Peringati Tsunami, Warga Aceh Jakarta Gelar Pentas Seni

Perempuan Gayo, dalam lukisan karya pelukis senior asal kampung, Takengon, Permadi Lyosta.
Perempuan Gayo, dalam lukisan karya pelukis senior asal kampung, Takengon, Permadi Lyosta, dipamerkan di Jakarta.

Jakarta | Lintas Gayo  – Warga Aceh  di Jakarta, akan memeringati 9 tahun tsunami, dengan menggelar sejumlah apresiasi seni seperti pameran lukis, pembacaan puisi, dan panggung seni poros “Aceh Pesisir, Aceh Pegunungan, dan Aceh Kepulauan”.

“Acara itu rencananya berlangsung di Mess Aceh, Jalan RP Soeroso, Menteng, Jakarta, mulai 20 hingga 26 Desember 2013,” ujar Ir Badri Ismail, Kepala Kantor Perwakilan Aceh di Jakarta, seperti yang diberitakan serambinews Senin (23/12/2013).

Pameran lukis menampilkan lebih dari 20 lukisan karya tiga pelukis asal Aceh, Permadi Lyosta, Kassah Hakim atau Mansyur Nur Hakim, Wahyo Oe, dan dua pelukis asal Lampung, Mas Padhik, dan Sukriyal Sadin.

Musisi asal Simeulue, Yopppi Smong akan menampilkan karya musik bertema smong (tsunami) yang dipadukan dengan musik dari dataran tinggi dan musik Aceh Pesisir.

Rekaman puisi “Nyeri Aceh” karya penyair Fikar W Eda, diputar selama sepekan di Mess Aceh, bersama-sama dengan rekaman lagu-lagu Aceh. Badri Ismail mengatakan, peringatan 9 tahun tsunami ini juga diisi dengan zikir dan refleksi yang dilaksanakan pada 26 Desember.

Mantan aktivis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pernah “bergerilya” di belantara Jakarta, dan kini tercatat sebagai anggota DPR Aceh dari Partai Aceh (PA), Mansyur Nur Hakim, juga memamerkan empat karya lukisnya. Di Jakarta, ia dikenal sebagai pelukis bergaya kontemporer. Beberapa karyanya bahkan dikoleksi Duta Besar Francis dan Museum Unilever Inggris.

“Meski sebagai anggota DPRA, saya tetap meluangkan waktu untuk melukis. Kuas juga senjata,” kata Mansyur Hakim yang duduk di Komisi A DPRA.

Pelukis lainnya, Permadi Lyosta, angkatan Affandi, lahir di Takengon 1925. Ia pernah dikirim oleh Presiden Soekarno ke Eropa Timur pada 1958-1966. Sejumlah pameran tingkat dunia dia ikuti. Karyanya menjadi koleksi Museum Salvador Dali, Madrid, Spanyol. Pelukis Aceh lainnya adalah Wahyu. Aktif melukis sejak di Aceh dan hijrah ke Jakarta tahun 1985. Tinggal di Bekasi, aktif berpameran di sejumlah kota besar di Indonesia. Memamerkan lukisan “Tsunami” dan “Baiturrahman.”

Pelukis Mas Padhik, yang sehari-hari mengkal di Taman Ismail Marzuki, menyertakan lukisan berjudul “Keumalahayati” laksamana perempuan pertama di dunia.

Sedangkan pentas puisi diisi oleh penyair Aceh Mustafa Ismail, LK Ara, Hanna Fransisca (anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta), Irmansyah, Doddi Ahmad Fawzi, Purnama K Ruslan dan sejumlah penyair Jakarta lainnya. Mereka juga akan mengekspresikan tsunami yang telah menjadi peristiwa besar abad ini dalam bentuk puisi. (serambi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.