Zulfadhly, Berkarya dan Selami Gayo dengan Miniatur

Miniatur karya Zul. (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)
Miniatur karya Zul. (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)

KARYA seni memang tak ada habisnya bila dikaji. Ide dari seeorang seniman baik itu lukis, pahat dan sebagainya selalu muncul berbarengan dengan karya seni yang dihasilkannya, memang hasil karya seni juga tak dapat diukur dengan nominal uang, adakalanya seorang seniman yang selalu berkarya hanya untuk kepuasan batinnya. Yah seperti itulah kehidupan seorang seniman yang tak ada habisnya dengan karya-karya yang mereka ciptakan.

Seperti salah seorang yang sejak beberapa bulan terakhir menetap di kampung kelahiran ayahnya di Kampung Simpang Kelaping Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah bernama Zulfadhly bersama orangtuanya lama menetap di Jakarta dan saat ini aktif membuat seni khasnya berbentuk miniatur berbahan kayu.

Zul sapaan akrab lelaki bujang ini, membuat miniatur dari sisa-sisa kayu yang terbuang percuma, seperti sisa papan, ranting bambu, sisa triplek serta kardus bekas dimanfaatkannya menjadi barang seni yang indah.

“Kan sayang barang itu kita buang percuma, lebih baik digunakan lagi menjadi sebuah miniatur bangunan dan lainnya, sehingga dengan sedikit olesan seni barang itu menjadi indah dan menarik dan mimiliki nilai jual”, kata Zul, Rabu (20/03/2013).

Sebenarnya bakat seni membuat miniatur yang dimiliki Zul tampak setelah dia duduk dibangku SMA, sebelumnya Zul suka membuat lukisan sejak kecil.

“Sebelumnya sejak kecil saya suka untuk melukis, namun setelah SMA baru saya menggeluti seni membuat miniatur secara serius karena lumayan asik juga”, aku Zul yang sejak kecil telah merantau ke Jakarta bersama keluarganya.

Di rumah oranguanya, Zul mulai menciptakan bangunan-bangunan miniatur budaya berupa rumah Adat Gayo (Umah Pitu Ruang-red) dan Rumoh Aceh, tak hanya itu Zul juga aktif membuat miniatur alat-alat tradisonal Gayo seperti Keben (Lumbung padi), Penyangkulen (Alat untuk menangkap ikan di Danau Lut Tawar), Jingki (alat penumbuk padi khas Gayo), dan masih banyak lagi miniatur-miniatur yang dibuatnya.

Zul pun mengatakan, untuk membuat sebuah miniatur dirinya membutuhkan waktu sekitar berhari-harihari bahkan ada yang dibuatnya hingga 1 bulan.

“Untuk sebuah miniatur saya membutuhkan waktu tergantung dari tingkat kesulitan yang akan dibuat, untuk sebuah bangunan Umah Pitu Ruang ini misalnya, butuh waktu 1 bulan untuk merampungkannya, jika miniatur yang dibuat tidak terlalu rumit, bisa dikerjakan dalam sehari atau dua hari saja”, terang Zul.

Berbekal, gergaji kecil, lem dan alat penggaris, kini Zul telah merampungkan beberapa miniatur yang indah, untuk satu miniatur rumah Zul pun mematok harga bervariasi.

“Harga miniatur ini bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat kesulitan membuatnya, saat ini saya menjual berkisar Rp. 150 .000,- sampai Rp. 1.500.000,-“, terang Zul.

Dia pun mengakui, untuk membuat sebuah miniatur dibutuhkan kejelian dan ketelitian serta kesabaran dalam mengolah bahan-bahan kecil yang dipotong-potong sehingga bisa menjadikan barang yang berarsitektur tinggi, sebelum membuat terlebih dahulu Zul membuat design kedalam sebuah kertas.

“Saya tidak langsung membuat miniatur ini, terlebih dahulu saya survei ketempat itu lalu memotonya dan membuat rancangan design nya disebuah kertas, baru setelah itu saya buat miniaturnya, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan ukiran”, tambah Zul yang mengaku senang menambahkan motif kerawang Gayo ke miniaturnya itu.

Menekuni pembuatan miniatur benda-benda Gayo tersebut, dia juga mengaku sambil mendalami seluk-beluk Gayo yang sebelumnya dia tidak tau karena lahir dan tumbuh di perantauan.

Saat ini, Zul masih bekerja sendiri tanpa memiliki pekerja khusus. Pembuatan miniaturnya masih belum berkembang dipasaran Takengon, namun Zul tetap yakin dengan keahliannya membuat miniatur tersebut, nantinya masyarakat lokal dan wisatawan yang berkunjung ke Takengon akan melirik seni dari hasil olahan tangannya itu.

“Mungkin saat ini masyarakat kita belum banyak yang tau, tapi tidak lama lagi, pemasaran miniatur ini akan berkembang disini, tidak hanya penduduk lokal yang beli akan tetapi wisatawan pun bisa memilikinya sebagai salah satu alternatif souvenir dari Gayo, kan daerah kita daerah wisata, tinggal bersabar aja dulu agar dapat dipasarkan”, tutur Zul

Kini dia menitipkan sejumlah karyanya pada seksi Pemsaran dan Pengembangan Usaha Pariwisatadi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga kabupaten Aceh Tengah dan sebahagiannya sudah dibeli oleh sejumlah tokoh diantaranya Bupati dan Wakil Bupati Bener Meriah, pejabat teras di jajaran Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Drs. Muhammad Syukri, MPd serta beberap kolektor di Banda Aceh. (Darmawan Masri/Red03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.