Takengon | Lintas Gayo – Salah seorang pelaku kopi yang juga sebagai Ketua Asosiasi Produser Fair Trade Indonesia (APTI), Mustawalad menghibau kepada petani kopi yang berada di tanoh Gayo untuk lebih bisa memenajemen hasil pasca panen mereka dengan mengolah dahulu sebelum dijual. Hal ini disebabkan karena prilaku aneh yang ditunjukkan para pembeli (toke) saat ini.
Prilaku aneh dari toke-toke tersebut disebabkan mereka membeli kopi dari petani bukan lagi sebagai bisnis akan tetapi sebagai gengsi sebagai toke-toke besar.
“Prilaku ini sangat aneh, dimana mereka berani membeli kopi dengan seenak hati mereka, bukan lagi berdasarkan bisnis, hal ini mengakibatkan harga kopi dipasaran bervariasi, bahkan ada toke yang berani membeli dengan harga yang tinggi”, kata Mustawalad, Senin (15/04/2013) di Takengon.
Akibatnya, lanjut Mustawalad, para toke itu akan membeli kopi kepada petani dengan menunda uang pembelian, hal ini mengakibatkan petani menjadi rugi.
“Mereka tidak membayar langsung kepada petani akan tetapi menunda, hal ini kan sama saja, pada saat kopi melimpah seharusnya petani senang, tapi kondisi membuat para petani sama ketika kopi tidak melimpah, jika ini berjanlut bukan tidak mungkin para toke itu akan melarikan diri sehingga mereka tidak membayar kepada petani padahal kopi mereka sudah dibeli oleh toke”, lanjut Mustawalad.
Dilanjutkan, untuk mengantisipasi ini seharusnya pihak Bank juga harus selektif memberikan kredit kepada pelaku kopi dan pemerintah juga harus lebih peka terhadap masalah ini.
“Ini saatnya pemerintah harus hadir dalam masalah ini, jika terlambat maka yang dirugikan adalah petani kopi itu sendiri”, demikian kata Mustawalad. (Darmawan Masri)