kematian kata
bulan lalu angin memberiku kabar
tentang kematian kata
kemarin badai mengirimiku surat
tentang kemusnahan hurufhuruf
aku jadi gelisah akan bapak dan ibu
yang selalu memakai kata dan huruf
di rumah maupun di kantor
mereka pasti kehilangan pekerjaan untuk berceloteh
penjaringan, 5 juli 2013
aku masih di sini
aku masih di sini
memungut rindu yang tercecer di beranda malam
berteman sepi, bermahkotakan remang
kadang mataku menarikan tangis
mulut melafalkan igauan namamu pada malam
dari sudut telingaku masih terdengar
bisikmu yang penuh haru
desahmu yang berlumur lara
cinta yang kini usang tak patut kusebut pelangi
lantaran usia telah memangkas nafsunya
ia kehilangan gairah untuk mencumbui sepi sekalipun
aku masih di sini
menanti senja kembali bersama namamu
untuk kututurkan kepada cucuku
sebelum aku dan dia menutup usia
freedom, 5 juli 2013
tubuh
suatu hari tetangga rumahku mendekatiku dengan geram
dan bilang tubuhku yang hitam telah meletihkan matanya
aku tertegun menatap tubuhku yang terlanjur ada
aku meminta kepadanya agar ia meminta Tuhan menggantinya
esok hari ia kembali lagi menemuiku
dan bilang bahwa hanya adam yang mampu menolongku
aku dengan girang pergi menemui adam dan
langsung bercumbu nikmat dengannya
kini ia datang bersama tangis
di dadanya. di sela isaknya terselip penyesalan
telah mengabaikan waktunya hanya untuk membenci
tubuhku yang hitam, sementara ia sendiri lupa mencintai tubuhnya.
s7 pluit, 9 juni 2013
menanam surga
suatu malam, ayah memberiku surga
untuk kutanam di halaman rumah.
katanya, surga sama seperi gereja, mesjid,
pura, wihara, dan istana presiden. di halamannya
berjubel pohonpohon rimbun, tempat burungburung
menaruh masa depan generasinya. dari sana pula mengalir
sungai yang paling jernih airnya. ikanikan beranak pinak
tanpa takut membaca kepunahan. setiap tanah yang dibasahinya
tumbuh beragam jenis buahbuahan dan sayuran.
sembari menggenggam surga pemberian ayah
aku pergi mencari gereja, mesjid, pura, wihara, dan isntana presiden.
tak satupun yang kutemukan.
lalu aku kembali ke rumah. ayah sedang menanti senja terkahirnya.
aku bertanya kepadanya, “di negeri mana kita tinggal? aku tak menemukan
tempattempat suci yang ayah ceritakan itu”.
“jangan kau mencari mereka. mereka telah pergi.
sekarang, tanamlah surga itu di beranda rumah kita.
hanya itu yang kumiliki di akhir hayatku”.
kebon jeruk, 15 april 2013
kepergianku
Tuhan yang rintik matanya
menemukan tubuhku di tepi jalan ibu kota
keluh tak sempat kutuliskan pada matahari
yang menemani siangku
rintih tak sempat kuutarakan pada bulan
yang pergi sebelum aku
rumputrumput pun tak sempat memimum tangisku
aku berjumpa dengan Tuhan dalam diam
tanpa sedikit desah atas kepergianku
jembatan dua, 10 juli 2013
Steve Agusta, lahir di Oepoli, 30 September 1985, Pekerjaan serorang Jurnalis
Aktif menulis puisi dan cerpen sejak dua tahun terakhir. Aktif di berbagai grup kepenulisan dan media Online . Sejak awal Mei 2013, terpilih menjadi Ketua Komunitas Cinta BAKMI (Baca, Apresiasi Kreativitas Menulis Inspirasi) Wilayah DKI Jakarta.