Kemerdekaan Milik Bersama

zulkifli                                                                             OLEH : Zulkifli, S.Pt

                                                  (Staff Ahli DPRD Kota Semarang, Pemuda Pining, Gayo Lues)

            Kemerdekaan bangsa Indonesia ke 70 ini merupakan momentum kita menyadari arti KEMERDEKAAN sebagai rakyat kecil, karena kemerdekaan merupakan milik bersama seluruh elemen masyarakat indonesia. Kata “MERDEKA!” pun menjadi semacam sihir bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saat meneriakkan kata “MERDEKA!” serasa bulu kuduk pun berdiri, seperti seluruh jiwa kita bergetar untuk mengatakannya. Memang merdeka bukan sesuatu kata yang biasa bagi rakyat Indonesia. Kata merdeka merupakan kata – kata yang penuh dengan roh. Sebuah kata yang mampu membangkitkan semangat seluruh rakyat Indonesia.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Saya melihat ini melalui kacamata psikologis dalam sejarah, di mana kemerdekaan Indonesia tidak diraih dengan cara yang mudah, penuh dengan perjuangan, terlebih lagi apabila membayangkan heroisme para pahlawan dalam melawan penjajahan Belanda, tak heran apabila kata merdeka seperti memiliki roh di dalamnya.

Jika kita ingin melihat lebih dalam, sebenarnya kemerdekaan Indonesia dapat diraih bukan melalui heroisme seperti yang kita bayangkan, namun melalui sebuah proses negosiasi yang panjang oleh kaum intelektual Indonesia seperti Sukarno dan Hatta, lalu di manakah peran rakyat kecil dalam revolusi ini?

Perjuangan Indonesia yang sebelumnya sangat mengandalkan armada perang pun berubah secara drastis setelah munculnya politik etis pada tahun 1901. Pemuda Indonesia yang pada akhirnya mampu mengenyam pendidikan baik di dalam negeri maupun di tanah Belanda walau masih terbatas pada kaum feodal di Indonesia.

Banyak dari tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia setelah munculnya politik etis datang dari kaum feodal, sebut saja Sukarno dan Hatta. Pendidikan-lah yang menyebabkan kebangkitan di kalangan kaum feodal yang kekuatannya telah ditumpas oleh Belanda sebelumnya, sehingga nyaris tidak memiliki taji. Dengan masuknya pendidikan barat di Indonesia, kaum feodal Indonesia pun mulai meninggalkan cara peperangan dan melakukan pendekatan yang berbeda pada pemerintahan Belanda, yaitu melalui tulisan – tulisan kritis serta mendirikan partai – partai politik dengan ideologi tertentu.

Pendekatan yang jauh lebih lunak ini pun tidak juga melunakkan Belanda, tidak pernah terucap satu kata pun mengenai kemerdekaan Indonesia dari mulut Belanda sampai saat ini. Indonesia cukup beruntung karena pada akhirnya muncul kekuatan baru dalam dunia pada masa itu yaitu Jepang yang mampu menyingkirkan Belanda yang telah berada posisi nyaman di Indonesia. Jika Jepang tidak muncul mungkin perjuangan kita tetap akan berjalan di tempat, karena Belanda tidak pernah melihat Indonesia sebagai partner, namun sebagai budak yang dapat dimanfaatkan.

Kedatangan Jepang yang menjanjikan kemerdekaan pun kembali menjadi momentum bagi kaum feodal Indonesia untuk kembali melakukan negosiasi kemerdekaan dengan Jepang. Selama masa penjajahan perjuangan kemerdekaan mayoritas dilakukan melalui negosiasi, kurang lebih sama dengan perjuangan kemerdekaan setelah implementasi politik etis.

Sekali lagi keberuntungan menghampiri Indonesia, karena Jepang kalah dalam perang, sehingga Indonesia dapat mengambil momentum kemerdekaan setelahnya yang juga dilakukan lewat proses negosiasi.

Walaupun pada awalnya kemerdekaan Indonesia merupakan milik kaum feodal, namun pada akhirnya rakyat juga mampu menjiwainya. Menurut saya titik balik tersebut terletak pada saat perang mempertahankan kemerdekaan, di mana pemerintah dan rakyat bersatu mempertahankan kedaulatan Indonesia yang diancam oleh Belanda, di mana pemerintah dan rakyat bersatu untuk mengusir Belanda.

Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan taktik perang gerilya yang banyak dilakukan pada masa perang mempertahankan kemerdekaan. Perang gerilya tidak akan pernah berhasil tanpa bantuan rakyat. Contoh lebih nyata lagi dapat kita lihat dalam peristiwa 10 November di Surabaya, di mana Bung Tomo berpidato di depan rakyat Surbaya yang mampu mempersatukan mereka melawan tentara NICA. Kesimpulan akhir saya, untuk mampu menjiwai dan merasa memiliki butuh keterlibatan, agar rakyat dapat mempunyai rasa memiliki akan kemerdekaan libatkanlah rakyat.

Tak heran saat ini jiwa kemerdekaan rakyat semakin terkikis, karena pemerintah tidak melibatkan rakyat dalam menentukan keberlangsungan Bumi Pertiwi ini. (Bella Nathunia, 2012)

Keterlibatan rakyat kecil dalam keberlangsungan pembangunan merupakan salah satu penghargaan yang harus diberikan oleh kaum feodal dn pemerintah daerah, agar kaum kecil dan kaum feudal serta pemerintah merasa memiliki arti dari sebuah kemerdekaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.