Berbeda dengan model acara perpisahan dengan siswa yang telah menyelesaikan Ujian Nasional disekolah-sekolah lainnya, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Simpang Tiga Redelong Kabupaten Bener Meriah justru mengisi acara perpisahan dengan melakukan perjalanan ke Banda Aceh dengan tujuan utama mengunjungi universitas dan perguruan tinggi di ibukota Provinsi Aceh ini.
Minggu, 1 Mai 2011, puluhan siswa, guru serta sejumlah anggota keluarga MAN Simpang Tiga Redelong dengan sejumlah kenderaan tiba di Banda Aceh dan langsung dibawa berkeliling di Darussalam, lokasi kedua sarana pendidikan tinggi ternama di Aceh, Universitas Syiah Kuala dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry.
Dengan dipandu para guru yang pernah mengecap pendidikan di kedua Perguruan Tinggi tersebut, satu persatu bangunan-bangunan megah yang merupakan fakultas dan jurusan dari sejumlah disiplin ilmu dikenalkan kepada anggota rombongan.
Puas berkeliling di kota pelajar dan mahasiswa tersebut, rombongan kemudian menuju lokas kapal apung yang merupakan bukti besarnya tsunami yang menerjang Banda Aceh dan sekitarnya. Mengunjung pelabuhan Ulee Lheue dan berakhir dengan beristirahat serta melakukan sejumlah acara di pantai Lhok Nga.
Karena tujuan perpisahan yang diadakan bukan hanya sekedar bertamasya jelang perpisahan tetapi lebih kepada memunculkan semangat untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di luar Kota Takengon. Dipantai ini, para siswa diberi motivasi oleh para guru dan sejumlah tokoh yang ada di Banda Aceh.
Zaini Maktum, yang mewakili guru, panjang lebar membahas keinginan semua guru agar siswa yang lulus UN agar melanjutkan pendidikan yang PT. “Ilmu yang didapat di Madrasah belum cukup untuk menjadi bekal menghadapi tantangan zaman, sarana dan prasarana yang ada belum mampu mencerdaskan siswa untuk menghadapi kemajuan,” kata Zaini.
Sebenarnya, lanjut Zaini, para guru sangat berkeinginan melihat siswa-siswi duduk di Laboratorium bahasa atau IPA saat di Madrasah. Namun keinginan tersebut tidak bisa terpenuhi akibat sejumlah kendala seperti fasilitas.
Sesi selanjutnya, suasana mendadak diwarnai tangisan saat Syahmanar, S.Ag. selaku kepala MAN Simpang Tiga Redelong, memberi beberapa kalimat nasehat. “Tujuan perpisahan diadakan di Banda Aceh adalah untuk memberi kenangan kepada para siswa bahwa dari sinilah guru-guru anda tamat belajar. Kepada siswa kami harapkan setelah pulang hendaknya punya keinginan kembali lagi ke kota Banda ini untuk menambah ilmu,” kata Syahmanar sambil menitikkan airmata.
Diakhir acara, salah seorang tokoh Gayo yang kini mengajar di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Drs. Jamhuri, MA diminta memberi wejangan kepada sejumlah mantan siswa tersebut.
Dengan berbahasa Gayo, Jamhuri memulai kalimatnya dengan mengulang nasehat yang kerap diucapkan oleh orang-orang tua di Tanoh Gayo. “Win, ipak kenake ko enti ne namat jelbang lagu kami. Ipak kenake gelah kengon ko langso nemeng tas beluh ku kantor,” kata Jamhuri yang juga pengasuh sebuah acara di TV Aceh ini.
Dikatakan Jamhuri, kalimat tersebut adalah ucapan orang tua di Gayo yang telah bosan dengan kehidupannya sebagai petani yang nasibnya dari tahun ke tahun hampir tidak berubah. Karena itu, mereka tidak ingin anaknya hidup dalam kesusahan.
Ucapan tersebut mengharapkan kepada kita semua agar mencari ilmu untuk bekal masa depan lebih baik. “Kita yakin tidak ada orang tua di Gayo yang menghendaki anaknya menjadi orang tidak bersekolah tinggi-tinggi. Keinginan orang Gayo untuk pendidikan sangat tinggi walau miskin sekalipun. Malah terkadang hanya anak saja yang enggan berpendidikan tinggi karena kasihan melihat orangtuanya,”papar Jamhuri.
Diungkapkan Jamhuri, realita di Baner Meriah sekarang. Siapa yang memegang peranan ?. “Ketika tes PNS kemaren siapa yang banyak lulus, yang jelas bukan orang Bener Meriah. Untuk itu kalau kita ingin bangkit dan menjadi tuan di rumah sendiri harus melanjutkan pendidikan dan kalau perlu keluar dari Gayo, karena dengan melihat Bener Meriah dari luar kita akan terdorong untuk berbuat,” harap Jamhuri mengakhiri paparannya.
Hari menjelang maghrib, rombongan bergegas menuju Mesjid Raya Baiturrahman. Setelah shalat dan berdo’a diberi keberkahan perjalanan tersebut serta selamat kembali ke Tanoh Gayo, Bener Meriah. Raut wajah para siswa tampak menaruh harapan untuk kembali ke Banda Aceh mengikuti jejak guru-gurunya. Menimba ilmu beberapa tahun dan kembali mengabdi membangun Bener Meriah.(Jm/Windjanur)