Takengen | Info Lintas Gayo : Resepsi hari jadi Kute Takengen ke-434 yang dilaksanakan di Gedung Olah Seni (GOS) Takengen berlangsung lumayan meriah dihadiri ratusan undangan dari unsur Muspida, jajaran Kepala Dinas dan Badan, akademisi, tokoh masyarakat, agama, pemuda dan elemen sipil lainnya, Kamis (17/2) malam.
Dalam laporan ketua panitia, Khairul Asmara, dipaparkan latar belakang, kegiatan dan tujuan Hut Kute Takengen.
Dalam sambutannya, Sekda Aceh Tengah ini berharap bisa dijadikan sebagai momentum mengangkat budaya Gayo karena Takengen merupakan daerah yang istimewa dalam tatanan pemerintahan maupun sosial. Semoga dimaknai dengan meningkatkan sumber daya manusia diantaranya dengan mendidik generasi muda Gayo untuk dapat bersaing di era globalisasi dan menggali potensi yang ada di Aceh Tengah khususnya masyarakat Gayo.
“Dengan Hari jadi Kute Takengen menunjukan sebuah integritas Takengen sebagai daerah perjuangan, pusat perekonomian dan pemerintahan menepis akan kekaburan sejarah juga sebagai bahan renungan bagi penyelenggara pemerintahan dalam mengikuti perkembangan di Aceh Tengah,” kata Khairul Asmara.
Selanjutnya, Wakil Ketua DPRK Aceh Tengah, M Nazar menyatakan kegembiraan dan rasa harunya atas peringatan Hut Kute Takengen ke-434 tahun 2011. “Kita yang masih disini mesti bersyukur, diberi kesempatan melihat dan terlibat dalam peringatan Hut Kute Takengen yang diperingati untuk pertama sekali tahun ini,” kata M Nazar.
Hal yang senada juga ditekankan kembali oleh Bupati Aceh Tengah, Ir H Nasaruddin, MM dengan ditetapkannya hari jadi Kute Takengen telah mematahkan sejumlah tulisan tentang sejarah Gayo seperti yang ditulis Snouck Hurgronjedan hal ini diperkuat dengan temuan situs purbakala di ceruk Mendale Takengen.
Dalam kesempatan tersebut juga diberikan sejumlah penghargaan kepada para tokoh yang dianggap berjasa seperti dibidang seni ada nama HM Daman, Tgk Mude Kala, AR Hakim Aman Pinan, Abdullah Syeh Kilang. Dibidang olahraga, M Abdul IB, Sukardi dan Gempar Alam. Sejumlah Petani Berprestasi, Hasugian, H Taharuddin Aman Nona, H Abdullah Aman Asnan dan Jaini.
Penghargaan juga diberikan kepada dua orang tokoh agama, Tgk HM Ali Djadun dan Drs Tgk H Mahmud Ibrahim. Seorang anggota DPRK Aceh Tengah dengan masa tugas terpanjang juga tidak luput, Yusbi Hakim.
Piagam penghargaan yang ditandatangi Bupati Aceh Tengah, Ir H Nasaruddin tersebut juga diterima 2 mantan Bupati Aceh Tengah, masing-masing HM Djamil dan Drs. H Mustafa M Tamy.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Olah Raga Aceh Tengah, Mukhlis Gayo, SH, dalam keterangan dihadapan sejumlah wartawan setelah rangkaian acara resepsi tersebut selesai menyatakan harapannya agar masyarakat harus lebih fokus untuk menonjolkan ornamen-ornamen Gayo, mengembalikan sistem kepada adat.
Dijelaskan Mukhlis Gayo, kita mungkin tidak bisa mempertahankan etnis Gayo dengan adanya pembauran penduduk, namun dapat kita pertahankan dengan menguatkan budaya.
”Secara etnis, Gayo mungkin tidak bisa lagi di kita pertahankan karena pembauran penduduk, antara migrasi dan penduduk asli. Tapi kita rem, supaya tidak terjadi dengan mengembalikan kepada sistem adat”, kata Mukhlis.
Sarak opat mengambil peran penting dalam mempertahankan budaya Gayo, seperti kasus perceraian di Aceh yang tinggi dan menurut hasil penelitian bahwa di Aceh Tengah kasus perceraiannya paling tertinggi sehingga perlu adanya peran adat seperti Lembaga Sarakopat.
“Dahulu sulit sekali untuk menikah dan sulit untuk bercerai, namun ketika adat itu ditinggalkan, gampang nikah maka mudah juga perceraian itu terjadi”. Oleh sebab itu pernikahan harus diperdomani dengan adanya Sarakopat dengan memadukan nilai islami untuk mencegah perceraian, jelas Muhklis Gayo.
Terkait kegiatan hari jadi Kute Tekengen yang dianggap beberapa kalangan minimnya sosialisasi, Kepada Dinas Pariwisata dan Olah Raga menyerahkan kepada pihak DPRK Aceh Tengah karena DPRK lah yang paling berhak dalam mensosialisasikan Qanun nomor 10 tahun 2010 tentang hari Jadi Kute Takengen.
Ditanya pendapatnya tentang adanya pertanyaan tentang kenapa ditetapkan tanggal 17 Februari 1577 M, Mukhlis menjawab itu berdasarkan hasil Pansus DPRK Aceh Tengah. “Jika ternyata dikemudian hari ditemukan data yang lebih konkrit, kenapa tidak kita sesuaikan kembali. UUD saja bias diamandemen apalagi qanun,” ujar pendiri yayasan 1001 Takengon ini.
“Diharapkan semua pihak bisa pro aktif dalam kegiatan akbar seperti saat ini, seperti Duta Wisata seharusnya hadir pada setiap kegiatan daerah. Mereka, duta wisata seharusnya berkoordinasi dengan dinas terkait,” pungkas Mukhlis.
Dari pantauan Info Lintas Gayo tidak terlihat adanya duta wisata dalam acara resepsi HUT Kute Takengen, namun ratusan masyarakat memadati ruangan dan lapangan parkir GOS, yang datang dari berbagai kecamatan dalam kabupaten Aceh Tengah. (wyra/aza)