Resam “Munoling” Kaya Filosofi, Tradisi yang Mulai Ditinggalkan


Toweren | Lintas Gayo – Lomba resam “Munoling”, yang digelar di kemukiman Toweren Kecamatan Lut Tawar-Aceh Tengah, Minggu (10/06/2012), gagasan Sentral Aliansi Pemuda Bintang, Kebayakan, Lut Tawar (SAP-BIKLAR) didukung Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah, dalam rangka persiapan Festival Danau Lut Tawar 2013, meninggalkan catatan tersendiri dihati kalangan muda Gayo saat ini, yang mulai tak mengenal istilah maupun cara mengerjakannya, sebagaimana kebiasaan (Resam) urang Gayo sebenarnya.

Lomba dengan peserta putra dan putri empat kampung di kemukiman Toweren (Toweren Antara, Toweren Uken, Toweren Toa dan Waq Toweren), disaksikan oleh seribuan pengunjung, yang memadati sebuah persawahan yang dipersiapkan untuk lomba tersebut, tua, muda bergabung dalam satu rasa, keingintahuan bagaimana sebenarnya tata cara, Munoling, Mubinuh, Njik dan Nangin, dalam kebiasaan masyarakat Gayo.

Kegiatan yang dipersiapkan sebagai serangkaian acara dalam menyambut Festival Danau Lut Tawar 2013 ini, selain bermanfaat untuk menumbuhkan ekonomi kreatif masyarakat melalui wisata juga menambah pembelajaran tentang, generasi muda Gayo yang mulai meninggalkan tradisi ini.

Amatan Lintas Gayo, seladang yang dibuat dengan ukiran khas, menambah unsur artistik dalam seni dalam prosesi panen padi di Gayo, dan ternyata, makna dan istilahpun tak lekang dari prosesi itu.

Salah satu yang paling menarik adalah, sebelum melakukan prosiesi Munoling (memotong padi), dibuat prosesi adat sedemikian rupa, untuk memberkatkan hasil panen padi yang akan di dapat, setelah itu, mubinuh pun tak lekang dari prosesi itu.

Dan yang paling menarik adalah, prosesi “Penalu Semangat ni Rom”, prosesi ini digunakan sebelum, merontokkan padi (Gayo : Njik) dilakukan, ada hal yang kaya istilah dalam ritual khusus ini.

Anan Sari, seorang anan (nenek) yang sudah berusia 114 tahun menuturkan kepada Lintas Gayo, prosesi ini dilakukan sebagai tanda bahwa besar yang dihasilkan nanti akan bermanfaat bagi siapa saja yang memakannya, prosesi yang dimulai dengan mengambil tujuh raden padi dari seladang, kemudian diletakkan diatas sebuah benda yang disebut “Pedenen”.

Selain “Pedenen” ada juga alat lain diantaranya, Ari-ari, Jempung, Batu, Air, dan Uyem Peparpungi, kesemua alat-alat ini adalah alat pilihan, “tidak boleh sembarang memasukkan alat-alat itu”,kata Anan Sari.

Anan Sari mengatakan, dirinya tak tahu apa yang terbungkus didalam pedenen itu, pasalnya pedenen itu diwariskan oleh orang tuanya, dan orang tuanya pun tak mengetahui benda apa yang terbungkus itu, karena juga warisan dari luluhurnya.

Anan Sari walau sudah berusia lanjut terlihat masih sangat sehat dan kuat untuk melakukan prosesi, penalu semangat ni rom tersebut, meski terkesan bersifat mistis, Anan Sari mengatakan bahwa ritual yang dilakukan itu, hanya untuk mengurangi buliran padi yang tumpah dipetak sawah, saat membawanya keseladang atau pada saat memotong nya.

“Prosesi ini, dilakukan untuk mengumpulkan padi yang tumpah dengan sendirinya, dengan cara bermanat (memberi pesan)”, ujar Anan Sari.

Anan Sari menambahkan, bahwa jenis padi dalam prosesi ini ada empat yang dikenal dengan sebutan, Nurmuhammad yang terdiri dari, “Ketijah, Selamah, Nurmani, dan Beranang”, pungkas Anan Sari bercerita.

Sementara itu, sejumlah kalangan termasuk fotografer Gayo, sangat bahagia dengan kegiatan ini, Salman Yoga pemerhati seni dan budaya tanoh Gayo mengatakan, kegiatan ini sangat menarik untuk diabadikan, karena selama ini pendokumentasian mengenai, tata cara bersawah di Gayo sangat minim bahkan mungkin tak ada.

“Ini kesempatan fotografer, mengambil momen yang terulang sejak puluhan tahun silam, pendokumentasian ini akan menjadi bukti, bahwa di Gayo memiliki tata cara bersawah yang unik, meski saat ini tata cara tersebut mulai tak dikenal dikalangan generasi muda Gayo saat ini, tapi setidaknya kegiatan ini menambah rasa keingintahuan serta menimbulkan semangat dalam menjaga kelestarian tata cara bersawah di Gayo”, ujar Salman. (Darmawan Masri/red.03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.