Jakarta | Lintasgayo.com – Tiga hari yang lalu (17 Agustus 2022), bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya yang ke-77. Kemerdekaan tersebut tidak terlepas dari perjuangan para pejuang yang maju ke medan perang melawan penjajah dan peran seluruh rakyat Indonesia. Karenanya, Pusat Kajian Kebudayaan Gayo kembali menggelar Bincang Sejarah terkait peran serta orang Gayo dalam perjuangan kemerdekaan RI melawan penjajah.
“Ini bincang ke-27, jalan lima bulan. Perbincangan ke-3 membahas keikutsertaan orang Gayo dalam perjuangan melawan kolonial dan mempertahankan Indonesia. Momentum kemerdekaan ini, fokus perbincangan kita ke perjuangan pejuang-pejuang kita tadi,” kata Yusradi Usman al-Gayoni, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Sabtu (20/8/2022)
Diungkapkan Yusradi, banyak pejuang-pejuang dari Gayo yang terlibat melawan kolonial Belanda dan Jepang. Mulai di Gayo, pesisir Aceh, sampai daerah lainnya di Sumatera, seperti Karo, Tebing Tinggi, Simalungun, Medan, dan daerah lainnya. Bahkan, ada yang sampai Jawa. “Sebelum Belanda menaklukkan Indonesia di mana Gayo benteng pertahanan terakhirnya (1904), tahun 1830-1880, orang Gayo juga sudah membekali Kerajaan Raya di Simalungun, Sumatera Utara dengan silat, beladiri, pertahanan, militer, dan ikut berperang melawan Belanda pada masa itu,” bebernya.
Ada sejumlah nama besar pejuang dari Gayo, sambung Yusradi, seperti Kolonel Muhammad Din, Aman Jata, Said Abdullah Aman Nyerang, Tengku Ilyas Leube, Abu Bakar Aman Dimot, Onot Pejebe, Wali Tengku Tapa, Abu Bakar, Inen Mayak Teri, Muhammad Hasan Gayo, dan masih banyak lagi. Belum lagi, peran Radio Rimba Raya sebagai penyuara Indonesia masih ada pada saat Agresi Militer Belanda II.
“Kita bincangkan Aman Nyerang terlebih dahulu, yang insyaAllah dinarasumberi akademisi/sejarawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Johan Wahyudi, dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah/Dinas Sosial, mewakili keluarga Aman Nyerang, Serta Lia dan pemerhati sejarah Gayo/Sanggar Kute Dance, Peteriana Kobat,” kata Yusradi.
Harapannya, ke depan, pejuang-pejuang dari Gayo yang memenuhi persyaratan diusulkan sebagai calon pahlawan nasional. “Sampai sekarang, dari delapan Pahlawan Nasional dari Aceh (Teuku Muhammad Hasan, Teuku Nyak Arif, Cut Nyak Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Teungku Chik Ditiro, Sultan Iskandar Muda, dan Laksamana Malahayati) yang sudah ditetapkan Pemerintah Pusat, belum ada satu pun dari wilayah tengah Aceh, Dataran Tinggi Gayo. Padahal, orang Gayo juga ikut berjuang melawan kolonial dan mempertahankan Republik Indonesia. Bahkan, dimensi perjuangannya luas, tidak sebatas di Gayo dan di pesisir Aceh, tapi sampai ke luar daerah Aceh, sangat heroik, dan cukup merepotkan Belanda,” tegas Yusradi.
Bincang Aman Nyerang (Salah Satu Pejuang Gayo Melawan Kolonial Belanda, 1902-1922) akan diadakan secara daring melalui platform Zoom Meeting, pada Senin malam (22/8/2022), mulai pukul 19:30-21:00 WIB, dan bisa diikuti melalui tautan Zoom Meeting https://us02web.zoom.us/j/82096374679?pwd=RERHS3BXOS9MNi93WlZQTGVBUEFuUT09, Meeting ID: 820 9637 4679, Passcode: 061617 (*)
Fazri Gayo
Comments are closed.