Medan| Lintas Gayo – Syaiful terkejut. Ketika Insetgalus menyodorkan sebongkah batu hijau seukuran bungkus rokok sampoerna, dia amati dengan teliti, kemudian di senter menggunakan mancis, tak puas dengan penyinaran mancis Syaiful membuka laci peralatannya dan mengambil senter khusus batu. Terlihat dahinya berkerut, seolah berpikir keras. Kemudian bertanya, “darimana asal batu ini”, dengan anteng insetgalus menjawab, “dari Aceh”, syaiful kelihatan bingung sambil mondar-mandir di samping meja kerjanya. Selang beberapa menit Syaiful keluar dari gerainya dan langsung menuju gerai sebelah, katanya gerai kepunyaan adiknya. Lebih serius dia bertanya, “batu dari Aceh mana pak, soalnya ini juga batu hijau dari Aceh”, lanjutnya sembari menunjukkan bongkahan batu hijau lain, insetgalus menjelaskan bahwa batu hijau tersebut berasal dari desa Lumut, Aceh Tengah yang bernama giok lumut dan sempat populer beberapa waktu lalu.
Mendengar jawaban insetgalus kening syaiful semakin berkerut pertanda heran penuh tanda tanya, dia hisap rokok sebatang kemudian ia berkata, batu hijau yang dia tunjukkan dia beli dari penambang mengaku warga Aceh dengan harga Rp 300 ribu rupiah per-kilo, penambang tersebut juga mengatakan kalau batu hijau tersebut adalah giok lumut dari desa Lumut, tetapi terdapat perbedaan mencolok diantara kedua batu. Dia mengakui kalau batu hijau yang dibawa insetgalus lebih bagus pewarnaannya dan tinggi tingkat kekristalannya serta memiliki totol-totol hitam kecil dipenuhi guratan hijau seperti akar kayu atau seperti lumut sebagai ciri khas Giok Lumut, Sementara batu hijau miliknya terkesan biasa saja dan warnanya menjadi putih kalau di senter menggunakan senter batu. Syaiful merasa kalau dirinya telah tertipu.
Mendasar kepada amatan insetgalus di Grand Palladium-Medan-Sumatera Utara. Selain permainan pasar, salah satu penyebab utama anjloknya harga giok lumut asal desa Lumut Aceh Tengah di pasaran adalah akibat ulah pihak-pihak tertentu yang mengaku sebagai seorang penambang batu asal Aceh, apabila batu berwarna hijau penambang tersebut selalu mengatakan Giok Lumut asli dari desa Lumut, berwarna kecoklatan mereka akan bilang itu adalah Giok Solar dari Nagan. Semua itu tujuannya untuk memudahkan penjualan kepada pemilik gerai batu yang ada.
Perlu diketahui, lebih separuh pemilik gerai batu akik yang ada di Kota Medan adalah pedagang bukan kolektor atau pecinta batu akik, sehingga mereka tidak bisa membedakan antara Batu Hijau asal Lumut dengan batu hijau daerah lainnya, atau perbedaan Giok Solar Nagan dengan Kecubung Teh yang sulit dibedakan secara kasat mata.
Akibat tingkah polah oknum yang mengaku sebagai penambang inilah maka harga bebatuan dari Aceh, terutama Aceh Tengah dan Nagan Raya semakin anjlok, dan peminatnya menurun drastis karena karakter batu yang menunjukkan tempat atau lokasi penemuan batu telah kehilangan ciri khasnya.
Tercatat beberapa jenis batu akik dari Aceh. Batu Giok Aceh ‘Nefrite Jade, Giok Anggur, Giok Kol dan Giok Hitam, Sulaiman Guliga Garis Putih, garis kuning, Tapak jalak dan lain-lain. (Malik Lingga Gayo/ Insetgalus.com)