Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Dunia pendidikan telah berkembang pesat seiring dengan perubahan zaman, pendidikan modern yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas tekhnologi yang serba canggih dan strategi (metode) pembelajaran di ruang kelas juga semakin bervariasi. Namun seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, sang pendidik biasanya hanya fokus pada materi pelajaran yang harus dikejar dan fokus terhadap srategi pembelajaran yang terkadang membuat murid menjadi bosan di ruang kelas.
Dengan berkembangnya dunia pendidikan namun ada satu hal yang ditinggalkan dari pendidik ketika berlangsungnya belajar mengajar diruang kelas yaitu strategi mengajar dengan humor. Srategi dengan humor ini terkadang dilupakan oleh sang pendidik sehingga murid merasa bosan di ruang kelas. Bosan adalah penyakit yang amat berbahaya, termasuk dalam pembelajaran. Jika penyakit bosan menyerang seseorang, maka ia menderita luar biasa. Orang yang diserang penyakit bosan sebagian besar organ tubuhnya menjadi tidak produktif. Bahkan, otakpun tidak akan mau diajak kompromi untuk berpikir dan memproses informasi. Begitu bahayanya penyakit bosan ini menyerang siswa di ruang kelas oleh karena itu guru harus mengusir rasa bosan itu dengan strategi humor yang bisa menyembuhkan penyakit bosan itu.
Dari pengalaman penulis ketika praktek pengabdian lapangan (PPL) yang harus fokus terhadap silabus dan RPP namun ada yang kurang menyambung antara pendidik dengan siswa yaitu rasa emosional dan siswa merasa bosan di ruang kelas. Penulis mencari solusi dari situasi tersebut dan penulis menggunakan strategi humor, beberapa minggu kemudian ada perkembangan situasi di ruang kelas yaitu adanya interaksi yang menyambung antara pendidik dengan siswa, siswa lebih ceria dari sebelumnya, tidak tegang, lebih santai dalam belajar dan tentunya rasa bosan itu tidak ada lagi di ruang kelas.
Ternyata rasa humor di ruang kelas lebih efektif dalam belajar-mengajar, di satu sisi materi pelajaran cepat ditangkap oleh murid dan di satu sisi yang lain murid tidak bosan di ruang kelas. Sebagaimana Cooper dan Sawat (1999) menyatakan bahwa humor seorang guru mendorong anak-anak untuk selalu ceria dan gembira serta tidak akan lekas merasa bosan atau lelah. Kemudia staton (1978) juga mendukung pendapat tersebut bahwa cerita yang dianggap penting atau kecakapan mempergunakan kesempatan yang tepat untuk menyisipkan humor secara bijaksana sepanjang pemberian pelajaran, akan mendorong siswa untuk tidak bosan-bosannya mengikuti pelajaran tersebut.
Perlunya seorang guru memiliki sifat penggembira juga dikemukakan oleh Lighart (1951), beliau menyatakan: “seorang guru hendaklah memiliki sifat suka tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa kepada murid-muridnya. Artinya, suka tertawa merupakan sifat guru yang sangat diharapkan. Bahkan, guru diharapkan dapat menciptakan suasana riang di dalam kelas, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk tertawa secara bersama-sama pada saat yang tepat.
Lima Manfaat Humor
Dalam buku “Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor”; karangan Darmansayah, S.T.,M.Pd. Darmansyah (2002), melakukan penelitian tentang bagaimana persepsi siswa terhadap guru yang menyisipkan humor dalam pembelajaran. Hasilnya mengungkapkan bahwa guru yang mereka senangi itu adalah guru yang memiliki sense of humor tinggi. Temuan penelitian ini tentunya berimplikasi terhadap proses pembelajaran, baik ditinjau dari sisi guru maupun dari siswa sendiri. Artinya, guru harus memerhatikan betul apa yang disenangi siswa dalam pembelajaran dan siswa akan mendapatkan keuntungan jika faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan kualitas interaksi guru dapat saling terpenuhi di antara keduanya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terungkap bahwa humor diperlukan dalam pembelajaran. Siswa menyenangi humor, karena dapat membantu mencairkan suasana dalam kelas yang terkadang harus mereka alami dalam waktu yang relatif lama dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama: humor sebagai pemikat perhatian siswa. Sisipan humor yang tepat dari seorang guru, dapat lebih mengarahkan fokus siswa terhadap materi pelajaran.
Kedua: humor membantu mengurangi kebosanan dalam belajar. Menurut hasil penelitian humor ini dapat menghilangkan kebosanan dalam pelajaran.
Ketiga: humor membantu mencairkan ketegangan di dalam kelas. Menurut pendapat pakar bahwa seorang guru yang humoris dapat masuk ke dalam semua situasi batin siswa. Sehingga memungkinkan seorang guru dapat berimprovisasi dengan humor. Guru dapat memecahkan suasana tegang itu dengan memunculkan humor pada saat memungkinkan.
Keempat: humor membantu mengatasi kelelahan fisik dan mental dalam belajar.
kelima: humor untuk memudahkan komunikasi dan interaksi.
Jauh sebelum para ilmuwan diatas mencetuskan manfaat humor dan perlunya metode humor dalam mengajar padahal Nabi kita, Nabi Muhammad saw telah mempraktekkannya bersenda-gurau bersama para sahabat namu rasa humor (senda-gurau) yang beliau lakukan sedikitpun tidak konteks kebenaran. Disamping itu bagi beliau
Dalam sebuah hadits berikut ini dapat memberi gambaran metode ini:
Di riwayatkan dari Anas ra, dia berkata: “Sesungguhnya seseorang pernah meminta seekor unta (zakat) kepada Rasulullah untuk meringankan beban dalam membawa barang-barangnya, maka Rasulullah berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya aku akan membawamu (menaikkanmu) ke atas seekor anak unta.’ Lalu orang tersebut berkata: ‘Wahai Rasulullah, apa yang dapat aku perbuat dengan anak unta tersebut ? ‘Rasulullah saw bersabda (dengan maksud bercanda): “Bukankah unta itu anak dari induk unta?’”(H.R Imam abu dawud dan Tirmidzi).
Sikap humoris Rasulullah saw yang tergambar dalam hadits dimaksudkan untuk memahamkan orang tersebut bahwa seekor unta sebesar dan sekuat apa pun dalam membawa barang-barang, maka tetaplah ia seekor anak unta.
Begitu pentingnya strategi humor ini dalam belajar mengajar sehingga siswa tidak merasa bosan menerima materi-materi pelajaran didalam kelas, semoga guru-guru di Indonesia, khususnya di Aceh ini menerapkan strategi humor ini ketika mengajar karena guru yang humoris lebih disukai oleh siswa dari pada guru yang pintar tapi membosankan di dalam kelas.
*Penulis: Kompasianer, Kolumnis dan Tentor MTsN Model Banda Aceh.