Gayo Penghuni Awal Bumi Aceh

Temuan Balar di Loyang Mendale dan Ujung Karang Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah serta foto Loyang Mendale (Foto:Win RB)
Temuan Balar di Loyang Mendale dan Ujung Karang Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah serta foto Loyang Mendale (Foto:Win RB)

Takengen | Lintas Gayo – Berdasarkan fakta arkeologis atas temuan kerangka ras Australomelanasia berusia 7.500 tahun lalu di ceruk Ujung Karang dan Mendale Aceh Tengah, bisa dipastikan etnik Gayo merupakan penghuni awal yang menetap di bumi Aceh.

“Gayo bisa dipastikan sebagai etnik awal dan tertua penghuni Aceh. Hal itu dikuatkan dengan adanya kesamaan DNA antara temuan kerangka Australomelanasoid dengan pemilik ceruk Mendale dan Ujung Karang di Aceh Tengah,” jelas Ketut Wiradnyana Ketua Balai Arkeologi (Balar) Medan menjawab wartawan. baru-baru ini di Takengen saat melakukana penelitian lanjutan ke Bener Meriah. 

Jika dijabar, lanjutnya, ada perbedaan zaman dengan selang waktu mencapai ribuan tahun antara manusia pra sejarah dengan orang modern saat ini. Namun, bukti kesamaan DNA diantara kedua manusia beda era tersebut menjadi suatu kepastian bahwa etnik Gayo merupakan anak cucu turunan ras Austarlomelanasoid yang asli. 

“Fakta tersebut bisa menjadi dasar sejarah bahwasannya Gayo sudah menempati Aceh jauh sebelum etnik lainnya menetap atau ‘berkembang’ di provinsi ini. Uraian itu juga dapat diperkuat dengan analisis lain yaitu secara garis turunan hingga kini orang Gayo masih memiliki hubungan langsung dengan manusia dari era mesolethikum (zaman batu tengah) dan neolitikum (batu muda),” paparnya. 

Selain itu, mengenai keberadaan warga yang menetap di pesisir pada masa lalu, tambahnya, secara ilmiah belum ditemukan data bahwa adanya hubungan langsung antara mereka dengan peradaban dari zaman mesoletik serta neoletik seperti halnya etnik Gayo.

“Secara budaya belum terlihat adanya hubungan orang di pesisir dengan peradapan manusia pada masa pra sejarah. Apalagi budaya mereka lebih didominasi oleh zaman klasik (era Hindu-Budha). Artinya, kemungkinan warga yang menetap di pesisir Aceh baru berkembang luas pada abad 12 sampai 16 Masehi atau sebelum era kolonial,” paparnya.

Menurut dia, orang-orang pesisir tersebut secara garis turunan dan budaya lebih dominan dipengaruhi oleh peradaban bangsa campuran seperi Arab, Cina, Eropa dan Hindia (ACEH). Di mana proses migrasinya, diperkirakan berlangsung dan terjadi melalui jalur niaga pada zaman kerajaan di nusantara.

“Dimungkinkan, daerah Gayo itu sendiri sudah dihuni sejak 7.525 tahun lalu. Kajian kami ini berdasarkan hasil tes DNA yang dilakukan sebelumnya. Bahkan bisa diprediksi percampuran atau asimilasi di Gayo jauh lebih sedikit bila dibandingkan daerah pesisir Aceh,” ucap Ketut.

Sementara ditanya mengenai keberadaan benda-benda arkeologis asal Loyang Mendale dan Ujung Karang, yang dijadikan oleh Balar Medan untuk bahan penelitian lanjutan dan telah diganti dengan duplikat. Dilanjutkan, kerangka manusia prasejarah itu, berikut benda kepurbakalaan seperti manik-manik, gerabah, alat batu dan lainnya hingga kini masih diperlukan bagi proses penelitian arkeologi.

“Semua masih ada dan aman. Jangan khawatirlah, suatu saat bila telah usai diteliti benda arkeologis tersebut akan kami kembalikan ke asalnya (daerah),” tukas Ketut.(Rio Linge)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments


Deprecated: str_replace(): Passing null to parameter #3 ($subject) of type array|string is deprecated in /home/wxiegknl/public_html/wp-content/plugins/newkarma-core/lib/relatedpost.php on line 627