Catatan Rahma Umar*
Fahmi bocah kecil yang punya cita-cita menjadi tentara ini, kelihatan senang saat Rahma dan Salbiah menawarkan diri mengajarinya membaca dan mengenalkan huruf Abjad. Lelaki kecil ini baru beberapa bulan pindah ke Takengon. “dulunya saya tinggal di Banda Aceh” ujarnya dengan bahasa Indonesia yang tidak begitu pas. Serius sekali dia mengafal huruf Abjad yang di ajarkan Rahma di sela pulang kerja sebagai guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Keramat Mupakat II di jalan Alfitrah Takengen Aceh Tengah.
Siapa yang patut kita salahkan? di zaman yang berteknologi seperti sekarang ini, masih ada anak yang buta huruf dan tidak bisa membaca padahal Fahmi memiliki semangat yang tinggi dan dilihat dari posturnya sudah melebihi layak untuk disekolahkan.
“Fahmi ingin sekolah bu, apakah saya boleh bersekolah disini,” katanya yang setiap pagi saat Fahmi mengantar adiknya bersekolah di PAUD. Permintaan ini dijawab oleh salah guru PAUD, Fitri. “Apa Fahmi tidak malu sekolah dengan anak-anak kecil dan kenapa Fahmi tidak sekolah di tempat sekolah yang lain?” tanya Fitri.
“Saya tidak diterima disekolah lain karena tidak bisa baca tulis,” jawab Fahmi menjawab pertanyaan Fitri. Miris kedengarannya, siapa yang patut kita salahkan?, orang tua Fahmi yang salah ?. Dimana saban hari, pagi-pagi sekali sudah bekerja mencari nafkah ?.
Masih adakah yang peduli dengan nasib pendididkan dan moral anak negri ini ?. Dengan nasib Fahmi ?. Fahmi salah satu dari sekian banyak cerita dan kisah tentang anak-anak di Aceh Tengah sebagai bagian kecil bangsa besar ini.
Keluarga memainkan peran besar dalam pembentukan karakter bagi anak, karena keluarga merupakan sekolah pertama untuk anak untuk membina mental yang akan berpengaruh kuat bagi setiap anak. Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga.
Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama.
Dalam era modernisasi sekarang ini, tantangan menjadi orang tua lebih besar apalagi jika menyangkut yang namanya anak maka, peran penting orang tua sangat dibutuhkan. Berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya, Teknologi IT yang paling sering digunakan para anak muda sekarang adalah akses internet yang mudah ditemui, padahal pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi dan pornografi tapi masih saja mereka kerap mengakses konten yang berbau negatif. Yang jelas dapat merusak moral sang anak. Teknologi canggih yang semestinya diciptakan untuk menambah wawasan malah berakibat pada moral yang jelek.
Tidak hanya itu di kalangan anak-anak Takengon saat ini menjamurnya game online bisa menjadi salah satu penyebab rusaknya moral dan pendidikan anak, dari hasil survei saya keberapa warnet di kota Takengon pengunjung dan pemakai warnet di mayoritasi oleh anak-anak dibawah umur dari tingkat SD dan SMP, saat ditanyakan kesalah satu anak pengguna warnet apa yang mereka kerjakan jawabnya main game online,seperti PB (Point Blank), Anak yang kecanduan game cenderung pendiam. jika pasilitas internet ada di rumah mungkin ada dampak positif bagi orang tu yaitu anak jarang keluar rumah sehingga gampang pengawasan bagi orang tua tapi dampak negatifnya sangat besar salah satunya anak banyak menghabiskan waktu di depan komputer tanpa mengetahui dunia luar dan juga anak akan mengikuti gaya-gaya Yahudi yang membuat karikatur game tersebut.
Pergaulan yang negatif adalah salah satu dari sekian banyak penyebab kehancuran sang anak. Saat ini dapat kita lihat banyaknya sistem pergaulan kawula muda yang mengadopsi gaya ala barat (westernisasi) dimana etika pergaulan ketimuran telah pupus, mungkin anda pernah atau bahkan sering mendengar kata-kata MBA (married by accident). MBA tampaknya sudah menjadi tren dikalangan remaja dimana melakukan hubungan seks sebelum menikah banyak dilakukan pada saat pacaran.
Anak-anak muda sudah menganggap tradisi ini hal yang biasa dilakukan pada saat pacaran bahkan ada yang tidak segan-segan untuk merekam adegan mesum tersebut untuk disebarkan dan ditonton dikhalayak ramai. Apakah ini bukan kehancuran bagi sang anak?. Jawabannya tentu saja iya.
Satu lagi permasalahan yang sering ditakuti oleh orang tua yaitu narkoba, sudah jelas barang haram ini dikategorikan sebagai barang berbahaya dan terlarang yang bisa merusak generasi muda. Narkoba menjadi jurang kehancuran bagi sang anak.
Ironisnya memakai barang haram ini juga sudah menjadi tren remaja sekarang dengan anggapan bila mengkonsumsi barang ini akan menjadi senang atau yang dikenal dengan bahasa gaulnya (fly). Padahal sudah jelas menurut kesehatan mengkonsumsi barang-barang sejenis narkoba sangat merusak kesehatan terutama pada sistem syaraf apalagi dengan mengkonsumsi barang ini akan membuat ketagihan dan ketergantungan, ini sungguh menakutkan.
Ini tidak hanya berlaku dikota besar maraknya narkotika juga sudah merambah ke pelajar-pelajar Aceh Tengah tapi ajangnya masih coba-coba. Ya, ajang coba-coba dengan cara menghisap lem, salah satu anak yang merupakan anak yang orang tuanya memiliki katagori berpenghasilan tinggi yang bekerja sebagai PNS pernah saya tanyakan, lem apa yang digunakan dan bagaimana cara memakainya? dengan muka agak cemas si anak yang baru duduk di kelas IX sebuah SMP ternama di Takengon mengungkapkan lem yang digunakan itu lem Cap Kambing, dengan cara menuangkan lem tersebut kedalam plastik putih kemudian plastik itu di benamkan ke muka lalu dihisap bergantian” Anak-anak juga harus menerima haknya secara jiwa. tidak semata materi saja.
Ibu adalah seseorang yang seharusnya memberikan kasih sayang dan cinta buat anak-anaknya tanpa harus lebih mementingkan karier di luar rumah, begitu juga sang ayah menurut Irwan Rinaldi seorang aktivis pendamping ” Quality Time Fathering Skill”, Ayah memiliki peran penting dalam kebutuhan Psikologi anak.
Timbulnya penyimpangan tingkah laku seperti ketergantungan terhadap narkoba penyimpangan seks bermula. dan tidak terpenuhinya kebutuhan anak-anak terhadap peran psikologi ayah mereka, jarang memeluk, jarang berbagi, hati dan perasaan, dan jarang berkomunikasi sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Untuk mengurus generasi yang baik, anak-anak yang berkualitas diperlukan ikhtiar maksimal, yang bisa memberi mereka ketersediaan sumber daya, apa-apa yang bisa mengantarkannya kearah lebih baik, seperti yang dilakukan oleh Rosmaini tenaga pengajar di MAN 1 Takengon yang memiliki 4 orang anak pernah mengungkapkan pendapatnya tentang pendidikan anak. “Membangun pendidikan Islam pada anak sejak dini itu sangat penting”, kata Rosmaini beberapa hari lalu di Takengen.
Ibu yang mempunyai putri bungsu Qistina Putri ini menambahkan jika pendidikan modern saja yang diterapkan pada anak maka anak akan menjadi generasi yang hanya memikirkan materi saja namun miskin akan hati. “Jadi anda para orang tua masihkah berdiam diri tanpa melakukan perubahan yang berarti buat generasi kita? jawaban itu hanya ada pada diri dan hati anda masing-masing.
Pernyataan sang ibu ini ditimpali suaminya yang bekarja sebagai salah seorang dokter di Rumah Sakit Datu Beru Takengon dr. Aliyen Kamaruddin. “Jika konsep pendidikan Islam telah ditanamkan pada anak maka kedepannya anak bisa memilih setiap kegiatan yang baik dan bermanfaat untuknya dan orang lain,” kata dokter ini.
*Staf Redaksi Lintas Gayo, Guru PAUD di jalan Al Fitrah Takengen
pendidikan adalah tanggung jawab kita semua, semua komponen masyarakat harus terlibat untuk membenahinya, sehingga GAYO yg kita harapkan bisa terwujudkan. org tua, guru, dan semua elemen masyarakat mesti ikut andil, karena masalah pendidikan adalah tanggung jawab kita semua, ingat kita semua akan ditanyai atas amanah yg telah kita sia2kan ini, terlebih lagi org tua, anak adalah titipan Allah, jangankan di akhirat didunia saja ketika anak berbuat kesalahan kejelekanya akan kembali ke org tua. minsalnya si anak punya kebiasaan mencuri, nah yg akan ditanyakan “ank nisahen ke oya,…” begitu juga sebaliknya ketika si anak berprestasi, baik budi pekerti maka nama org tuanya juga akn harum terdengar dimana-mana!!! intinya semua harus bahu-membahu karena pendidikan bukanlah tanggung jawab org perorangan, lembaga pendidikan semata tapi pendidikan adalah tanggung jawab kita semua” semoga Allah ampuni kita dan memudahkan segalanya gayo yg kita cita2kan bisa tercapai,..
tugas guru dan orang tua yanng mengajarkan fahmi. Masukkan ia ke sekolah terdekat. Mengenai kenakalan remaja juga harus ada perhatian dari orang tua dan guru. Sekolah adalah pengganti lembaga informal dalam mendidik anak.
Fahmi buta huruf, tetap mereka disekitar fahmi buta tidak melihat fahmi, orang tuanya juga buta sekarang kan sekolah gratis. Dan kalau ada sekolah tdk terima fahmi karena tidak bisa membaca itu adalah sekolah yang membuat orang lain menjadi buta
menurut saya kalau keadaannya seperti ini..bukan saatnya untuk menyalahkan siapa,tapi tindakan atau solusi apa yang harus dilakukan…
karna dengan omongan saja tidak dpt menyelesaikan masalah…dan menurut saya teori 20% dan tindakan 80@..
intinya \ talk less do more\ aja lah..
memang segala sesuatu gk bisa diandalkan dengn omongan tpi hrus tindakan..
klau menurut saya…teori itu 20 % dan tindakan 80 %…
\talk less do more\ aja lah..