Menciptakan Nilai Kesadaran Anak Didik
Oleh: Windisyah Putra*
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan sepanjang masa untuk meminimalisir ketidak-tahuan, keterbelakangan, dan kemiskinan. Pendidikan mutlak diperlukan dalam usaha menyiapkan kader-kader muda sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa pada masa yang akan datang. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berahlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, disiplin, bekerjan keras, tangguh, mandiri, cerdas, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pada dasarnya, pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki tujuan (goal), sasaran, dan target tersendiri untuk mencapai ke arah yang maksimal. Untuk mencapai tujuan nasional itu, perlu ditingkatkan pemahaman mengenai arti pentingnya pendidikan.
Membangun Kesadaran
Lalu, bagaimana para pendidik mampu mengendalikan kesadaran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluk beluk seluruh kegiatan manusia. Keberhasilan itu dapat di peroleh dengan membangun nilai kesadaran diri kita masing-masing yang tinggi. Karena nilai kesadaran adalah salah satu yang membedakan manusia dengan mahluk lain yang ada di alam semesta ini. Ketika nilai kesadaran manusia telah hilang, maka manusia itu sama halnya telah kehilangan jati dirinya sebagai manusia. Manusia itu bisa berbuat apa saja, seperti orang yang sedang mabuk. Bahkan, melebihi dari itu yang jalan hidupnya tidak jelas dan kacau balau pola pikirnya. Hal ini dapat kita lihat ketika seorang pendidik tidak dapat memahami betapa pentingnya membangun nilai kesadaran para anak didik ketika melakukan proses belajar mengajar. Sejalan dengan hal tersebut, seorang pendidik suka tidak suka, ketika hendak mentransferkan segenap pengetahuannya kepada orang lain tentu memerlukan nilai kesadaran yang sangat tinggi, sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Nilai kesadaran dalam arti memahami tujuan, fungsi, dan manfaat secara moral tambah manfaat emosional. Secara umum, menurut padangan penulis, nilai kesadaran anak didik saat ini sudah sangat memperihatinkan. Manusia sudah kehilangan nilai kesadarannya sebagai khalifah di muka bumi sebagai mana yang disampaikan oleh Allah SWT kepada seluruh hamba-Nya. Seorang pendidik hanya bisa mengajarkan secara emosional saja. Namun, melupakan proses moral bagi para anak didiknya. Berbicara mengenai nilai kesadaran dalam dunia pendidikan, sangatlah penting guna membina generasi bangsa yang betul-betul memahami nilai hidup, cara berpikir, serta sadar akan peran dan tanggung jawabnya.
Sebagai contoh, ketika pendidik melakukan pendekatan dengan para siswa yang mengalami masalah baik menyangkut lemahnya pemahamannya terhadap pelajaran maupun kenakalan para senior kepada juniornya. Kemudian, bisa membandingkan dengan para siswa yang memiliki prestasi dan saling menghargai dengan tulus. Tentu hal pokok yang membedakannya adalah nilai kesadaran yang dimiliki oleh siswa tersebut. Para pendidik penting untuk membangun nilai kesadaran yang dini bagi para anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur pelaksana yaitu keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada lembaga pendidikan dan menambah keruwetan persoalan di tengah masyarakat. Sementara itu, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai kesadaran yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan lembaga pendidikan menjadi kurang optimal. Apalagi bila pendidikan yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut.
Kebanyakan anak didik sudah terjebak dengan hal-hal yang semu dan instan dalam proses kehidupannya, meniru tanpa ada nilai kesadaran yang kuat yang telah tertanamkan kepadanya selama menjalankan pembelajaran baik dalam lembaga pendidikan maupun di luar. Dengan kesadaran yang tinggi, akan melahirkan pola pikir yang positif, motivasi, semangat, dan keikhlasan untuk menerima hasil yang diperoleh. Oleh karenanya, perlu diwacanakan dan dilakukan dengan terencana dengan melibatkan seluruh pilar-pilar pendidikan. Dengan demikian, nilai kesadaran tersebut merupakan dasar yang harus ditanamkan kepada anak didik sebelum memulai metode pembelajaran yang lain.
Konsep nilai kesadaran yang harus dibangun dalam dunia pendidikan adalah dua sisi mata uang yang memiliki perannya masing-masing. Juga, mempunyai tujuan yang sama yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan mempunyai nilai (value). Pertanyaanya, sejauh mana seorang pendidik mampu membangkitkan nilai kesadaran anak didiknya tanpa tanpa adanya intimidasi atau tekanan terhadap anak didik? Dengan nilai kesadaran yang di miliki, anak didik akan melahirkan cara berpikir yang bijak, elok, dan santun dalam berbuat. Pemahaman mengenai nilai kesadaran ini akan di bawa dalam sikap pribadi. Dan, mereka akan merasa memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan keberhasilan tanpa menghilangkan nilai kesadaran yang telah terbangun secara moral dan emosional. Nilai kesadaran itu di mulai dari dasar pemahaman baik anak didik maupun pendidik terhadap materi ajar yang akan disampaikan. Pemahaman itu akan dapat di capai melalui penjelasan yang akan bermuara pada tingkat nilai kesadaran anak didik. Dengan pemahaman yang diperoleh, akan menciptakan nilai kesadaran yang tinggi dan menjadikan materi ajar menjadi kebutuhan bagi anak didik tersebut.
Bila seorang pendidik tidak mampu dengan tepat melakukan sentuhan untuk memberikan pemahaman dan membangun nilai kesadaran, maka pendidikan yang diberikan itu terasa kurang efektip dan terkesan dipaksakan. Hal ini akan berdampak negatif bagi pengembangan karakter anak didik tersebut. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya pemahaman yang mendasar. Sebagai akibatnya, tidak menimbulkan nilai kesadaran yang akhirnya bertujuan menciptakan anak didik paham dan sadar serta menjadikan kebutuhan dalam melakukan proses pembelajaran. Timbulnya rasa malas anak didik disebabkan tidak adanya pemahaman dan rendahnya nilai kesadaran yang dimiliki sehingga menjadikan anak didik tersebut bodoh. Pada dasarnya, anak didik tersebut memiliki kecerdasan. Namun, karena kurangnya terbangun pemahaman sehingga nilai kesadaran itu tidak timbul. Masalah ini akan terasa berat bila tidak dihadapi secara professional oleh si pendidik tersebut. Jika dibiarkan, pastinya akan menimbulkan prustasi dan perlawanan dari anak didik. Dalam kaitan agama, nilai kesadaran ini merupakan bagian yang sangat penting untuk dibangkitkan setiap pemeluknya. Nilai kesadaran yang tinggi akan menghasilkan sebuah pola pikir yang positif dan tidak adanya perasaan terbebani oleh apapun dalam melakukan sesuatu, tanpa ada pemikiran terpaksa bahkan karena adanya sesuatu hal. Dengan nilai kesadaran setiap pemeluk agama akan mencapai tingkatan utama dalam berhubungan dengan sang penciptanya.
“Pemberian hadiah (reward) atau hukuman (punishment)” kepada anak didik adalah salah satu metode yang baik bilamana dapat menanamkan pemahaman yang menimbulkan nilai kesadaran dan meningkatkan rangsangan (stimulus) yang pada akhirnya menjadikan kebutuhan bagi anak tersebut. Pemberian hadiah (reward) atau hukuman (punishment) akan menimbulkan ketergantungan anak terhadap sesuatu. Anak akan baru mau melakukan sesuatu hal apabila ada sesuatu hal yang menguntungkan atau merugikan dirinya. Selain itu, anak akan terbiasa dengan pemberian materi atau dengan hukuman yang akan diberikan kepadanya yang menggambarkan karena sesuatu dan keterpaksaan. Berbicara mengenai dunia pendidikan, memang memerlukan motivasi, namun pandangan ini agak kurang tepat bilamana nilai kesadaran tadi diabaikan. Kesadaran orang tua dan pendidik sangat membantu anak untuk memulai membangun pemahaman tentang apa yang paling penting bagi anak didik? Dan, mengapa hal itu penti bagi mereka? Pertanyaan ini akan memberikan tingkat pemahaman anak, orang tua, dan para pendidik yang akan menyentuh nilai kesadaran anak tersebut. Dengan penjelasan ini, akan memudahkan seorang pendidik mulai mentrasferkan pengetahuannya kepada anak didiknya dengan memberikan pemahaman dan menyampaikan pengantar materi ajar yang akan diajarkan.
Disamping membangun nilai kesadaran bagi para pelaku-pelaku dunia pendidikan, kita mungkin bisa tersadarkan bahwa pada setiap individu masih ada tertanam rasa kemauan (will) dalam hatinya. Tinggal lagi, bagaimana seorang pendidik mampu menggali dan mengarahkan kemauan yang tertanam dalam diri anak didik tersebut. Kemauan yang tertanam dapat memengaruhi aspek kehidupan bagi anak didik. Jika hal itu dapat dimanfaatkan dan diarahkan, maka sangat besar peranannya untuk membentuk nilai kesadaran, pola pikir , dan kecakapan dirinya. Menciptakan anak didik yang pandai bukanlah tujuan akhir dari proses pendidikan pada dewasa ini. Sebaliknya, bagaimana para pendidik dapat membangun nilai kesadaran, pola pikir, kemauan, keikhlasan, kepedulian, mau berbuat, dan mencari. Memang benar menjadi seorang pendidik tidaklah boleh dijadikan pilihan terpaksa. Seorang pendidik seperti seniman yang sedang melukis lukisannya dengan penuh penjiwaan sehingga menghasilkan karya yang hidup dan tidak akan pernah mati. Hal ini menjadi salah satu penyebab dari sekian banyak masalah yang menyebabkan kemunduran dunia pendidikan kita.
*Dosen STAI Gajah Putih Takengon dan Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta