional-saintifik-sistematik haruslah dikawal dengan baik oleh kehadiran satu lembaga yang fokus pada proses pembangunan karakter sumber daya manusia yang akan dilahirkannya kelak. Tanpa adanya satu landasan yang kuat dan tanpa adanya satu karakter yang benar-benar matang di dalam setiap pribadi generasi-generasi muda Gayo maka dapat diprediksi generasi-generasi yang lahir dan menggantikan berbagai posisi baik di masyarakat maupun di lembaga pemerintahan akan bias karena kehilangan pegangan dan lunturnya semangat juang serta motivasi di dalam diri mereka. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, mereka akan kehilangan jati-diri mereka sendiri, sehingga pada akhirnya mereka tidak akan mampu mengidentifikasi dari mana mereka berasal, mau kemana mereka pergi dan untuk siapa mereka berjuang.

Sejarah merupakan satu bagian terpenting dalam hidup seorang manusia, karena dengan belajar dan menghargai sejarah, maka seseorang akan memperoleh banyak pengalaman berharga yang mungkin tidak akan pernah diperolehnya selama mengecap pendidikan di lembaga pendidikan formal. Karena demikian pentingnya keberadaan sejarah itu maka seorang filosof Amerika Serikat kelahiran Spayol, George Santayana pernah berkata “those who cannot remember the past are condemned to repeat it” “barangsiapa yang tidak mau menghargai sejarah maka ia akan dipaksa untuk kembali mengulanginya”. Gayo punya sejarah “kelam” dimana para pendahulu-pendahulunya kekurangan sumber daya dalam bidang politik, pendidikan, sains dan teknologi sehingga dapat dengan mudah “dikalahkan” oleh rival-rivalnya baik pada tingkat Aceh maupun Indonesia. Padahal tidak sedikit nama putra-putra terbaik Gayo yang gugur di medan pertempuran dalam melawan penjajahan Belanda, tapi ketika sampai pada tahap “memetik” hasil perjuangan, banyak tokoh-tokoh Gayo yang “dipolitiki” oleh kelompok lain sehingga sumbangsih Gayo bagi perjuangan di tingkat Aceh dan Nasional seolah-olah tidak pernah ada, tidak membekas dan yang lebih sakit dan sedih, orang lain tidak pernah tahu betapa besarnya sumbangsih Gayo bagi Aceh dan Indonesia. Itu semua terjadi karena apa? Karena pada saat itu, Gayo kekurangan sumber daya di bidang-bidang tersebut diatas.

Dengan mempelajari sejarah “kelam” tersebut, maka generasi-generasi muda Gayo hari ini, harus mampu untuk mengembalikan marwah dan martabat Gayo pada tempat yang seharusnya dengan cara belajar keras dan menuntut ilmu setinggi-tingginya. Jangan sampai sejarah “kelam” tersebut terulang untuk yang kesekian kalinya sebagaimana yang pernah disampaikan oleh George Santayana diatas, karena jika generasi-generasi muda Gayo tidak mau mempelajari dan menghargai sejarahnya sendiri dan kemudian memetik “pelajaran-pelajaran” berharga dari sejarah tersebut, bukan tidak mungkin Gayo akan kembali “dipaksa” oleh sejarah itu sendiri untuk kembali mengulangi masa-masa “kelam” tersebut. Oleh karena itu, salah satu upaya sistematik dan strategis agar sejarah “kelam” tersebut tidak terulang lagi di Gayo maka kehadiran Institut Pemikiran Tengku Ilyas Leube sebagai sebuah wadah pencerahan agar benar-benar dapat diwujudkan untuk mengemban misi pencerdasan dan pencerahan rakyat Gayo dan sekaligus sebagai sarana intelektual dalam mengembangkan ilmu-pengetahuan dan teknologi di Tanah Gayo. Jika proses transformasi ini berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan, dapat dipastikan kejayaan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Gayo sudah berada diambang mata.

*Mahasiswa Program Ph.D.in Law of Northern University of Malaysia (Universiti Utara Malaysia) dan Wali World Gayonese Association (WGA).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.