Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Tanggal sembilan bulan april semakin dekat saja, yang mana bulan ini menentukan nasib para calon legislatif apakah bisa terjun ke parlemen atau gagal dalam seleksi alam demokrasi ini.
Sebelum bulan april, para calon legislator dari seluruh penjuru daerah yang ada di Indonesia ini memberikan janji yang begitu dahsyat. Namun ada satu hal yang menggelitik hati saya dari ulah para calon legislator ini yaitu tentang “kesombongan para calon legislator”. Bagaimana tidak, para caleg tersebut merasa bahwa mereka adalah yang paling hebat, yang paling pintar, yang paling bersih dan yang paling memerhatikan rakyat, bahwa dirinya lah yang paling pantas untuk maju ke parlemen, mereka merasa paling peduli terhadap rakyat padahal mereka tidak pernah melihat kebawah bagaimana penderitaan rakyat yang sesungguhnya. Merasa paling pantas mengurusi rakyat dan paling paham terhadap tata kelola Negara dari pada pesaingnya. Setelah mereka duduk di kursi parlemen dengan sekejap mereka mencampakkan rakyat dan tak pernah peduli sama sekali dan hanya mengucapkan “Good Bye”.
Kesombongan Iblis
Iblis adalah makhluk yang diciptakan dari api sedangkan adam diciptakan dari tanah, tatkala Allah memerintahkan iblis untuk sujud kepada adam maka iblis menolak lantaran iblis merasa lebih hebat dan lebih mulia dari adam yang diciptakan dari tanah lumpur. Oleh karena itu, iblis merupakan makhluk pertama yang tergelincir karena kesombongannya yang membanggakan dirinya lebih hebat dari adam. Cerita tentang kesombongan iblis ini, Allah abadikan dalam al-Qur’an Surah al-A’raf ayat 12 sebagai pelajaran bagi makhluk-Nya di dunia.
“Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakana kepada para malaikat, bersujudlah kamu kepada Adam maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.”
Nasib serupa dialami kaum Yahudi. Karena menganggap dirinya kaum terhormat dan mulia, mereka menolak dan membunuhi para nabi yang menjadi utusan Allah. Karena itu, tidak heran jika Allah swt melaknati mereka.
Al-Ghazali membagi membagi takabur dalam dua bagian:
Pertama: takabur dalam urusan agama yaitu dan amal
Menurut Al-Ghazali tanda-tanda takabur karena ilmu diantaranya mereka merasa dirinya paling pintar dan tak mau mendengar nasihat dari orang yang lebih bodoh darinya.
Kedua: takabur dalam urusan dunia
Takabur dalam urusan dunia ini disebabkan oleh kekuasaan dan kekayaan.
Untuk apa kita sombongkan segala potensi yang kita miliki, harta dan kekayaan, itu semua hanyalah milik Allah swt. Semoga kita bisa merenung bahwa manusia tidak perlu sombong hidup di dunia ini. Walaupun ada calon legislatif yang ingin maju ke kursi parlemen dengan niat yang baik maka dia akan mendapatkan apa yang dia niatkan sesuai dengan sabda Rasulullah saw “Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan”.
*Penulis: Kompasianer, Kolumnis LintasGayo.com dan Remaja Masjid Kota Banda Aceh