Nama Peteriana Kobat tiba-tiba menjadi pembicaraan seniman dan koreografer Tari di Medan, Sumatera Utara. Gara-garanya dialah komando tari massal Tor-Tor untuk 2000 penari yang berasal dari kalangan istri polisi se-Sumatera Utara. Hasilnya, tarian Batak itupun memecahkan Rekor MURI di Lapangan Merdeka, Medan, September 2012 lalu.
Ana, begitu Peteriana Kobat disapa, sebelum berkarya di Sumatera Utara, dia tercatat sebagai mahasiswi jurusan tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), angkatan 1994. Setelah sempat melatih tari di beberapa tempat di Jakarta, baru tahun 2002 Ana hijrah ke Medan. Tentu, di kota itu dia tidak beralih, tetap melatih tari.
Kini ibu tiga anak inipun tercatat sebagai pelatih tari di Bank Mandiri Sumatera Utara, Asisten Dosen di Universitas Negeri Sumut, dan pimpinan Sanggar Kuta Dance Teater.
“Ke Medan awalnya saya ikut suami, dan di Medan langsung diajak melatih Tari di konsulat Malaysia, dan ke malaysia selamasebulan,” kata salah seorang vocalis lagu Gayo Nami ini ketika dikonfirmasi Lintas Gayo di Medan.
Kesan melatih 2000 para istri polisi itu awalnya tidak sengaja, dia hanya diajak oleh seorang teman satu profesi, dan kemudian bhayangkari menanyakan pelatih tari, dan Anapun dikenalkan sahabatnya.
“Setelah dikenalkan, tidak banyak pertanyaan mereka langsung meniyakan,” kenang Ana.
prestasi Ana itu tidak mengherankan, perempuan kelahiran Kebet, 20 Mei 1974 ini sejak kecil sudah terlatih berseni. Ayahnya AS Kobat adalah pelatih tari Gayo, dan Ana memilih profesi dimulai dari Institut Kesenian Jakarta. “Sejak kecil Bapak sudah mengenalkan saya tari, terutama tari Gayo,” kata Ana.
Bukan sebatas itu, Ana juga tercatat sebagai pelatih mengajar tari untuk putri Indonesia yang akan berangkat ke Kuala lumpur, Malaysia. “Juga pada model yang juara busana daerah terbaik dari Sumut Olyn Sitepu,” lanjut Ana.
Kini putri Bungsu AS Kobat dan Chadijah Ibrahim itupun ingin mengabdi dengan Gayo, katanya tari Gayo sekarang belum mengalami perubahan yang berarti, masih berputar disitu-situ saja. tapi Ana cukup yakin, dalam waktu yang cepat akan berubah, karena urang Gayo punya darah seni yang kuat. “Insya Allah pasti cepat berubah,” katanya.
Begitulah Ana yang dalam waktu dekat akan ke Takengon untuk memantau langsung festival Tari yang di gelar Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Tengah. “Saya akan kesana melihat langsung,” begitu janji Ana.(Atia)
Saluuut…!
Urang Gayo memang berlebih di bidang seni, bahkan seni daerah lain pun dapat dilakoni. selamat dan salam dari saya peribadi dan semangat urang gayo dari Negeri Antara.