Catatan : Hafizul Furqan*
KEBERANGKATAN kami 10 mahasiswa yang tergabung dari berbagai organisasi mahasiswa Banda Aceh ke Malaysia untuk mengikuti International Conference Gayo Kingdom (ICGK), sebuah konferensi Gayo pertama di tingkat internasional. Perjalanan dimulai dari bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), bagi sebagian besar rombongan, ini adalah perjalanan pertama menuju Malaysia, negeri tetangga yang terdengar lebih maju dari negara kita.
Bayangan tentang Malaysia sama sekali buram buat saya, yang terpikir hanya Malaysia adalah negara yang maju dan pastinya akan menyenangkaan berada disana. Setelah melewati berbagai pemeriksaan wajib di bandara SIM kamipun menuju ruang tunggu, saya mencoba menikmati setiap ruang yang ada di tempat itu. Setelah cukup lama, saya masuk ke ruangan khusus merokok meski tidak ikut merokok saya tetap masuk untuk sekedar duduk di ruangan tersebut.
Tak lama kemudian muncul seorang dengan semangat muda meski terlihat tidak lagi cukup muda, dari raut wajahnya sepertinya beliau telah kenyang dengan pengalaman. Dengan sikap ramah beliau langsung menyapa saya, perbincangan berlangsung cukup lama. Usut punya usut ternyata saya punya hubungan tali saudara dengan beliau, namanya Salman Yoga tokoh yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa Gayo khususnya. perbincanganpun semakin menarik tak sadar panggilan keberangkatan sudah diumumkan. Akhirnya kami berpisah meski masih tetap satu pesawat tujuan Penang.
Perjalanan berlanjut, terasa indah pemandangan dari atas langit namun kegelisahan saya akibat pesawat yang sering bergoyang-goyang belumterobati. Alhamdulillah, mata saya telah melihat daratan yang berarti itu adalah tanah Malaysia. Pesawat mulai merapatkan tubuhnya, setelah turun beberapa dari kami ternyata mempunyai pikiran sama, kami belum dapat “merasakan” Malaysia. Zuhra berkata “Bang, rupen i Malaysia ara manuk tumpit juga ge bang” (Bang ternyata di Malaysia ada manuk Tumpit bang ya) kamipun tertawa. Ya, manuk Tumpit, burung kecil pemakan padi yang biasanya berwarna coklat dan sebagian berkepala putih itu adalah makhluk pertama penghuni Malaysia yang tampak dimata kami. Sampai di Penang artinya kami harus mencari penginapan, tapi kemana? Beruntung ada perantau sesama orang Aceh yang lagi-lagi saya kenal di tempat khusus merokok, mau menemani kami untuk mencari penginapan.
Meski sempat tersesat karena beliau juga tidak terlalu mengenal Penang seperti mengenal Banda Aceh, akhirnya kami sampai di Komtar dan menginap di Hotel yang harganya cukup terjangkau. Semalam bersama bapak Salman Yoga memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman buat saya, beliau menceritakan pengalamannya semasa konflik, garis keturunan saya dan tentu saja bercerita tentang Gayo. Saya tertidur sementara beliau masih mempersiapkan bahan-bahan untuk makalah seminarnya.
Kami hanya menginap satu malam di Komtar sebelum kami berangkat ke kedah tepatnya di Universiti Utara Malaysia (UUM). Meski begitu ada banyak hal n yang benar-benar belum saya lihat selama di Aceh peraturan lalu lintas yang benar-benar bisa jadi panutan, setidaknya selama 24 jam berada di Komtar kami belum mendengar satu klakson mobilpun yang ditujukan untuk kami, meski kami sering melakukan kesalahan disaat menyebrang jalan. Mereka sangat menghormati pejalan kaki, dan Malaysia mulai terasa!
*Mahasiswa IAIN AR-RANIRY Banda Aceh jurusan Pendidikan Fisika
mantap buat kemajuan pemuda2 Aceh kita nih, Gimana hasil dari seminar Conference Gayo Kingdom, share sedikit info lah…
Acara di mulai 7-9 oktober 2012 di Malaysia. Untuk hasil seminar, kami sedang coba rangkumkan, banyak sekali yang di bicarakan dan pemateri juga orang-orang “hebat” untuk apa yang mereka bicarakan. Susah untuk menjadikannya hanya satu dua lembar kertas, mungkin butuh 1 buku,hehe,,