Oleh: Sahabul Adri. AR*
Kampung Kebayakan, di Dataran Tinggi Tanoh Gayo, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan. Entah kenapa belakangan ini saya begitu merindukan tanoh Gayo. Rasa rindu yang semakin dalam, membuat bathin ini sesak, ingin rasanya “terbang”, meninggalkan kota Semarang untuk sejenak.
Ingin rasanya dipeluk kedua orang tua dan adik-adiku (Miradiansyah AR – Afrizal AR dan Yuliana Amara AR) yang telah lama tidak kulihat raut wajahnya. Meskipun sering memberi kabar lewat suara, tapi bagiku rasanya belumlah cukup. Suasana rumah, hiruk pikuk dan ceria dalam keluraga, semuanya terbayang di pelupuk mata. Kangen berantem sama adek, semuanya terpaksa di tahan di dada, apalagi ketika lidah ini terasa kelu, bagaikan sudah merasakan masam jeng dan cecah agur buatan ibu yang sudah melahirkanku, enaknya belum ada lawan di lidahku.
Di Tanoh Gayo saya tumbuh dan dibesarkan, karakterku dibentuk oleh keluarga, sekolah dan teman-teman. Yah….. meskipun ada yang sedikit tidak mengenakkan, tapi itulah aku yang telah membuat saya menjadi seperti dan sekuat ini. Sudah menjadi nasib anak perantau yang pasti merindukan kampung halamannya, apalagi meninggalkan orang-orang yang disayangi, semakin tidak karuan rasanya bila juah dari mereka.
Saya Tidak tahu sudah jadi apa teman-teman sebayaku saat ini? apakah masih ada yang bertahan di Takengen atau sudah pada pergi meningalkan Takengen. Semenjak saya meninggalkan Takengen, kabar teman-teman tidak lagi dikirim “angin”. Saya hanya bisa berharap dan berdoa, semoga mereka semua berhasil dalam menggapai cita-citanya. saya sendiri di perantauan masih mencoba menggali asa dan berjuang dalam menaklukan apa yang harus saya cari.
Dalam waktu dekat saya berharap bisa pulang ke Takengen, meski hanya sekejap saja. Saya ingin melepas penat dari kesibukan selama ini. Banyak tempat yang ingin saya kunjungi jika saya pulang nanti, melihat sawah, lagi musim apakah di sana?
Hutan apakah tambah hijau atau semakin habis, kebun kopi dan suasana peruweren. Tempat saya sekolah dulu seperti TK ABA, SD Negeri Inpres Nangka, dan MAN 1 Takengen. Sudah seperti apa keadaannya sekarang?
Selain itu saya juga ingin mengunjungi Gua Puteri Pukes, tempat saya bermain saat masih kecil. Ingin rasanya melihat wajah Cik Zulfan, penjaga Gua Putri Pukes , yang tetap setia dengan gua alam yang penuh legenda dan kisah ini. Banyak aktifitas yang ingin saya lakukan jika saya bisa pulang dalam waktu dekat ini.
Semoga Allah memberikan kesempatan, kesehatan dan kekuatan pada saya untuk merengkuk rindu pada tanah tembuni, pada desau pinus, pada orang tua, pada adik-adik, pada keluarga, pada kamu semuanya Gayoku! Dari jauh aku hanya mampu berbisik, Gayo aku rindu kamu, sekeping tanah surga yang diberikan Allah.
*Mahasiswa Gayo, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang.