Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*
Dalam politik kepentinganĀ maupun kekuasaan para elit politikĀ semakin sengit dalam memerankan roda pemerintahan, politik kepentingan dan kekuasaan itu mulaiĀ dari bupati, gubernur hingga presiden hanyalah memikirkan danĀ mementingkan kelompok mereka sendiri. Para rakyat hanyalah sebagai alat untuk mengantar para elit politikĀ tersebut untuk menggenggam kekuasaan, rakyat telah melakukanĀ dukungan serta para relawan maupunĀ tim suksesnyaĀ telah melakukanĀ berbagai macamĀ fitnah, tipu daya danĀ salingĀ menjelekkan antar lawan hingga kawanĀ danĀ sahabatpun menjadiĀ lawan sehingga terjadi keretakanĀ dalamĀ persaudaraan. Dalam sebuah kolom tulisanĀ dikoran waspada didalam catatanĀ budaya, bahwa penulis itu mengatakan:Ā ādalamĀ sistem demokrasi Indonesia yang sangat hipokrit saat ini, tak penting siapa telah berbuat apa, yang utama adalah siapaĀ bisaĀ menjilatĀ siapa.āĀ Rakyat yang telah berbuat banyak tapi yang menikmati hidangan kekuasaan ialahĀ siapa yang pintar dalam menjilat jabatanĀ danĀ kedudukan.
Katanya demokrasi, bahwa dalamĀ demokrasi itu rakyatlah yang berkuasa tapi dalam sejarah demokrasi Indonesia rakyat hanyalah sebagai penonton dan menunggu belas kasihan dari para elit politik untuk memerhatikan rakyatĀ kecil. Politik kekuasaan itu telah mematikanĀ inisiatif rakyat hingga melahirkan demokrasi terpimpinĀ di era Soekarno, otoritarianisme di era Soeharto dan Liberalisme di era SBY. Dalam ketiga masa itu sejarah telah membuktikanĀ bahwa rakyat hanyalah menjadi sekedar alat.
Politik yang tak bersih dan terkadang terjerumus dalam kepentinganĀ kelompok, penulis cenderungĀ melihat fenomena ini tak akanĀ memberikan ketenanganĀ dalamĀ berpolitik di Indonesia dan rakyatlah menjadi korban akibat ulah politisi yang terlalu pintar atau berpikiran ngawur tersebut. Penulis juga sedikit memberikan catatan terhadap nafsu politik ini:
Arah Nafsu Politik
Tak jelas lagi mana yang baik dan mana yang jahat
Mana yang berniat membangun danĀ mana yang berniat ingin menghancurkan
Propaganda-propaganda terus dimunculkan
Sehingga menimbulkanĀ fitnah antar anak bangsa
>>>Ā Ā Ā Ā Arah politik yang disandarkan pada hawa nafsu
Maka kebaikan dan keburukan akan bercampur-aduk
>>>
Tak jelasĀ lagi mana orang yang baikĀ dan mana orang yang jahat
Orang mana yang mempertahankan keutuhan bangsa dan orang mana yang mempertahankan jabatan
Tek jelas lagiĀ mana orang yang sholeh danĀ mana orang yangĀ salah
SemuaĀ telah terjerumus dalam lembah nafsu politik
>>>Ā Ā Ā Ā Nafsu politik satu muka duaĀ hati
Dua hati yang berbeda
>>>
Pendidikan politik yang baik telah mengarah pada kejahatanĀ terorganisir
EntahĀ sampai kapan
Orang-orang tersebut merendahkanĀ nafsunya
Sehingga arah politik menujuĀ keĀ arah yang lebih baik.
Politik kepentinganĀ dan kekuasaan tersebut hanyalah nafsu politik yangĀ berpusat diperut, salah satu kekuatan yang berpusat diperut ialah rakus. Nafsu-nafsu rakus itulah yang membuat para elit politik untuk menghalalkan segala cara untukĀ meraih kepentinganĀ tersebut.
Jika dalam demokrasi yang ada hanya kepentingan segelintir kelompok didalam politik maka kemerosotan demokrasi itu akan terjadi di Indonesia ini danĀ kemerosotan demokrasiĀ itu disebabkanĀ hanyalah elit-elit politik yang tidak memiliki integritas moral dan etika yang baik (degradasi moral) karena lebih dilandaskan olehĀ sebuahĀ misi kekuasaan.
Ā *Penulis: Remaja Masjid.