Bupati di lembah Burni Telong, Tgk. Syarkawi membuat “kejutan” di saat negeri ini dilanda Covid-19. Dia mengelindingkan bantuan Rp 500 ribu perkepala keluarga. Tidak ada klasifikasi kaya atau miskin, semuanya mendapat bantuan.
Mereka yang menerima bantuan ini tidak termasuk dalam kelompok PKH, BPNT, bantuan dari Dinas Sosial dan Baitul Mal. Artinya setiap kepala keluarga di Bener Meriah akan mendapat bantuan. Namun bantuan ini menjadi perdebatan.
Pasalnya bantuan ini bukan dalam bentuk uang tunai atau sembako. Namun bantuan ini berupa bibit tanaman dan pupuk. Tgk Syarkawi beragumen bantuan itu untuk ketahanan pangan Bener Meriah, untuk mengantisipasi bila wabah Covid-19 berdampak jangka panjang.
Sumber anggaranya berasal dari dana desa. Banyak masyarakat yang tidak sefaham dengan Abuya, panggilan akrab Syarkawi. Bila dalam bentuk bantuan bibit, masyarakat harus menanamnya dengan jangka waktu lebih 5 bulan baru panen, sementara saat sekarang ini masyarakat butuh makan.
Bantuan untuk masyarakat yang terkena dampak corona ini menjadi pembahasan. Persoalanya, sebelumnya media sudah mengekpose keterangan bupati yang gemar, berkain sarung saat berdinas ini.
Soal bantuan Rp 500 ribu untuk setiap KK ini, awal mulanya tidak ada disebutkan bantuan itu dalam bentuk bibit tanaman ataupun pupuk. Namun setelah ramai dibahas, bupati meluruskan informasi itu, bahwa bantuan yang akan disalurkan di setiap desa berupa bibit tanaman dan pupuk.
Soal bantuan itu menjadi polemik. Statemen miring bermunculan yang diarahkan kepada bupati. Apalagi di media sosial, riuh dan hangat soal bantuan Rp 500 ribu per kk ini. Perdebatan terjadi, antara bentuk tunai dan bantuan bibit serta pupuk.
Sebagian menginginkan agar bantuan itu berbentuk chash uang tunai. Apalagi dikaitkan dengan harga jual hasil pertanian saat ini rendah. Masyarakat butuh bantuan “peluru” untuk mengolah lahan pertanianya. Bukan dalam bentuk bibit dan pupuk.
Bila dalam bantuan berbentuk bibit dan pupuk, memerlukan proses untuk mendapatkan hasilnya. Masyarakat harus mengolah tanah, menyemai benih, merawatnya, menjaganya dari serangan hama sampai pada masa proses panen.
Selain itu, tidak semuanya masyarakat memiliki lahan untuk menanam bantuan bibit itu. Lahanya juga harus mempertimbangkan berbagai aspek, terutama dari serangan hama, seperti babi dan amukan gajah.
Apalagi selama ini Bener Meriah dikenal dengan kawasan amukan gajah, selain serangan hama lainya. Otomatis membutuhkan biaya lagi untuk pengaman, karena tidak semua lahan efektif untuk dijadikan area tanaman pangan. Untuk menyelamatkan tanaman itu membutuhkan penjagaan yang ekstra ketat dan memerlukan keseriusan.
Harus berjalan
Namun Syarkawi, Bupati Bener Meriah tetap dengan prinsipnya, bantuan itu berupa pengadaan bibit dan pupuk. Karena bantuan dalam bentuk tunai sudah disalurkan melalui PKH, BPNT, bantuan Baitul Mal dan Sembako dari Dinas Sosial Aceh.
Untuk mengantisipasi agar tidak menjadi persoalan yang berkepanjangan dan adanya gesekan di masyarakat, Syarkawi melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara marathon. Program itu harus berjalan.
Bantuan itu menurut Syarkawi untuk ketahan pangan Kabupaten Bener Meriah. Karena tidak ada kepastian kapan corona ini akan berahir. Bantuan itu akan dikelola oleh para reje (kepala kampung). Para pejabat di sana tidak masuk dalam program ini.
“Hal ini kita lakukan sebagai antisipasi, bila wabah Covid 19 berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Menteri Desa PDTT Nomor 8 Tahun 2020, tentang pola Padat Karya Tunai Desa (PKTD),” jelas Syarkawi kepada media.
“Anggaran untuk ketahanan pangan ini dan Bantuan Tunai Langsung akan diplot dari dana desa. Langkah ini adalah penjabaran surat edaran Menteri Desa PDTT. Untuk itu para reje agar merevisi anggaran, serta melaksanakan program ini di desa masing masing,” sebut Syarkawi.
Menurut Abuya panggilan akrabnya, sebelumnya dana desa untuk 10 program prioritas kabupaten. Kini semuanya direvisi menjadi 3 program prioritas. Pertama penanganan Covid 19. Kedua untuk ketahanan pangan. Ketiga adalah Bantuan Langsung Tunai bagi keluarga dengan kriteria yang sudah ditentukan.
Bupati memfokuskan anggaran dana desa itu diarahkan kesana. Demikian pula dengan anggaran kabupaten. Hasil refocussing dan realokasi beberapa waktu lalu, anggaran kabupaten difokuskan ke tiga program prioritas tersebut.
Bupati sudah memilih tim untuk sosialisi program itu ke kecamatan. Muhklis, Asisten I Setdakab Bener Meriah dipercayakan sebagai ketua tim, beranggotakan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, drh. Sofyan. Kepala Dinas Pertanian, Ir. Abadi, Kepala Dinas Sosial, Almanar, SE dan Kabag Tata Pemerintahan Khairmansyah, S.IP, Msc.
Bupati sudah mengirimkan surat edaran kepada para camat dan reje untuk kelangsungan program tersebut. Kegiatan sosialisasi sudah dilakukan di Kecamatan Gajah Putih, Kecamatan Wih Pesam, Kecamatan Bukit, dengan menghadirkan seluruh reje kampung.
Syarkawi menyarankan kepada masyarakat, apabila ada yang belum memahaminya, agar dapat menanyakan langsung ke reje kampung, pendamping desa, Camat, Dinas PMK, untuk ketahan pangan ke Dinas Pertanian.
Abuya juga menjelaskan tentang bantuan lainya yang telah disalurkan kepada masyarakat, seperti PKH, BPNT, Baitul Mal, dari Dinas Sosial Provinsi Aceh dan Kementerian Sosial.
Menurut Abuya, Pemkab Bener Meriah telah menyalurkan sejumlah bantuan dan beberapa bantuan lainya masih dalam proses penyaluran. Bantuan yang sudah disalurkan itu berupa 72 ton beras, untuk 5.075 jiwa. Setiap jiwa menerima 14 kilogram beras.
Bantuan dari Baitul Mal berupa uang tunai (cash) sebanyak Rp500.000 untuk masing-masing Kepala keluarga (KK) yang tergolong fakir miskin ditargetkan 6.000 lebih KK di Bener Meriah akan mendapat bantuan.
Bantuan Pangan Non Tunai jumlah penerima 13.912 jiwa telah berjalan. Demikian dengan PKH yang penerimanya mencapai 5.914 jiwa juga telah berjalan. Bantuan sembako dari provinsi Aceh untuk 865 Kepala Keluarga (KK) sedang dalam proses di tingkat provinsi.
Direncanakan untuk BLT dengan jumlah penerima 3.912 jiwa sedang dalam proses. Untuk bantuan BLT ketetapanya akan dilakukan melalui musyawarah khusus desa, di seluruh kampung.
Dengan adanya bantuan itu, menurut Syarkawi, jika masih ada masyarakat miskin di Bener Meriah yang perlu dibantu melalui BLT dana desa, jumlahnya tinggal sedikit lagi. Prinsipnya bantuan itu tidak boleh tumpang tindih.
Peluru sudah dilepaskan Syarkawi, namun bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam jangka pendek. Bantuan itu memerlukan proses, butuh waktu, agar negeri di lembah merapi ini memiliki ketahanan pangan, karena terjangan corona belum dapat dipastikan kapan akan berahir.
Pro dan kontra soal bantuan itu masih diramaikan masyarakat, khususnya di media sosial. Sementara peperangan dengan corona masih berlangsung, belum ada yang dapat memastikan kapan akan berahir. Berhasilkah program Syarkawi ini dalam menyiapkan kebutuhan pangan di Bener Meriah?
Upaya Abuya dalam merangkul rakyatnya untuk menyiapkan ketahanan pangan, semuanya kembali kepada kemauan, kegigihan dan keseriusan masyarakat dalam mengolahnya.
Pro dan kontra bantuan berupa bibit dan pupuk ini masih menjadi pembahasan. Bagaimana ukiran sejarah dari program ini, disaat negeri dalam balutan bencana. Akankah berjalan mulus dan menuai keberhasilan, proses dan waktu yang akan menjawabnya. (Bahtiar Gayo/Dialeksis.com)
jika bantuan berupa bibit atau pupuk kemana harus kami tanam!?
sedangkan posi petani tidak semuanya mempuyai lahan,
satu lagi atas nama semua masyarakat batassi utuk keluar rumah(TETAP DI RUMAH AJA)
apa batuan itu tidak sia sia!?