Ervan Ceh Kul, Nakhoda Handal Memajukan Seni Gayo

FESTIVAL Musik Bambu “Inilah Gayo 3” gagasan Komunitas Budaya Lintas Gayo di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon, Aceh Tengah 17 November 2012 lalu menjadikan sebuah catatan kecil bagi saya  yang sengaja datang dari Banda Aceh untuk menyaksikan acara tersebut.

Banyak hal yang diperoleh, salahsatunya gagasan itu bagus untuk dicontoh daerah lain di Gayo dalam menggali dan memajukan seni budaya daerah.

Sejak dimulainya acara sudah membuat saya terkesan, tepat setelah seluruh para undangan dan masyarakat yang hadir pada malam itu diwajibkan berdiri dan menyanyikan lagu daerah kebanggaan mereka ciptaan seniman legendaris Aceh Tengah, Ar Mouse.

Seluruh hadirin menyanyikan lagu yang berjudul Tawar Sedenge itu dengan serentak. Sekilas saya berfikir, jarang ada daerah yang mempunyai lagu wajib seperti ini.

Acarapun dimulai, tiupan suling yang membahana menjadikanku tersenyum bangga sendiri selaku putra Gayo mendengar merdunya tiupan suling dari seniman-seniman malam itu. Terlebih saat ketika Kadisbudparpora Aceh Tengah, Drs. Ishak disusul Pj Bupati Aceh Tengah, Mohd. Tanwier memuji salah satu peserta lomba suling yang berasal dari Gayo Lues, tanah kelahiranku. Ya, saya patut bangga, karena hanya dia satu-satunya peserta yang wanita, dan datang jauh-jauh dari Gayo Lues menggunakan sepeda motor miliknya.

Semakin malam penampilan yang dipertontonkan oleh seniman-seniman muda malam itu semakin seru, seperti penampilan musik dengan menggunakan alat musik khas Gayo yang berasal dari bambu yakni teganing. Jujur baru malam itu saya dapat melihat dan memainkan langsung alat musik tradisional tersebut.

Walaupun malam itu diguyur hujan, tak terlihat gelagat penonton untuk urung menyaksikan acara malam itu, begitu juga saya. Akhirnya, acara terakhir yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak muda Takengon malam itu dimulai, yakni penampilan musisi muda yang saat ini banyak dikenal disemua kalangan, Ervan Ceh Kul.

Lagu demi lagu dibawakan Ervan Ceh Kul membuat seluruh penonton bersorak dan secara serentak mengikuti alunan lagu yang dibawanya. Saya sendiri termasuk sangat terhibur dengan penampilan musisi muda itu, begitu juga dengan ribuan penonton yang hadir larut dalam alunan lagu Ervan.

Saya betul-betul terbius hingga lupa ada tugas lain yang saya minta sendiri dari panitia untuk mendokumentasikan acara tersebut dengan kamera DLSR Nikon D300 milik salah seorang rekan panitia.

Setelah acara berakhir, saya tidak langsung pulang ke Banda Aceh, jujur saya senang berada ditakengon, selain suasananya yang dingin, masyarakatnya juga peramah. Saya sangat bersyukur sekali, waktu itu saya banyak sekali mendapatkan teman baru.

Bercerita tentang Ervan, sedikit ingin saya tulis tentang profilnya, saya rasa ini perlu karena wilayah Gayo bagi saya masih jarang yang menulis tentang senimannya atau lebih tepatnya di wilayah Gayo, pengangkatan Tokoh masih kurang. Menurut saya, tanpa seniman Gayo tidak akan dikenal seperti sekarang. Seperti yang pernah saya tulis di Lintas Gayo sebelumnya.

Saat ini, khususnya masyarakat Gayo dimanapun itu mungkin sudah banyak yang mengenal sosok pemuda ini. Musisi muda yang juga dikenal sejak kecil sudah berperan sebagai ceh didong di Aceh Tengah ini telah banyak menciptakan karya musik yang diminati orang banyak, bahkan bukan masyarakat Gayo saja, namun sampai masyarakat luar di pulau Sumatra ini.

Dialah Ervan Yoga, atau lebih dikenal dengan sebutan Ervan Ceh Kul, seniman kelahiran 11 April 1988 ini memang lahir dan tumbuh dilingkungan keluarga yang kental dengan jiwa seni. Bapaknya Abadi Ayus adalah salah satu seniman senior di Gayo, begitu juga dengan kakeknya Alm. M.Thaib atau lebih dikenal dengan (M.Des Lakiki) adalah salah satu seniman Legendaris Gayo asal Aceh Tengah yang yang tercatat sebagai pendiri Group Didong Lakiki Kampung Kute Lintang yang berjaya di era pasca penjajahan Belanda dan Group tersebut termasuk group perintis lahirnya kesenian Didong Lut di dataran tinggi tanoh Gayo.

Sejak kecil, Ervan dikenal sebagai anak yang sangat berbakat dalam bidang seni. Hal itu terbukti ketika saya melihat puluhan pengahargaan dan koleksi piala dirumahnya, mulai dari lomba menyanyi, bahkan pernah terpilih menjadi pemain gitaris terbaik di Aceh Tengah. Dan Ervan mengaku, piala yang dia raih tersebut sudah dia dapatkan sejak dia duduk di bangku SD.

Bukan hanya dalam menyanyi dan bermain musik, Ervan juga dikenal sangat ahli dalam bidang errenger. Maka tidak heran,musik ciptaanya yang dominan bertema tentang alam dan sosial banyak menjadi inspirasi bagi band anak-anak remaja Gayo saat ini.

Saat dirinya ikut bergabung bersama band ethnic Zombeeethnica yang dikenal exprimental, bakat Ervan semakin terlihat dengan karya-karya lagu ciptaannya bersama teman-temannya di band tersebut.

Sebenarnya lagu yang berbahasa Gayo, Aceh, Inggris, dan Indonesia karya Ervan bersama teman-temannya sudah dikenal sejak tahun 2006 silam, khususnya lagu yang berjudul Muniru. Bukan hanya orang Gayo Saja, tapi masyarakat diluar daerah Gayo seperti di Aceh, Riau, dan Jawa sudah mengenal lagu tersebut.

Tidak heran, dia bersama teman-temannya di Zombeethnica pernah dinobatkan menjadi band terbaik di Riau pada tahun 2009 silam. Namun karena saat itu mereka hanya mengeluarkan mini album tanpa video, jadi orang khususnya di Aceh hanya mengenal nama bandnya saja tanpa mengenal wajah personilnya.

Nama Ervan semakin melejit ketika dirinya mengeluarkan album solo perdananya pada awal tahun 2012 lalu. Album berjudul Muniru tersebut berisikan 10 buah lagu yang sebagian hasil aransemen lirik ciptaan kakeknya dan sejumlah seniman legendaris Gayo lainnya. Album tersebut juga didukung dengan full video dan menurut penilaian saya, video yang diatur sendiri oleh Ervan bersama Ozi Opc tersebut bisa dikatakan salah satu album dengan video kualitas terbaik dalam sejarah dunia klip video musik di dataran tinggi tanah Gayo. Hal tersebut terbukti dengan hasil penjualan yang dia raih yang dalam beberapa bulan albumnya sudah terjual lebih dari 2000 keping VCD.

Walau lagu dan suaranya yang khas banyak diminati oleh orang banyak, namun hal tersebut tidak merubah sifat Ervan dalam bergaul. Mulai dari anak-anak, dewasa, bahkan orang tua mengaku dekat dengan Ervan. Ervan mengaku bersyukur, melalui seni yang dia tempuh kini temannya semakin banyak. Hingga kini, mahasiswa asal Gayo yang berada di bagian Jawa juga kerap mengundangnya dalam mengisi berbagai acara.

Satu hal lagi yang membuat saya kagum adalah kemanapun dia pergi ciri khas Gayo yang menjadi kebanggaannya selalu dia perkenalkan ke semua orang banyak. Dia mengaku, setiap diundang untuk mengisi acara, Ervan selalu memakai pakaian kerawang yang menjadi pakaian khas Gayo. Ervan mengaku, dia bercita-cita bisa memperkenalkan Gayo kepada dunia dengan bidang seni dan musik yang dia geluti sejak kecil.

Setiap saya dan teman-teman yang lain berkunjung ke Bebesen, Aceh Tengah tempat kediamannya, Ervan selalu mengundang kami untuk singgah dan menikmati kopi Gayo di rumahnya. Dalam kesempatan itu Ervan tidak pernah sungkan-sungkan untuk membagi pengalamannya dan juga berbagi ilmu tentang musik yang dia miliki.

Ervan juga tidak pernah ragu-ragu untuk menunjukkan ratusan lagu karyanya. Saya sempat kaget, karena kebanyakan lagu yang dia ciptakan itu menurut saya rata-rata saya berkualitas. Bahkan saya sendiri yakin, orang lain juga akan menyukai lagu tersebut. Ditanya kenapa lagu tersebut tidak diperkenalkan, Ervan mengaku untuk mengeluarkan album memakan banyak biaya, jadi Ervan harus bersabar memperkenalkan lagunya tersebut kepada orang banyak.

Untuk Gayo tidak boleh main-main, harus serius, dan karya yang kita ciptakan semua harus dengan hati bukan semata-mata hanya karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi”. Sepenggal kalimat yang sering dia tegaskan kepada kami dan mungkin orang lain saat bercerita dengannya.

Begitulah sedikit pengetahuan saya tentang Ervan, saya menganggap Ervan adalah nakhoda handal yang dimiliki masyarakat Gayo saat ini dan masa datang dalam bersaing dengan wilayah lain dalam bidang seni, khususnya musik. Jadi, potensi yang dimiliki Ervan harus didukung oleh semua pihak, sehingga seniman-seniman muda yang berbakat seperti Ervan bisa lebih terbantu dalam berkarya. (Supri Ariu)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.