Takengen | Lintas Gayo– Badan Arkeologi (Balar) Medan yang melakukan penelitian sejak 2009 di Gayo Lut, kembali melakukan ekskavasi (penggalian) lanjutan di Loyang Mendale, Kec. Kebayakan, Aceh Tengah pada 2016.
Dalam penelitian pra sejarah kali ini, tim Balar Medan berupaya mengembangkan data atas temuan ekskavasi sebelumnya. Satu diantaranya, tentang temuan tembikar black ware berusia 4.000 tahun lalu di Gayo. Usia temuan ini lebih tua dari temuan budaya tembikar di India dan Taiwan.
“Secara konteks arkeologis, temuan tembikar berusia 4.000 tahun lalu di Ceruk Mendale bisa dipridiksi cikal bakal lahirnya budaya Ras Austronesia berupa tembikar black ware. Tembikar tersebut hingga kini masih bertahan sebagai warisan budaya nenek moyang etnis India dan Taiwan,” kata Ketut Wiradnyana, Ketua Balar Medan menjawab Waspada, Rabu (1/6) di Takengen.
Artinya lanjut arkeologis penyandang gelar doktor (DR) ini, dari segi sejarah peradaban manusia, bisa dimungkinkan ada keterkaitan budaya Gayo dan India maupun Taiwan. Apakah temuan berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa budaya dan manusianya juga berasal dari Gayo? Masih dibutuhkan penelitian lanjutan dan kajian mendalam.
Menurutnya, menguatkan pridiksi bahwa ras Austronesia asal Gayo berikut budayanya hingga menyebar ke daerah luar, khususnya India dimungkinkan menggunakan jalur migrasi laut menggunakan alat sederhana pada zamannya.
Lain itu dalam penelitian lanjutan Balar Medan di Gayo, Aceh Tengah, sedang dilakukan pengembangan data, tentang rangkaian situs Loyang Mendale. Melacak aktifitas masyarakat masa lalu dengan jarak 0,5 kilometer arah barat dan timur dari pusat ekskavasi sebelumnya.
“Ada temuan tambahan yang menarik kami himpun. Selain pada ekskavasi sebelumnya telah ditemukan kerangka manusia dari ras Australomelanasoid (8.500), gerabah, tulang hewan, juga kini ada temuan baru berupa; mata panah dari batu, tembikar dan sisa tulang hewan merupakan sisa bahan kosumsi manusia purba masa itu,” ungkapnya.
Data penting lain berhasil diungkap di situs Ceruk Mendale yakni; ditemukannya areal hunian manusia pra sejarah berikut areal penguburan di sekitar Ceruk Mendale. Kemudian, ada temuan pecahan tulang bercat merah (hematik) berasal dari bebatuan berwarna berbahan lunak.
“Pecahan tulang berwarna tersebut banyak ditemukan pada situs Hoabin (zaman lebih tua dari ras Austronesia). Dimungkinkan zat warna merah yang dibalurkan pada kerangka manusia pada masa itu merupakan bagian dari religi yaitu kepercayaan orang mati yang akan dilahirkan kembali.”
“Bentuk religi seperti itu sebelumnya pernah ditemukan pada temuan kerangka manusia purba di Loyang Ujung Karang. Bedanya di areal tersebut bentuk penguburannya dengan cara kaki berlipat ke belakang serta tengkorak dada tertimpa bongkahan batu,” tukas Ketut Wiradnyana. (cb09/ Waspada).