Takengon | Lintas Gayo : Untuk mensosialisasikan eksistensi sejarah perjuangan Radio Rimba Raya (RRR), sebuah film karya Ikmal Gopi yang sukses sebagai nominator di Festival Film Indonesia (FFI) 2010 mulai diputarkan secara bergerilya di Tanoh Gayo, demikian pernyataan Ikmal Gopi kepada Lintas Gayo, Kamis (3/3) di Takengon.
Setelah pemutaran perdana film dokumenter tersebut di Wapres Cafe Takengon, 1 Maret 2011 lalu, besok, Jum’at (4/3), dalam rangkaian gerilya, film tersebut diminta oleh pihak Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Takengon diputarkan disekolah mereka.
Menurut salah seorang guru pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang tidak ingin disebut namanya, Kamis (3/3), anggota Osis SMAN 1 Takengon sangat antusias ingin menonton film sejarah perjuangan rakyat Indonesia yang melibatkan Tanoh Gayo tersebut.
“Sudah lama kita dengar cerita perjuangan Radio Rimba Raya, tapi bagaimana cerita persisnya, kami belum belum pernah tau,” ujar guru tersebut.
Selain itu, pengakuannya, mudah-mudahan dengan pemutaran film tersebut dapat mendukung upaya agar sejarah Radio Rimba Raya dapat dimasukkan dalam kurikulum pelajaran sejarah perjuangan Indonesia.
Sementara sang Sutradara film tersebut, Ikmal Gopi menyatakan kegembiraannya atas inisiatif dari para siswa dan guru SMAN 1 Takengon tersebut. ‘Salut saya kepada sekolah ini, ternyata punya respon yang cukup tinggi untuk lebih mendalami sejarah perjuangan kemerdekaan RI, khususnya yang terjadi di Tanoh Gayo,” ujar Ikmal.
Dikatakan Ikmal, dirinya juga mengaku terkejut, dan tak menyangka akhirnya mensosialisasikan sejarah Radio Rimba Raya harus dengan cara layaknya gerilya seperti yang dilakukan para pejuang kemerdekaan Indonesia dulu.
“Saya jadi malu sendiri, khayalan saya film ini akan diputarkan untuk perdana bersama petinggi-petinggi Gayo bersama-sama pihak-pihak terkait beserta masyarakat. Pikiran saya, dengan mereka-mereka didepan tentu upaya kampanye atau pengenalan sejarah ini akan lebih efektif dan efisien,” ungkap Ikmal seraya menyatakan sejumlah warga kampung di Aceh Tengah sudah meminta film tersebut diputar ditempat mereka seperti di kampung Kenawat Lut.
Sementara dari informasi yang diterima LG dari Yusra Amri Daud yang menjadi Panitia Pelaksana pemutaran perdana yang seyogyanya di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon pada 1 Maret 2011 lalu, menyatakan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah sudah mendisposisi biaya pemutaran film tersebut senilai Rp.3 juta. (aza)