Takengen | Info Lintas Gayo | Jum’at, 11 Februari 2011
Penerapan Peraturan Bupati (perbup) Aceh Tengah tentang kenaikan tarif Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tawar, Aceh Tengah, yang mencapai 400 persen yang diteken akhir Desember 2010 lalu ternyata membuat masyarakat pinggiran kota Danau Lut Tawar yang akan merayakan hari Jadi kotanya yang ke 434 tersebut benar-benar kecewa yang berujung unjuk rasa dengan turun ke jalan serta mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah, Jum’at (11/2).
Para pengunjuk rasa yang mengaku perwakilan 14 kampung tersebut mendesak tarif air yang sudah ditetapkan tersebut diturunkan karena dinilai sarat dengan kepentingan sepihak, tanpa ada koordinasi terlebih dahulu dengan masyarakat.
Telah beberapa kali kami sampaikan aspirasi tentang kenaikan tarif PDAM ke Dewan khususnya komisi C, namun hingga saat ini belum ada kejelasan. Apakah wajar tarif air naik, sedangkan pelayanan PDAM masih buruk, air masih tersendat-sendat. Harusnya PDAM harus berbenah dulu, bukan malah menaikan tarif air,” ujar koordinator demo Iwan Bahagia.
Menurut pengunjuk rasa melalui Iwan Bahagia, selain tarif naik, pihak PDAM juga mengutip denda kepada pelanggan jika telambat membayar.
“Tingkatkan pelayan baru urus soal kenaikan tariff. Belum lagi anggaran yang dikucurkan daerah kepada PDAM sudah banyak, tetapi tetap saja kinerja mereka belum efektif,” timpal Iwan seraya menyayangkan sikap DPRK Aceh Tengah yang menyetujui keluarnya Peraturan Bupati tentang kenaikan tarif air.
Saat para pendemo diminta masuk ke gedung dewan, salah seorang oknum dewan secara spontan melontarkan perkataan bahwa meteran PDAM yang dibagikan secara gratis kepada pelanggan. Spontan juga pendemo membantah pernyataan tersebut. “Pak, kami bayar antara Rp 50 – 100 ribu. Masyarakat menduga kemungkinan besar pihak PDAM telah memungut liar. Jika ini terbukti benar maka harus di tindak tegas,” kata salah seorang warga.
Salah seorang Wakil Ketua DPRK Taqwa didamping Hamdan yang berjumpa dengan para pengunjuk rasa tersebut menyatakan, menampung semua asprasi masyarakat tersebut. “Kami akan segera meninjau ulang dan akan mengirim surat ke bupati serta Dirut PDAM pada hari senin mendatang. “Kami sendiri sebagai anggota lembaga terhormat ini merasa kecewa dengan naiknya tarif PDAM yang mencapai 400 persen itu, ujar Taqwa.(nj)
Gerele Menye abang Marah H..
Cumen Deledinge Pirak Ken PDAMni, nge M M M M le bilangen ne abangku…
ken lemu ketapang pe nge poloh miliare. wehe gerewe sawah tapi tarip renye mutamah Kune Keta oya abang???,
NETAHKE PAKE NI ???
oyale buet ni PEMKAB kite ni..
kune cara e, kite i pinggirni lut tawar masak krisis wih….kin masyarakatni pe le menye pedi gre mu inisiatif pora pe, ke ikuruk sumur bor keta, hana kati wih niri orom wih njerangtepe turah pemerintah nuruse…kandungen air tanah i sekeliling lut tawara lebih ari cukup kin sumur bor, jep umahpe nguk nos sumur bor….nti menyetu urangku.
TURUNKAN NANAS…
AGAR AIR JUGA TURUN…
JANGAN TUNTUT AIRNYA TURUN…
KUNE KEN IBU NI.
Kuuuurrr semangat ni tanoh Gayo, air paret tanpa dimasak boleh diminum itu gayo, tapi kenapa sekarang tanoh tembuningku gerietni mungenal wih !!!!!!