Berhasil melintasi kawasan longsor, membuat kaum hawa ini lega, namun masih “jantungan”, saat menyaksikan para “pria perkasa” harus mendorong mobil dalam lumpur. Berulang kali mobil didorong. Lewat sedikit, kemudian nyangkut lagi. Dorong lagi, sampai mobil ahirnya bebas dari sekapan lumpur.
Ternyata yang membutuhkan bantuan medis bukan hanya di satu titik, banyak daerah yang tertimpa musibah banjir dan longsor. Saat tim medis berjuang di kawaan Iasq- Jagong, bantuan datang.
Ada sepeda motor yang melangsir tenaga medis ini. Karena dengan mobil medanya berat. Namun tim medis kembali dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa. Jembatan Bur Peregen hilang tanpa bekas. Sementara di Peregen sudah 3 rumah yang amblas dihajar longsor, walau tidak ada korban jiwa, tim medis bisa merasakan bagaimana tegangnya masyarakat menghadapi cobaan itu.
Jembatan tidak ada, sudah hilang tanpa bekas. Bagaimana mau ke seberang ke Bur Pereben? Tidak ada pilihan, harus menuruni jurang yang dalam dan melintasi kawasan berlumpur dan siraman air dari atas. Tanah di atas jurang ini juga tetap turun dibawa air.
Menegangkan memang, sebutnya. Namun tidak ada pilihan lain, masyarakat membutuhkan obat-obatan. Tim sepakat, tantangan itu harus dilalui. Obat-obatan dan peralatan medis harus dibawa, ada yang memikul di pundak dan dikepala. Kaum pria melindungi wanita dan berjaga-jaga bila ada longsor yang turun.
Satu persatu berhasil melalui jalan pendakian yang berlumpur ini, dimana peganganya hanya ada kayu kecil yang diikat. Kayu ini saat dipegang berayun ayun, karena tiang yang ditancap ketanah tempat kayu ini diikat, juga berayun- ayun.
Adrenalin dipacu. Namun kami semua bersyukur, ketika melintasinya. Rasa tegang kami perlahan-lahan hilang dan bercampur haru ketika bertemu dengan masyarakat yang menunggu kehadiran kami,sebut Nurhayati.
Sambil melepaskan lelah, dengan kondisi tubuh yang masih berlumpur, kami langsung mengobati masyarakat yang butuh bantuan. Demikian dengan Muspika Kecamatan Linge, juga memberikan arahan kepada masyarakat bagaimana mengantisipasi musibah. Tidak panik dan saling bahu membahu mengatasi keadaan.
Bur Pereben, berhasil dijenguk dan masyarakatnya diberikan pengobatan. Namun bagi tim bukan hanya tantangan saat akan pulang dari lokasi dalam kondisi hujan yang menjadi pemikiranya. Bagaimana dengan daerah lainya, saat negeri ini dikepung musibah.
Petugas kemanusian itu, termasuk semua petugas kemanusian di Aceh Tengah sudah sering melanglang buana dalam suka dan duka, demi membantu sesame yang membutuhkan pertolongan.
Medan yang berat, makan dengan makanan yang disiapkan tim, membutuhkan fisik dan keberanian, serta semangat pantang menyerah untuk membantu sesama, merupakan kunci kesuksesan mereka. Kekompakan tim telah mengukir sejarah, tantangan yang berat mampu diatasi asal dilakukan bersama dengan penuh keihlasan. (Fazri Gayo/Iqoni RS)
berita terkait : Menyabung Nyawa Demi Tugas Kemanusian (1)