Mendag Minta Maaf Tak Mampu Stabilkan Harga

Mendag, Gita Wirjawan. (ist)
Mendag, Gita Wirjawan. (ist)

Banda Aceh|Lintas Gayo– Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan, mengatakan, kenaikan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok belakangan ini, selain dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga bersamaan masuknya bulan Ramadhan, kondisi ini jelas meresahkan masyarakat. Karena itu, dia meminta maaf karena pemerintah tidak bisa menjaga stabilitas harga.

“Pemerintah terus berupaya meningkatkan pasokan produk tertentu, seperti daging sapi dan cabai. Karena menjaga stabilitas harga itu penting. Namun, pengusaha, petani dan peternak juga harus diberi fasilitas sehingga para produsen dalam negeri dapat bersaing dengan produsen negara lain,” kata Gita dalam kunjungannya ke Banda Aceh untuk meresmikan Pasar Aceh, Selasa (16/7).

Pada kesempatan itu Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, melaporkan kepada Mendag bahwa ketersediaan bahan pangan di Aceh untuk beberapa bulan ke depan sudah teratasi dengan baik. Kondisi seperti ini sudah berjalan di Aceh sejak tiga tahun terakhir.

“Itu sebabnya tingkat inflasi di Aceh sejak tahun 2009 relatif kecil,” kata pria yang kerap disapa Mualem. Pada tahun lalu, jelas Mualem, inflasi di Aceh rerata berkisar 0,22%. Menurutnya, ini merupakan tingkat inflasi yang jauh di bawah angka nasional. Pencapaian ini terjadi karena kecukupan pasokan bahan pangan dan stabilnya permintaan dan konsumsi saat Ramadhan dan Idul Fitri.

Tetapi pada tahun ini, mungkin kondisinya akan berbeda. Karena berbagai  kebijakan pemerintah seperti pembatasan impor produk hortikultura dan kenaikan harga BBM, berpotensi  membuat tekanan inflasi  di Aceh agak menguat.

Kondisi ini diperburuk dengan bencana yang terjadi di wilayah Aceh bagian tengah. “Insya Allah bisa kami  atasi dengan mengoptimalkan fungsi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang telah bekerja sejak beberapa bulan lalu. Kalaupun ada kenaikan harga bahan makanan belakangan ini, semuanya masih sebatas hal yang wajar,” katanya.

Namun pada sisi lain, yang perlu mendapat perhatian semua pihak adalah pasokan gula pasir yang kian menipis. Saat ini harga gula pasir di Aceh mencapai Rp 13.000/kg. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Mualem mengharapkan menteri berkenan merealisasikan kuota impor gula untuk Aceh, sesuai dengan surat yang sudah beberapa kali dilayangkan Gubernur Aceh.

“Yang terakhir kami layangkan tanggal 2 Juli, tentang persetujuan impor gula untuk Aceh. Hal ini penting, mengingat kebutuhan gula semakin meningkat di Aceh, terutama dalam Ramadhan dan menyambut Hari Raya Idul Fitri,” ujarnya.

Bersamaan dengan itu, Pemerintah Aceh juga meminta Mendag berkenan merevisi  Permendag Nomor 83/M-DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu, sehingga Aceh bisa mengoptimalkan Pelabuhan Krueng  Geukueh di Aceh Utara.

“Permintaan ini kami ajukan berdasarkan hasil analisis terhadap pasar dan kebutuhan masyarakat selama dua bulan terakhir. Apakah permohonan kami ini diterima, tentu kami serahkan kepada Bapak Menteri. Kami percaya pemerintah akan memberikan keputusan yang terbaik bagi Aceh,” kata Mualem. (medanbisnis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments