Arkeolog menghasilkan publikasi atau karya ilmiah termasuk ‘barang langka’. Ketut Wiradnyana, arkeolog dari Balai Arkeologi Medan yang dalam beberapa tahun belakangan ini juga aktif melakukan penelitian arkeologi Takengon Kabupaten Aceh Tengah, mencoba menginformasikan seluk-beluk prasejarah di kawasan utara Sumatera lewat buku ini. Selamat menikmati.
Judul : Prasejarah Sumatera Bagian Utara, Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini
Penulis : Ketut Wiradnyana
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Cetakan : I, 2011
Tebal : xvii + 318
ISBN : 978-979-461-793-9
Prasejarah merupakan babakan masa yang sangat panjang, sekaligus mengawali manusia dan kebudayaan. Hampir setiap kebudayaan di dunia ini diawali dengan babakan masa itu, sehingga babakan masa prasejarah sangat penting dalam konstribusinya bagi kebudayaan di masa-masa selanjutnya. Pulau Sumatera bagian utara, terlebih lagi pesisir timurnya merupakan satu kawasan yang sangat penting dalam perkembangan budaya prasejarah. Sebaran situs bukit kerang/bukit remis/kitchen midden/kjokken moddingger yang menjadi salah satu bukti keberadaan budaya hoabinh merupakan salah satu icon arkeologi yang nyata memberikan konstribusi ragam budaya masa lalu di Indonesia. Icon budaya tersebut dengan budaya-budaya lainnya melalui migrasi dan budaya yang menyertainya juga telah berproses di Pulau Sumatera bagian utara. Proses dimaksud jelas memberikan konstribusi yang nyata bagi kebudayaan selanjutnya hingga ke masa kini.
Namun hampir satu abad telah berlalu dunia arkeologi mengalami stagnasi informasi berkaitan dengan keberadaan situs bukit kerang/bukit remis/kitchen midden/kjokken moddingger yang ada di pesisir timur Pulau Sumatera. Situs semacam ini sebarannya ditemukan dari wilayah Vietnam bagian Utara hingga ke kepulauan yang ada di Asia Tenggara. Model situs seperti itu juga ditemukan di wilayah Selandia Baru, Denmark dan Swedia. Melihat sebarannya yang sangat luas tersebut maka situs-situs bukit kerang mendapatkan perhatian yang luas pada para arkeologi di seluruh dunia. Situs ini dianggap mampu menyumbangkan informasi yang universal bagi proses kehidupan masa lalu hampir di sebagian wilayah Dunia.
Dalam buku ini diungkapkan hasil penelitian prasejarah di wilayah Pulau Sumatera bagian utara yang telah dihimpun hingga kini dari budaya Paleolitik yang merupakan budaya pra hoabinh. Uraian ini termuat dalam bagian pertama buku ini. Penggambaran perjalanan sejarah budaya pada masa prasejarah dilanjutkan dengan kajian budaya hoabinh yang sering dikaitkan dengan budaya yang berasal dari Vietnam ini mendominasi kajian arkeologis dalam bagian kedua buku ini. Tentu kajian antropologis juga dilakukan untuk memperkaya informasi yang dihasilkan dari penelitian arkeologis yang ditemukan pada penelitian di situs Pangkalan, Aceh Tamiang. Informasi kearkeologian juga dihasilkan dari perbandingan dengan situs atau masa yang sejenis, baik itu menyangkut akar budaya masyarakat pesisir, mata pencaharian hidup, religi, struktur sosial, teknologi dan aspek lainnya. Pada bagian ketiga yaitu budaya pasca hoabinh, menguraikan berbagai aspek pada masa-masa Neolitik dan juga Megalitik yang telah dan sedang diteliti di Pulau Sumatera bagian utara juga disajikan dalam upaya memperkaya informasi masa prasejarah. Sedangkan dalam bagian keempat diuraikan beberapa hal berkaitan dengan pengaruh budaya prasejarah terhadap budaya etnis. Budaya prasejarah tersebut memberikan gambaran akan akar budaya yang telah berkembang dan sebagian diantaranya mewarnai budaya kekinian. Kesadaran akan proses budaya yang telah berlangsung di masing-masing daerah tampaknya sangat perlu ditampilkan untuk mewujudkan kesadaran akan adanya pluralisme dan multikulturalisme dalam konteks berbangsa dan sekaligus gambaran akan bentuk globalisasi kebudayaan pada masa prasejarah. Selain berbagai pemanfaatan yang kiranya dapat digunakan dari informasi yang terhimpun termuat dalam bagian kelima dari buku ini.
Boleh dikatakan bahwa, belum ada buku yang membicarakan secara khusus aspek budaya masa prasejarah di wilayah Pulau Sumatera Bagian Utara, maka diasumsikan bahwa inilah ulasan yang cukup lengkap bagi khalayak untuk mengetahui masa prasejarah khususnya budaya Hoabinh mejelang stagnasi informasi arkeologi yang hampir satu abad itu. Perlu juga disampaikan bahwa beberapa bagian dari buku ini telah diterbitkan pada jurnal-jurnal arkeologi nasional dan internasional, dan juga jurnal ilmu bantu lainnya serta penerbitan dalam bentuk lainnya dan kemudian disusun kembali untuk dapat memberikan informasi yang utuh bagi kajian prasejarah wilayah Pulau Sumatera bagian utara.
Pemaparan arkeologis dan antropologis dalam buku ini jelas meningkatkan wawasan akan proses budaya. Informasi yang dikemukakan penelitian ini juga dapat digunakan dalam kepentingan lain yang lebih luas. Dari aspek politik strategis pemerintah, uraian ini dapat dimanfaatkan sebagai bagian pembuktian menyangkut jatidiri bangsa. Atau setidaknya sebagai pengungkapan jatidiri suku-suku bangsa yang bermukim di Pulau Sumatera bagian utara. Selain jatidiri juga terdapat kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan, terutama menyangkut muatan lokal. Bahkan sangat penting digunakan sebagai informasi bagi pengembangan objek wisata. Dalam konteks global yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, informasi dalam buku ini dapat digunakan sebagai petunjuk eksistensial dalam pergaulan antar bangsa. (red)