Oleh: Wien Aula*
Kasus peredaran uang palsu kini mencuat kembali tepatnya di kampung paya serngi kecamatan kebayakan Aceh tengah dari laporan korban bernama Aswira sufyan yang merupakan pemilik kios tersebut menjelaskan kejadian nya pada malam hari sekitar jam 21.00 wib hari senin.
Aswira mengatakan kalau si pembeli tersebut bukan warga Paya Serngi karna sama sekali saya tidak pernah melihatnya. tetapi kalau jumpa lagi saya kenal imbuh beliau. kronologi kejadian nya pada saat itu ada orang yang datang membeli rokok sampoerna mini 1 bungkus seharga 10.000 dengan memakai mobil berwarna silver, yang saat itu saya memang tidak memperhatikan merek mobilnya. Awalnya dia menanyakan harga susu fresian flag lalu saya katakan harganya 11.000 rupiah. ya sudah rokok sampoerna saja ungkapnya.
saat saya mau balikin sisa kembalian nya seolah olah terburu buru dia katakan kembalian nya uang pecah juga gak apa apa soalnya mau dipakai untuk jajan anak anak sebutnya. Pada malam itu hanya orang tersebut yang membeli dengan memakai uang 50.000 rupiah kemudian saya mengembalikan sisanya senilai 40.000 rupiah karna seperti biasa saya tidak pernah memperhatikan uang setelah ada yang membeli di kios, saya langsung saja menyimpan uang tersebut di dalam laci,
Ciri ciri orang tersebut saya kurang memperhatikan yang pastinya dia orang tua berjenis kelamin perempuan. pada saat itu dia turun dari mobil hanya sendiri. anehnya saat itu saat saya mengembalikan sisa uangnya dia berdekatan ke laci,dan kemudian bergegas pergi.
Baru saya tau kalau uang ini palsu saat paginya, ini diketahui setelah saya membeli gas elpiji ke kampung pinangan dengan memakai uang tersebut, mungkin merasa beda dari uang yang lain penjual elpiji menolak uang tersebut dengan dalih bahwa uang tersebut palsu, disini saya spontan kaget saat mendengar bahwa uangnya palsu.
karna penasaran,saya teringat anjuran Bank indonesia yang sering di sosialisasikan melalui media elektronik Untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan melihat perbedaan antara uang yang asli dengan uang palsu, dengan cara 3D yaitu, dilihat, diraba dan diterawang. Setelah di perhatikan dan di selidiki ternyata benar uang tersebut palsu itu dapat dlihat dari bentuk dan warna kertasnya yang pudar dan kusam berbeda dari uang yang asli, tali benang nya juga berbeda, kemudian kalau di terawang tidak ada bayangan gambar pahlawan nya
Saya berharap kasus peredaran uang palsu ini tidak beredar meluas ke masyarakat sekiranya pihak terkait agar dapat bertindak secepatnya, dan saya sarankan untuk masyarakat khususnya di Aceh tengah agar tetap waspada kalau merasa curiga cepat pakai sistem 3D (dilihat, diraba, di terawang) imbuh Aswira yang menjadi korban tersebut.
*Mahasiswa, Berdomisili di Tingkem Bersatu, Bener Meriah