Takengon | Lintas Gayo – Aisyah Jafar salah satu pendiri yayasan Argadia yang bergerak dibidang kebudayaan, seni dan pendidikan, yang sedang berada di tanah kelahirannya Takengon, untuk memperkuat yayasan yang didirikannya puluhan tahun silam menyatakan kecewa terhadap Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah yang dinilai kurang mengharga kreatifitas Urang Gayo sendiri.
Dikatakan Aisyah Jafar, Sabtu 8 Juni 2012 lalu di Atu Tamun Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah, hingga saat ini belum ada satu pun pemimpin Gayo yang menghargai karya kreatifitas Urang Gayo sendiri.
“Orang lain lebih peduli Gayo dari pada urang Gayo sendiri, hal tersebut ditandai dengan urang Gayo sendiri tidak peduli akan kreatifitas dan karya, berbeda dengan orang diluar Gayo”, kata sosok yang sangat menyukai didong ini.
Dilanjutkannya, beliau terkesan akan kepemimpinan Bupati Aceh Tengah M Djamil dimasa itu, meski dirinya bukan asli berdarah Gayo.
“Dia yang peduli Gayo, mau mendengarkan aspirasi dari masyarakat, meski beliau bukan urang Gayo”, kenang Aisyah Jafar.
Aisyah Jafar mengungkapkan, karena kecintaannya terhadap Gayo, dirinya telah berjuang mengenalkan Gayo di perantauan dengan diakuinya penganten Gayo yang khas oleh pemerintah pusat termasuk pakaian Gayo sendiri, ungkap ketua Sanggul Daerah ini.
Kepada pemerintah tanoh Gayo, Aisyah Jafar meminta agar lebih memperhatikan budaya Gayo sendiri, yang dinilainya memiliki keunikan tersendiri, dan lebih menghargai kreatifitas yang diciptakan oleh generasi Gayo saat ini.
“Jangan membiarkan mereka, berjuang tanpa arah, tuntun mereka yang memiliki kreatifitas itu, agar diraih hasil yang positif untuk tanoh tembuni, dan bukan uang yang diminta, akan tetapi cukup menghargai saja kreatifitas itu”, pungkas Aisyah Jafar.
Pun demikian dirinya sangat mengapresiasi digagasnya perlombaan Resam Munoling di Toweren Lut Tawar. Sayangnya dia tidak bisa mengikuti even yang baru pertama kali digelar tersebut.
Aisyah Jafar, salah seorang putri Gayo yang kini telah mengenalkan Gayo dengan karyanya yang mengenalkan Sempol Gampang Kemang yang masuk kedalam “33 sanggul daerah Indonesia”, oleh Meutia Cipta Sarana dan Persatuan Ahli Kecantikan dan Pengusaha Salon Indonesia.(Darmawan Masri/red.03)