Oleh: Iwan Ranto*
RUPIAH adalah nama mata uang Republik Indonesia, di kaca mata masyarakat Tanoh Gayo khususnya, uang sangat berarti dan memiliki fungsi yang besar untuk mencapai kebutuhan ekonomi dan kelangsungan hidup yang lebih baik. Banyak masyarakat Gayo yang menganggap, bahwa uang adalah segalanya, jikalau dalam sehari tidak memegang uang bagaikan ada suatu yang kurang, dan menjadi beban dan terasa pikiran hampa dan kosong, seperti ada ungkapan kata “ike gere mesen, melangkah pe nyanya ama reje”.
Pada saat sekarang ini, dengan berubahnya zaman, sebagian masyarakat kita untuk mendapatkan uang diperoleh dengan berbagai cara, halal dan haram tidak menjadi suatu masalah bagi mereka, intinya bagaimana caranya uang itu ada ditangan, dan keberadaan kantong tidak kosong, akan tetapi Islam telah mengatur tentang penggunaan uang, pemanfaatan uang serta hal-hal yang berkaitan tentang masalah uang. Uang di Negara Indonesia, terdiri dari uang kartal dan giral. Banyak pandangan masyarakat fungsi uang hanya sebatas sebagai alat pertukaran, apalagi yang berada jauh dari pusat kota, yakni dipedesaan, pemukiman dan dipelosok pedesaan, hal itu cukup disayangkan, seiring perkembangan zaman, sudah sepantasnya masyarakat mengetahui bahwa fungsi uang itu fungsinya tidak hanya sebagai media pertukaran atau pembayaran, namun fungsi uang itu juga sebagai satuan hitung, pembayaran hutang dan penimbun kekayaan.
Pada masa ini dan masa selanjutnya, bisakah uang Indonesia (rupiah) dapat bertahan dan bisa menyeimbangi mata uang Negara lainnya, atau dinar dan dirham sekalian?
Masalah ini menjadi tugas bagi kita selaku pemerintah dan warga Indonesia, berapa lama rupiah dapat sama nilainya dengan mata uang Negara tetangga? Melihat kondisi sekarang rupiah tidak dapat bertahan, karena banyak faktor-faktor yang tidak mendukung, bersahabat. Sangat disayangkan bahwa harga kebutuhan melonjak tinggi dan nilai rupiah tidak sebanding dengan harga kebutuhan ekonomi. Contohnya harga beras yang semakin lama semakin tinggi harganya, sedangkan harga kopi tidak kunjung menyeimbangi harga harga, sehingga banyak masyarakat kita yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan, dikarenakan pendapatannya yang kurang.
Nah, jika kita mengkaji tentang Dinar yang memiliki kehebatan, dan nilainya tidak tertandingi, namun mengapa pemerintah kita tidak memikirkan secara mendalam, apa salahnya kita mencoba dan menjadikan dinar sebagai mata uang dan alat pembayaran bagi Negara Indonesia. Bukankah rupiah pada hari ini nilainya jauh dibawah rata-rata dengan Negara USA, Inggris, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Negara-Negara tetangga lainnya. banyak dari masyarakat Indonesia sendiri yang berpendapat bahwa dinar itu adalah uang yang di buat oleh agama islam, dan jikalau kita pergunakan bisa dijauhi oleh Negara-Negara barat. Cukup disayangkan kalau alasan kerdil itu sebagai faktor kendala, maka Negara Indonesia ini semakin lama akan semakin sulit berkembang, khususnya di dalam memikirkan perkembangan ekonomi Negara ini.
Bahwasanya dinar telah ada sebelum masa rasulullah, sejarah mengatakan bahwa dinar telah digunakan oleh kerajaan Byzantium yakni romawi timur, jadi telah jelas bukanlah Negara Islam yang mengawali dalam penggunaan dinar tersebut. Keutaaman mata uang dinar diantaranya selalu stabil dan tetap, memiliki daya yang kuat dan menyeluruh, mampu mengurangi terjadinya inflasi, mampu menghalangi akan terjadinya krisis moneter, tidak ada ketergantungan terhadap dolar yang banyak digunakan oleh Negara-Negara yang maju, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Negara-Negara yang lainnya, kemudian dapat menumbuhkan dan menyuburkan shadaqah. Dari keutamaan yang telah jelas ini, telah sepantasnya kita pergunakan jenis mata uang ini, tapi entah mengapa pemerintah kita masih enggan dan takut serta merasa canggung terhadap hal ini. Dan sekarang kita bandingkan kelebihan dari nilai rupiah, apakah ada bukti, alasan yang tepat dan mampu menandingi dinar, tentu saja tidak ada sama sekali.
Beredarnya jumlah rupiah di masyarakat Gayo banyak, sehingga harga barang melonjak naik terus menerus, dan terjadilah penyakit ekonomi yang memiliki sifat yang berbahaya dan ini merupakan penyakit ekonomi. Penyakit ini membunuh dan menendang siapa saja yang menghalanginya, seperti darah kotor yang ada dalam tubuh kita, dan bilamana tidak diobati maka akan menjalar keseluruh tubuh kita. Begitu pula dengan inflasi ini, dia tidak memandang siapa saja dihadapannya, baik dia pemimpin, raja, atau presiden sekalipun. Entah sampai kapan masalah yang besar ini akan berakhir. Dari problem tersebut apakah kita dapat menyalahkan satu sama lain, khususnya pemimpin kita, pemerintah atau bank sentral (bank Indonesia), karena tidak dapat menangani masalah ini, dan menjadi hal yang cukup rumit bagi kita sendiri selaku masyarakat Indonesia. Inilah hal yang harus kita selesaikan secara jantan, tak usah kita takut menggunakan dinar sebagai sahabat dekat kita yang selama ini tidak kita hiraukan atau kita remehkan. Apakah kita tidak sedih dengan masyarakat Indonesia yang pendapatannya jauh dari kecukupan malah sangat kurang, karena hal ini berkecamuk di badan kita dan akan terus menggerogoti tubuh kita bila tidak kita basmi dan di bantai secara habis-habisan.
Berapa banyak hutang kita kepada Negara luar, konon katanya menjadi beban bagi anak yang baru lahir, telah dicap bagi mereka memiliki hutang seratus ribu rupiah per kepala. Mungkin hal ini tidak nampak dengan pandangan kita secara zhahir bahwa ada hutang dan beban kita terhadap ulah dari pemerintah yang selalu meminjam uang ke Negara lain, tapi jikalau pemerintah tidak meminjam uang ke Negara luar maka kebutuhan di Negara kita akan merasa kekurangan. Sebaliknya mencetak uang secara terus menerus tanpa memperdulikan akibatnya maka dampak yang muncul akan hancur pertumbuhan, perkembangan ekonomi dan menghambat majunya Negara kita ini. Dari masalah yang kita rasakan sekarang ini, kita harus berusaha mensosialisasikan dinar yang memiliki bobot yang tak terkalahkan itu ke masyarakat secara perlahan-lahan, dimulai dari diri kita sendiri, keluarga, masyarakat, dan Negara kita Indonesia.
Mayoritas dari warga Indonesia di masa sekarang ini, lebih mengidolakan dollar, euro, poundsterling dan mata uang Negara-negara lainnya. Mereka menganggap dollar dan sejenisnya dapat bertahan sepanjang masa, kita contohkan pada tahun 1998 di masa presiden soeharto, suatu kejadian yang merugikan kita, dimana masyarakat Indonesia berbondong-bondong mengambil uang-uangnya di bank yang sebelumnya dapat dijamin aman dan memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap mereka, namun kebijakan mereka tidak tepat, karena ketika mereka mengambil uangnya yang berbentuk rupiah secara bersama-sama dan selanjutnya menukarkan dengan dollar, maka terjadilah inflasi.
Pada saat itu harga barang naik pesat, mulai dari barang sembako, makanan pokok, perabotan, BBM, dan sejenisnya. Sangat sulit dibayangkan pada waktu itu, banyak masyarakat menangis, meronta-ronta kesedihan karena terkejut melihat dan mengalami penderitaan itu, ketika itu pula suara tangis dan tidak mengherankan banyak orang yang kehilangan pekerjaannya mulai dari tingkat buruh sampai level yang sedikit lebih atas, hal ini disebabkan manufaktur tidak bisa menerima karyawan yang cukup banyak dan memberi gaji yang sebelumnya pantas diterima olehnya. Begitu pula bagi investor-investor asing yang menanam saham di Negara kita ini, mereka langsung mengambil sikap mengambil saham-sahamnya karena takut akan merugikan mereka, tidak ada kepercaan lagi untuk menanam sahamnya di Negeri ini. Dari kejadian itu kita sudah diberi pembelajaran dan pengalaman yang berarti, dan sudah seharusnya kita bergerak, bertindak secara matang dan terang-terangan untuk menyelesaikan masalah yang pernah kita alami itu.
Solusi yang ada pada sekarang ini, kita kembali ke dinar, yaitu satu jenis mata uang yang pernah dipakai pada masa rasulullah dan sahabat-sahabat beliau. Telah terbukti bahwa, satu jenis kibas pada masa rasulullah seharga sekian dinar, dan dibandingkan dengan harga kibas di masa sekarang tidak jauh beda nilai nya dengan dinar sekarang. Toh…,coba bayangkan dengan rupiah dimasa tahun 1945-sekarang berapa ribu persen nilai rupiah naik, semakin lama semakin lemah nilainya, karena bahan dalam pembuatan tersebut mudah didapat, mudah dicetak sehingga dipergunakan semaunya saja…!
Ari penjelasaen si nge kusawahen ku ama engingku, sudah semestinya kita memikirkan secara matang dan professional. Bagaimana nasib kita dan anak-anak cucu kita beribu-ribu tahun kedepan, bilamana kita masih menjadi pencundang sejati, dan hanya ikut-ikutan tanpa sedikitpun memberi kontribusi terhadap masalah yang sangat luar biasa ini. Berapa juta persen inflasi yang akan terjadi bila kita masih menggunakan uang kartal, atau rupiah? Apakah kita diam saja, atau hanya jadi penonton laksana menyaksikan siaran sepak bola dilayar tancap. Oooo tidak kawan, rasululah adalah panutan kita, segala perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau sudah wajib kita ikuti dan kita amalkan. Jadi tak usah diabaikan lagi dan jadi perhitungan tentang keaslian dinar. Walau dari ide penulis lebih menyudutkan rupiah dibandingkan dinar, karena penulis merasa akan datang suatu bencana yang melibas suatu Negara kita ini, mungkin kalau sepintaskilas ini tidak terjadi, akan tetapi yakinlah suatu saat mata uang rupiah akan terus bergulir naik terus menerus akan adanya inflasi dan akan mendarah daging, karena tidak ada benteng yang mempertahankannya.(iwanranto89[at]gmail.com)
* Mahasiswa IAIN Ar-Raniry Banda Aceh