Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Indonesia bangsa yang besar dan bangsa yang kaya raya, dengan bergabagai macam hasil kekayaan alam semestinya rakyat Indonesia telah berada dalam jalur kesejahteraan dan tidak ada lagi kemiskinan yang dihadapi rakyat Indonesia. Namun apalah daya, fakta mengatakan bahwa rakyat Indonesia masih banyak berada dalam belenggu kemiskinan dan kontras sekali jika kita lihat pemimpin di Indonesia ini mulai dari pejabat tingkat daerah hingga tingkat nasional menikmati kekayaan mereka dengan mobil mewah dan rumah mewah disaat rakyatnya masih menangis dalam kemiskinan.
Kenapa bisa ini terjadi, salah satu yang membuat rakyat miskin adalah kemiskinan secara struktural (kemiskinan disebabkan oleh pemerintah, Pemerintah kurang perhatian terhadap rakyat). Dan disebabkan oleh pejabat yang tamak nan rakus terhadap harta yang tidak malu mengambil uang rakyat sehingga dia menikmati uang rakyat itulah tingkah laku para pejabat sekarang penyakit yang paling akut di negeri ini yaitu korupsi.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menilai pemimpin negara yang dapat hidup bermewah-mewah ketika rakyatnya sedang menderita sama saja dengan “pembunuh berdarah dingin”. Disampaikan pada pada Seminar Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang di Jakarta, Selasa (26/11), mengatakan pemimpin hanya wajar hidup mewah jika rakyatnya telah hidup sejahtera. “Jika ada penguasa yang bermewah-mewahan ketika rakyatnya menderita, itu sama saja dia pembunuh berdarah dingin,” ujarnya.
Dalam diskusi yang sama, Mantan Ketua Konstitusi (MK) Mahfud MD, mengatakan penegakan hukum telah gagal, termasuk juga dalam pemberantasan korupsi. Korupsi, kata Mahfud, sudah sangat menjalar ke semua aspek penegak hukum, termasuk lembaga penegak hukum, seperti polisi dan juga hakim. Merdeka.com
Tiada yang membantah, kekayaan alam Indonesia sungguh luar biasa. Hasil laut yang melimpah dan tidak kalah sengitnya hasil bumi dari tanah Indonesia yang subur ini dapat menghasilkan berbagai macam tanaman. Salah satunya adalah kopi, kopi merupakan komoditas perdagangan dunia dan kopi merupakan komoditas kedua paling banyak diperdagangkan setelah minyak dan masih banyak lain hasil bumi dari tanah Indonesia ini namun siapakah yang menikmati hasil kekayaan alam Indonesia ini yang ada hanyalah golongan-golongan elit (Pembunuh Berdarah Dingin) yang kerap sekali mempersulit para petani.
Para pembunuh berdarah dingin ini lihai dalam mempermainkan segala urusan apalagi jika menyangkut masalah proyek mengeluarkan dana dengan angka yang sungguh fantastis, mereka tidak ketinggalan dengan mengambil uang yang bukan haknya, mencuri dengan memakai dasi dengan alih-alih bahwa ini adalah hadiah atau apalah namanya tapi yang namanya kejahatan pasti akan terkuak suatu saat dan apabila orang-orang ini telah kedapatan dengan terlibat korupsi berdasi mereka se akan-akan tidak tahu apa yang mereka lakukan walhasil didepan sidang masih membela dengan tangisan air mata bahwa mereka berdalih tidak pernah melalukan tindakan pidana korupsi tetapi kejahatan tetaplah kalah dengan jalan yang benar dan bagi yang pembunuh berdarah dingin tersebut pasti satu tempat di jeruji besi atau lebih baik dihukum mati saja bagi yang koruptor. Sebagaimana Peribahasa Bahasa Indonesia mengatakan:
“Jerat tiada lupa akan pelanduk, tetapi pelanduk lupa akan jerat”
Artinya: Orang jahat pasti akan mendapat balasannya, tetapi sering sekali dia tidak menyadari kejahatan yang diperbuatnya.
Begitulah ulah pembunuh berdarah dingin ini yang menyebabkan rakyat Indonesia miskin, pembunuh-pembunuh tersebut masih banyak bergentayangan di kantor-kantor terhormat dan bernostalgia dengan harta yang melimpah melalui hasil uang korupsi. Semoga para pembunuh berdarah dingin ini diberikan Hidayah oleh Allah swt agar mereka-mereka sadar bahwa korupsi itu adalah perbuatan yang tercela.
*Penulis: Kompasianer dan Kolumnis LintasGayo.com