Catatan Shashalita Larashati*
Sepertinya kita sering mendengar pengertian Film Dokumenter adalah mendokumentasikan kenyataan. Ternyata gaya dan bentuk bertutur film dokumenter itu banyak yaitu, Potret (Biografi), Sejarah (ingat sejarah bukan mempelajari sejarah masa lampau.
Dokumentasi ada sebab-akibatnya misalnya sejarah waktu kamu siswa SMA 1 Takengon, Perbandingan, Kontradiksi, Laopran Perjalanan (Travel), Ilmu Pengetahuan (Edukasi & Instruksional), Nostalgia, Reskontruksi, Investigasi, Ekperiment, Doku Drama, Diary (Buku Harian)
Gayo bagi kita merupakan kampung halaman kita yang sangat indah. Banyak yang menarik didalamnya mulai dari Budaya Syariat Islamnya, Kerajinan Kerawang Gayo, Kopi Gayo, tokoh, anak-anak yang berprestasi di Gayo, dan banyak lagi yang bisa kita persembahkan untuk dunia.
Sepertinya suatu keindahan itu seharusnya dilestarikan dan di perkenalkan bukan? Dari itu mari kenalkan Gayo lewat Dokumenter.
Banyak hal yang bisa kita jadikan dokumenter di Gayo, salah satu dokumenter karya adinda Etika Putri Larashati “Tari Guel ku Sayang, Tari guel ku Malang” itu suatu keberhasilan untuk usianya di Gayo. Lalu Dokumenter Ikmal Gopi “Radio Rimbaraya” walaupun dokumenter tersebut lebih ke nasionalis tetapi itu sudah membawa harum nama orang gayo.
Membuat Dokumenter itu sangat mudah ketimbang membuat membuat Film Televisi atau Film Bioskop yang berdurasi panjang. Membuat dokumenter itu menyenangkan sambil jalan-jalan, mencari informasi, biaya tidak sebanyak membuat Film, bisa berkenal dengan orang tertinggi bisa sekalipun bupati ataupun gubernur menjadi narasumbernya.
Ini zamannya kreatifitas, dibalik ide kreatif yang kita miliki bisa diikut serta dalam Festival film, dijual ke media, dan dokumentasi para turis. Begitu banyak Festival Film untuk Dokumenter saat ini, bahkan ada festival film yang memberi biaya pembuatannya gratis kepada dokumentaris (sebutan bagi pembuat film doukmenter) untuk karya yang dibuatnya. Festival Film tidak tanggung-tanggung memberi anugerah atau penghargaan bagi para pemenangnya.
Setidaknya kita harus bisa seperti karya Ikmal Gopi bisa masuk SBM Golden Lens. Selanjutnya kita bisa mengambil dokumenter Kerawang Gayo, tokoh-tokoh Gayo seperti Iwan Gayo, berdirinya media-media di Gayo, berdirinya pabrik seperti air mineral dari pegunungan Gayo, Reje Linge bisa dijadikan Dokudrama, dan masih banyak lagi.
Mungkin saja karya kita bisa masuk dan menjadi salah satu nominasi Festival Film Indonesia Piala Vidia.
Tapi ini untuk inspirasi dan memperkenalkan Gayo lewat karya audio visual kepada dunia jangan sampai kalah dengan orang papua. Karena sangat banyak orang melihat bukan mendengar, sangat banyak orang melihat bukan menulis. Karena sangat banyak orang Gayo menggunggu karya anak Gayo.
Terakhir kutipan yang harus ditekankan jika membuat Film dokumenter : “Dokumenter yang baik adalah dokumenter yang bisa menjawab filmnya”
—
“Kamera merupakan mata film, dan film dokumenter bukan menceritakan suatu realitas objektif, melainkan suatu realita berdasarkan apa yang terlihat dan terekam oleh kamera, sebagai mata film” (Vertov 1922)
*mahasiswa Gayo di Jakarta