Rombongan Bupati Aceh Tengah Terkepung Banjir Bandang


Takengon | lintasgayo.com – Traaaaakkkk traaaaak  duuuuummmmm. Bebatuan yang dilarikan air dari atas, bergumul dalam lumpur. Suara detakan keras diantara bongkahan kayu itu melaju pesat, berlomba mencari dataran rendah.

Teriakan “munduuuuurrrr, munduuuurrrrrr, bahaya,” terdengar hampir dari seluruh sisi, meminta manusia untuk menghindari air pekat bercampur bebatuan yang  turun deras di Kawasan Paya Tumpi.

Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar  terkejut, dia  melihat pemandangan diluar dugaanya. Suara dentuman keras diiringi kayu berhanyutan persis di depanya, telah membuat penglihatanya mulai berkunang, detak jantungnya terpacu cepat.

Sementara air yang mengalir di belakangnya, mulai menutup badan jalan aspal. Matrial hasil sapuan banjir ini berserakan dijalan. Di depanya ada tumpukan longsor. Sementara dari langit tumpahan air juga bagai tanpa henti.

“Mundur kita pak,” sebut tim bupati yang meninjau lokasi banjir bandang di Paya Tumpi Takengon.

Bupati secepatnya menyusuri kebun kopi milik masyarakat untuk menyelamatkan diri. Tak lama kemudian datang bantuan dari BPBD yang mengerahkan satu unit loader untuk membersihkan jalan yang tertimbun longsor.

Aliran air mulai terarah di ruas jalan aspal ini. Sementara di depan bupati dan rombongan, gumpalan air yang bergulung gulung disela sela kayu yang hanyut, suaranya menggelegar. Sahut menyahut. Ketaaaaak ketuuuukkk, batu yang dilarikan air itu mengeluarkan suara keganasanya.

Musibah banjir bandang di Paya Tumpi, Rabu (13/5/2020) diluar perhitungan bupati. “ Saya duga banjir biasa, karena di lokasi ini secara akal tidak mungkin ada banjir bandang. Sampai di lokasi luapan airnya belum terlalu besar, tak lama kemudian kami dikejutkan dengan pemandangan yang mengerikan,” sebut Shabela, kepada Dialeksis.com.

Bupati Aceh Tengah dan rombongan menyaksikan bagaimana ganasnya air yang menerjang mobil sedang parkir (milik Idrus, Reje Paya Tumpi) menjadi luluh lantak. Perumahan masyarakat menjadi pemandangan keganasan alam. Apa yang dilalui air bah ini, semuanya disapu.

“Sangat disayangkan musibah ini terjadi,  karena manusia tidak menjaga alam. Persoalan menjada hutan  pernah kami minta ke Menteri kehutanan, agar hutan di Gayo, dikelola daerah secara adat. Agar hal hal seperti ini dapat dihindari,” sebut Shabela menjawab Dialeksis.com, usai dirinya terbebas dari perangkap banjir bandang ini.

Bongkahan batu, kayu yang dihanyutkan air ini berasal dari Gunung di Bukit Menjagan. Hutan di sana di tebang. Sementara kawasan untuk jalur air ditutup dan dijadikan tempat usaha. Otamatis air mengamuk mencari jalanya sendiri.

“Seharusnya hutan ini tidak ditebang. Bukan hanya sebagai suplai air untuk masyarakat, namun sebagai penyeimbang alam. Namun karena hutan ini ditebang, ketika curah hujan tinggi, kita melihat amukan alam. Kayu kayu yang hanyut ini berasal dari hutan yang ditebang di Bukit Menjangan,” sebut Shabela.

Dulu, sebut Shabela, orang tua di Gayo sangat arif dan bijaksana dalam bersahabat dengan alam. Pendahulu memberikan jalan air untuk mencari tempatnya ke kawasan rendah. Parit paritnya lebar dan banyak.

“Kini drainase banyak yang ditutup, diperkecil, dijadikan tempat perumahan atau lainya. Ketika drainase itu ditutup, air mau mengalir kemana? Tentunya dia akan mencari jalan sendiri. Dampaknya muncul bencana,” jelas Shabela.

Amukan banjir bandang di Paya Tumpi yang telah memporak porandakan tiga desa, sebenarnya bila manusia bersahabat dengan alam, hal itu dapat dihindari. Bila air diberikan jalanya, dia tidak akan memunculkan bencana.

Dikepung bencana

Saat negeri sedang berhadapan dengan wabah corona, amukan bencana alam juga melanda Aceh Tengah dan Bener Meriah. Banjir bandang dan longsor terjadi di mana-mana.

Shabela mengakui, dia baru saja usai mengecek lokasi longsor di beberapa titik, Jagong- Atu Lintang, Lumut, dan kawasan Linge. Usai dari peninjauan lokasi longsor ini, dia mendapat kabar ada banjir di Paya Tumpi.

Tim langsung menuju ke sana, karena semula diperkirakan hanya banjir biasa. Namun sesampai di lokasi, Shabela dan tim dikejutkan dengan amukan banjir bandang yang nyaris membuat mereka terperangkap.

Banjir juga terjadi di  Kebayakan, Kecamatan Bebesen, Pegasing. Walau tidak separah amukan banjir bandang di Paya Tumpi, namun telah merendam puluhan rumah, serta mengakibatkan masyarakat mengalami kergian harta benda.

Selain di Aceh Tengah, adik yang lahir dari Rahim Kabupaten Gayo Lut ini juga terjadi longsor dan banjir bandang. Kecamatan Mesidah, dan Permata, dan beberapa kawasan lainya di  Bener Meriah, menjadi ajang amukan air yang melarikan bongkahan batu, lumpur dan kayu.

Selaian menyapu perkampungan dan sejumlah lahan pertanian serta perkebunan, amukan banjir di Bener Meriah juga menghantam 2 jembatan. Ke dua  sarana transportasi itu putus, diantaranya Jembatan Kala Tenang, yang menghubungkan kawasan  Pantan Tengah, desa Peking. Jembatan Bakongan, desa Timur Jaya.

Amukan alam ini telah membuat masyarakat harus mengungsi menyelamatkan diri. Walau belum ada yang pasti tentang adanya korban jiwa dari amukan banjir bandang (Aceh Tengah dan Bener Meriah), namun telah membuat warga panik dan mengalami kerugian harta benda

Dari data BPBA hingga pukul 23.49 WIB tadi malam, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melaporkan bencana banjir di Aceh Tengah telah menyebabkan 31 unit rumah warga rusak berat, 26 rusak ringan, dan  perkebunan warga terendam air.

“Kerugian lainnya 3 unit mobil rusak berat, 1 unit sepeda motor rusak berat,” sebut BPBA Aceh dalam keterangan tertulisnya melalui grup whatsapp Media Center BPBA, Kamis, (14/5/2020) pukul 00.21 WIB.

Selain itu, banjir bandang yang disebabkan tingginya intensitas hujan  telah mengakibatkan 5 warga terluka, masing-masing 4 warga Desa Paya Tumbi Baru terluka, dan 1 orang warga Desa Paya Tumbi Induk.

10 KK (33 jiwa) mengungsi di SDN 3 Kebayakan (SD Paya Tumpi) dan 15 KK (56 Jiwa) lainnya mengungsi ke rumah keluarga.

Bupati Bener Meriah Tgk Syarkawi yang meninjau lokasi musibah, telah meminta jajaran yang menangani persoalan bencana untuk menyiapkan dapur umum memberikan bantuan masa panik kepada para korban.

Demikian dengan Aceh Tengah, menurut Shabela Abubakar, untuk musibah banjir bandang di Paya Tumpi, selain diberikan bantuan masa panik, mendirikan dapur umum, juga mendirikan posko di SD Paya Tumpi.

Hingga berita ini diturunkan, aliran air di kawasan banjir bandang ini masih turun menuju dataran rendah. Untuk kawasan jalan Paya Tumpi, sudah dilakukan penutupan. Arus transportasi dari dan Ke Bener Meriah menuju Biruen dari ruas jalan ini ditutup.

Pemda Aceh Tengah sudah menurunkan satu SKK (TNI- Polri- Brimob dan BPBD) untuk membantu membersihkan matrial di lokasi dan mengamankan ruas jalan amukan banjir bandang ini, membantu masyarakat yang terkena musibah.

Guyuran hujan yang melanda Aceh selama sepekan ini, bukan hanya mengakibatkan kawasan pesisir Aceh terendam banjir. Namun kawasan pegunungan juga terkena amukan banjir dan longsor.

Saat negeri ini sedang didahapkan dengan serangan wabah corona, Tuhan kembali menguji ketangguhan manusia ketika musibah alam lainya melanda. Musibah diantara musibah. Tanya pada diri kita ada apa dan mengapa? (Bahtiar Gayo/Dialeksis.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.