Hidup dengan Ketidakpastian

Oleh. Drs. Jamhuri, MA*

KETIKA satu pertanyaan diajukan kepada anak-anak dari Jepang, satu saat anda mau jadi apa ? mereka menjawab. Saya akan menjadi “ahli software”. Dan pertanyaan yang sama bila diajukan kepada anak-anak India, mereka akan menjawab saya akan menjadi “ahli hardware”. Namun bila pertanyaan yang sama diajukan kepada anak-anak Indonesia, mereka pasti menjawab “saya tidak tau”.

Kami mencoba untuk membuktikan pernyataan di atas, dengan menanyakan pertanyaan yang sama seperti disebutkan kepada para mahasiswa yang baru beberapa hari menginjakkan kaki di Perguruan Tinggi (IAIN Ar-Raniry). Jawaban mereka beragam, ada yang menjawab ingin menjadi hakim, pengacara dan ada juga yang menjawab mereka ingin menjadi orang yang sukses. Tetapi hampir 75 % dari mereka menjawab tidak tahu mau jadi apa setelah selesai kuliah.

Setelah kebanyakan dari mereka menjawab tidak tahu mau menjadi apa setelah tamat kuliah, kami mengajukan satu pertanyaan lagi. Apa yang anda cari datang ke Banda Aceh dan duduk di ruang kelas ini ? Secara keseluruhan dari mereka menjawab, kami ingin mencari ilmu (ilmu pengetahuan). Kami katakan bagus…, lalu apa itu ilmu (ilmu pengetahuan) ? Mereka terdiam sambil  berbisik sesama mereka dan dengan penuh keraguan mereka menjawab, sesuatu yang belum diketahui.

Kami tidak merasa puas dengan jawaban dari dua pertanyaan tersebut, Karena boleh jadi mereka malu atau tidak berani menjawab atau juga memang betul mereka tidak tahu mau jadi apa nanti satu saat. Tetapi apa sebab  mereka tidak tahu atau merasa ragu mau mencari apa di Perguruan Tinggi, ini belum terjawab.

Karena ketidak puasan atas jawaban mereka tersebut, kami mencoba menanyakan berhubungan dengan keyakinan (tauhid atau keimanan). Kepada masing-masing mereka satu persatu kami tanyakan, bila umur anda habis pada hari ini apakah anda masuk surga atau neraka di hari qiamat kelak ? Semua mereka menjawab tidak tahu (tidak tentu) dan ada juga yang menjawab masuk neraka dahulu baru masuk surga.

Jawaban yang sama mungkin akan terucap dari semua kita bila pertanyaan-pertayaan yang sama diajukan kepada kita. Lalu kenapa jawaban seperti itu yang harus kita berikan, apakah karena kita sebagai orang yang beragama harus menjawab tidak tahu atau harus menjawab dengan ragu terhadap apa yang akan kita inginkan. Tetapi juga mereka sebagai mahasiswa kenapa tidak tahu atau ragu terhadap apa yang ia cari di bangku kuliah, sama dengan kita juga ragu terhadap apa yang sedang kita cari. Sehingga semua orang tidak bisa memastikan apa yang akan ia dapat dari usahanya.

Kita tidak berani memberi kepastian tentang apa yang akan terjadi terhadap diri kita, dan kita juga tidak berani pastikan apa yang akan kita cari dalam hidup ini, karena sebenarnya kita belum yakin dengan usaha kita. Seorang mahasiswa yang masuk ke Fakultas Hukum, mereka tidak hanya berharap menjadi ahli hukum dan berprofesi sebagai pembuat dan penegak hukum, tapi mereka masih berharap untuk menjadi guru atau profesi lain yang tidak harus sesuai dengan ilmu yang ia dapat. Demikian juga dengan orang-orang yang kuliah di fakultas lain.

Demikian juga dengan mereka yang menjadi guru, mereka tidak berani mengatakan akan mendapat apa dari profesi keguruan mereka, atau juga pegawai tidak berani mengatakan hasil dari kepegawaiannya. Karena mereka juga berharap mendapat hasil yang lebih banyak dari usaha yang bukan profesi yang ditekuni. Itu semua bisa kita katakan bahwa keraguan terhadap jawaban yang kita ajukan karena masih mempunyai kemungkinan lain yang kita dapat.

Tetapi sebagai orang yang beragama juga kenapa kita masih ragu untuk menjawab sesuatu yang menurut hitungan kita sudah pasti. Karena sebenarnya semua orang sudah tahu apakah perbuatan atau amal yang mereka lakukan selama ini (sejak baligh sampai hari ini) sudah baik sesuai dengan kehendak Tuhan atau kebanyakan amal yang kita lakukan secara sadar sebenarnya berlawanan dengan kehendak Tuhan. Karena sebenarnya  kita juga belum berani berniat untuk selamanya berbuat baik, karena masih menurut persepsi kita bahwa berbuat baik itu belum banyak memberi keuntungan.

Sehingga kalau ditanyakan apakah anda masuk surga atau neraka kalau hari ini tutup usia, dengan ragu dan takut kita jawab tidak tahu atau belum tentu.



[*] Dosen Fak. Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. insyaallah jawaban yg tepat adalah mencari ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat, dengan mendapatkan ilmu dunia kita akan menguasai dunia, dan dengan menguasai ilmu akhirat kita juga akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat, moho maaf saat ini Banda Aceh sudah penuh kemaksiatan bukan sedikit para mahasiswi yg hamil diluar nikah dan membuang anaknya,contoh di Polsek Mutiara Timur sampai saat ini mahasiswi Banda Aceh ditahan karena hamil diluar nikah dan membuang anaknya di Gpg.Ujung Rimba.